Muhammad E Fuady

Sengketa Sayyidina Ali, Orang Yahudi, dan Deddy Corbuzier

  1. Beranda /
  2. Opini /
  3. Senin, 24 Juni 2019 - 10:18 WIB

Muhammad E Fuady/Dokumen pribadi
Muhammad E Fuady
Foto: Dokumen pribadi

Sengketa Sayyidina Ali dan orang Yahudi yang berakhir indah, kakek pengemis yang tergugah dan tersentuh hatinya hingga bersyahadat, berikrarnya presenter "Hitam Putih" Deddy Corbuzier sebagai muslim, menunjukkan kasih sayang, adab, kesantunan, keramahan, kehangatan, menjadi pintu hidayah bagi siapa saja.

Beberapa hari lalu, seorang saksi ahli yang dihadirkan kubu TKN di Mahkamah Konstitusi menyampaikan kisah sahabat nabi yang bersengketa dengan seorang kafir Quraisy soal baju perang. Karena tokoh, pelaku peristiwa, dan alurnya keliru, Teuku Nasrullah dari BPN meluruskan saat itu juga.

Kisah amirul mukminin Sayyidina Ali itu sebenarnya masyhur dan pernah diceritakan kyai sejuta umat, KH. Zainuddin MZ (alm) dalam berbagai ceramahnya. Sayyidina Ali memang pernah bersengketa dengan seorang Yahudi perihal baju besinya miliknya. Ia yakin baju besi di pasar yang dijual oleh orang Yahudi tersebut adalah miliknya. Namun Yahudi itu tetap bersikukuh bahwa baju besi itu miliknya, bukan milik Ali. Akhirnya keduanya sepakat menyelesaikan sengketa itu di pengadilan.

Hakim Syuraih bin al-Harits al-Kindi yang menanganinya terkenal adil, kredibel, kapabel, dan berintegritas. Ia juga bawahan dari Sayyidina Ali sebagai Amirul Mukminin.

Setelah mendengar cerita dan klaim keduanya, Hakim Syuraih meminta sayyidina Ali mengajukan saksi yang menguatkan kepemilikan baju besi itu. Sayyidina Ali hanya bisa menunjuk pembantunya dan putranya, Hasan sebagai saksi. Hakim Syuraih menyatakan pengadilan tak dapat menerima kesaksian orang dekat dari khalifah. Ali tak dapat membuktikan baju besi kesayangan itu sebagai miliknya.

Hakim pun memenangkan Yahudi tersebut. Atas putusan itu, Sayyidina Ali juga mempersilakan kepada Yahudi tersebut untuk membawa baju besinya. "Baju besi ini milikmu. Keputusan pengadilan ini adalah keputusan seadil-adilnya", tegasnya.

Orang Yahudi itu takjub melihat hakim yang adil. Hakim itu tak memenangkan Ali meski Rasulullah itu adalah Amirul Mukminin. Ia juga terpesona atas keikhlasan Ali  tak   pengadilan. Akhirnya Yahudi itu berkata jujur. Ia mengakui kecurangannya. Ia sebenarnya berbohong, baju besi itu bukanlah miliknya. Ia memungut baju besi milik khalifah yang terjatuh usai perang Shiffin.

Melihat hakim yang adil, tak berpihak pada penguasa, serta keluhuran akhlak amirul mukmin, yahudi itu pun menyatakan keislamannya. Ia bersyahadat. Menyaksikan hal itu, Sayyidina Ali kemudian malah memberikan baju besi kesayangannya itu plus kuda kepada Yahudi tersebut. Keadilan dan akhlak memang dahsyat pengaruhnya terhadap lingkungan, seperti Nabi mengubah jazirah Arab dengan akhlak. Beliau penyayang. Tak ada cacian atau makian dari mulutnya.

Seorang pengemis Yahudi buta nan renta tak bergigi sering dibantu Rasulullah melembutkan makanan dan menyuapinya. Saat disuapi, pengemis buta itu sering mencaci dan menggunjing Rasulullah. Ia membenci Nabi Muhammad. Kakek itu tidak tahu bahwa orang yang ada menyuapinya makan adalah orang yang selalu dicacinya. Rasulullah diam, tak marah,  dan tak bicara bahwa ia adalah orang yang dicaci pengemis itu. Bahkan hingga wafatnya manusia yang mulia ini.

Setelah sekian lama tak ada yang membantu melembutkan makanan dan menyuapi, barulah kakek itu merasa kehilangan sang penolong. Ia bertanya-tanya kemana gerangan si penolong. Saat Abu Bakar membantu menyuapi pengemis tua itu, barulah Abu Bakar bercerita bahwa orang yang selalu membantu melembutkan roti dan menyuapi selama ini adalah orang yang sering dicacinya. "Dia adalah Muhammad Rasulullah”, kata Abu Bakar. Kakek itu sangat kaget dan tersentuh akan kemuliaan akhlak manusia yang selalu dicacinya. Ia menyesali perbuatannya apalagi Nabi juga telah wafat. Kakek itu pun kemudian bersyahadat.

Tampaknya kebaikan, keramahan, kesantunan, kehangatan, ketulusan, dan keluhuran akhlak pula yang membuat Deddy Corbuzier akhirnya bersyahadat, menyatakan keislamannya. Ia melihat Islam itu ramah, yang adalah ajaran yang baik dan ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Islam yang Rahmatan lil 'Alamin. Manusia hidup di bumi ini untuk menjadi menjadi  insan yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Sengketa Sayyidina Ali dan orang Yahudi yang berakhir indah, kakek pengemis yang tergugah dan tersentuh hatinya hingga bersyahadat, berikrarnya presenter "Hitam Putih" Deddy Corbuzier sebagai muslim, menunjukkan kasih sayang, adab, kesantunan,  keramahan, kehangatan, menjadi pintu hidayah bagi siapa saja.

Sebuah peristiwa dan kisah itu adalah ibrah, pelajaran bagi kita yang masih hidup, dan mengandung hikmah, kebaikan dan makna yang dalam, juga menjadi mauizah hasanah, nasihat yang baik bagi semua orang.

*Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba)

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER