Pupu Fujriani Wasngadiredja-Diki Prayugo Wibowo

Efektifitas Komunikasi Persuasif dalam Mendorong Perubahan Perilaku Mahasiswa Farmasi

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. EDUKASI /
  4. Sabtu, 10 Februari 2024 - 09:52 WIB

Diki Prayugo Wibowo/Istimewa
Diki Prayugo Wibowo
Foto: Istimewa

Penelitian ini mengeksplorasi dan memahami fenomena perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko drop out (DO) setelah masa studi berakhir. Fokus utama penelitian adalah efektivitas Komunikasi Persuasif yang diberikan oleh Tim Pelaksana Bimbingan dan Konseling (TPBK) sebagai agen perubahan.

 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami fenomena perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang telah habis masa studi dan nyaris menghadapi Drop Out (DO). Fokus utama adalah efektifitas Komunikasi Persuasif dari Tim Pelaksana Bimbingan dan Konseling (TPBK) sebagai agen kunci dalam mendukung mahasiswa mengatasi tantangan seperti penurunan motivasi, masalah keluarga, kesulitan mengatur waktu, kendala biaya dan hambatan berkomunikasi dengan dosen pembimbing. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, hasil menunjukkan bahwa pesan persuasif TPBK memberikan dukungan moral, membangkitkan semangat, dan meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menyelesaikan tugas akhir. Kesimpulan triangulator menegaskan bahwa komunikasi persuasif efektif digunakan dalam menciptakan perubahan positif, termasuk peningkatan motivasi dan keterbukaan untuk bekerja sama. Temuan ini memberikan kontribusi signifikan untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, memberikan pemahaman lebih dalam tentang peran strategis Komunikasi Persuasif dalam mendorong perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang berisiko DO.

PENDAHULUAN

Pendidikan tinggi, sebagai tahap akhir pembentukan sumber daya manusia, tidak hanya menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga melibatkan aspek pengembangan perilaku dan keterampilan. Mahasiswa farmasi, sebagai agen perubahan di dunia Kesehatan diharapkan mampu mengatasi berbagai tantangan dan mewujudkan perubahan positif, Namun, pada kenyataanya, sejumlah mahasiswa farmasi di Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan Tugas Akhir mereka setelah masa studi berakhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami fenomena perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang telah habis masa studi dan nyaris menghadapi Drop Out (DO). Subjek utama penelitian adalah mahasiswa yang saat ini Tengah menghadapi tantangan menyelesaikan Tugas Akhir, dengan dukungan dari Tim Pelaksana Bimbingan dan Konseling (TPBK) yang berperan sebagai agen Komunikasi Persuasif.

Untuk memahami kompleksitas tantangan ini, penelitian ini merujuk pada beberapa literatur terkait. Pertama, penelitian yang telah dilakukan oleh Elia Firda Mufidah, Aniek Wirastania, dan Cindy Asli Pravesti pada tahun 2021, menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam pendidikan tinggi. Mereka menekankan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu pengetahuan, melainkan juga memperhatikan aspek pengembangan perilaku dan keterampilan. Meskipun tidak secara khusus membahas mahasiswa farmasi, pendekatan holistik ini menjadi latar belakang penting untuk memahami kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa farmasi.

Bimbingan dan konseling menjadi bagian penting dalam dunia pendidikan. Bimbingan dan konseling mengambil bagian dalam ranah mendukung optimalisasi potensi peserta didik. Bimbingan dan konseling masuk dalam semua jenjang pendidikan formal. Bimbingan dan konseling mengarah upaya untuk membantu pihak konseli agar mampu untuk berinteraksi sosial. Bimbingan dan konseling belajar mengarah kepada optimalisasi potensi diri dalam hal belajar. Bimbingan dan konseling karier membantu konseli dalam hal pemahaman terhadap makna karier, memahami diri, dan mengambil keputusan kariernya. (Elia Firda Mufidah, Aniek Wirastania, Cindy Asli Pravesti, 2021)

Yesilyapark dalam (Elia Firda Mufidah, Aniek Wirastania, Cindy Asli Pravesti, 2021) menyatakan bahwa pada dasarnya bidang layanan bimbingan dan konseling ada empat macam yakni bimbingan dan konseling dalam ranah aspek pribadi, aspek sosial, aspek belajar dan aspek karier. Bimbingan dan konseling pribadi mengarah kepada upaya yang diberikan konselor kepada konseli agar konseli bisa memahami, menerima, mengarahkan dirinya menjadi pribadi optimal. Layanan bimbingan dan konseling secara pribadi berfungsi untuk membantu individu dalam memahami dirinya, menerima kelebhan dan kekurangan dirinya, mengembangkan kepercayaan diri dan hubungan interpersonal yang efektif sehingga individu bisa seimbang secara pribadi maupun sosial (Yesilyaprak, 2001).

Dalam konteks ini, penelitian memfokuskan pada efektifitas Komunikasi Persuasif yang diberikan oleh TPBK kepada mahasiswa tersebut. Tantangan yang di hadapi mahasiswa mencakup penurunan motivasi, permasalahan keluarga, kesulitan mengatur waktu penelitian akibat profesi pekerjaan, kendala biaya dan sulitnya berkomunikasi dengan dosen pembimbing, perubahan perilaku mahasiswa menjadi esensial untuk menghindarkan mereka dari resiko DO.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dewa Ayu Kadek Claria dan Ni Ketut Sariani pada tahun 2020, mengeksplorasi konsep komunikasi persuasif dalam konteks pendidikan. Mereka menjelaskan bahwa komunikasi persuasif adalah usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Analisis mereka membahas dasar-dasar komunikasi persuasif, termasuk pemilihan komunikator, penyusunan pesan, dan penggunaan media. Namun, pada penelitian ini lebih mengeksplorasi efektivitas komunikasi persuasif dalam konteks mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO, dengan penekanan khusus pada perubahan perilaku dan motivasi mahasiswa.

Ada beberapa hal yang menjadi dasar dari komunikasi persuasif. Hal tersebut adalah komunikator, pesan dan media yang digunakan. Komunikator merupakan pemberi pesan sehingga perlu diperhatikan pemilihan orang yang akan menjadi komunikator sehingga pesan atau ajakan yang ditujukan dapat tersampaikan. Pesan merupakan apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicara, sedangkan media merupakan media atau alat yang dapat digunakan oleh komunikator dalam penyampaian pesan (Dewa Ayu Kadek Claria, Ni Ketut Sariani, 2020)

Komunikasi persuasif merupakan proses pertukaran makna yang memiliki sifat atau tujuan untuk mengarahkan atau mempengaruhi lawan bicaranya. Secara istilah, (Ritonga, 2005) dalam (Mubasyaroh, 2017) menyatakan, komunikasi persuasif diartikan sebagai usaha sadar dalam mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Makna memanipulasi ini bukan dalam konotasi negatif, tetapi dalam kerangka proses mengubah pemikiran atau mindset seseorang yang menjadi objek komunikasi. Hal inilah yang menjadikan komunikasi persuasif sebagai usaha mengubah pemikiran dan perilaku.

Menurut Safriyah (2015), selain tahapan komunikasi memiliki peranan penting dalam metode komunikasi persuasif, penyusunan pesan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kejelasan pesan yang ingin disampaikan akan sangat mempengaruhi. Pesan yang baik adalah yang dapat menimbulkan minat bagi pendengarnya dan sesuai dengan kebutuhan. memiliki rincian perencanaan, contoh dan tindakan yang diinginkan komunikator yang harus dilakukan oleh Komunikan.

Metode komunikasi persuasif dalam hal ini memiliki tujuan akhir agar mahasiswa yang menghadapi risiko DO mau bergerak dan memulai kembali usahanya untuk menyelesaikan Tugas Akhir sesuai dengan tujuan dari pesan dan harapan konselor. Konselor memiliki andil besar dalam keberhasilan suatu metode termasuk metode komunikasi persuasif ini, dituntut untuk mengetahui dan mengaplikasikan tindak tutur yang sesuai dengan pesan. Austin (1962) mengatakan bahwa pada dasarnya tindak tutur merupakan suatu perilaku sehingga pada akhirnya tuturan dapat sejalan dengan tindakan yang kemudian diberi nama sebagai tindak tutur. Menurut Revita (2014), tindak tutur merupakan komunikasi linguistik yang tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan pesan atau informasi tapi sekaligus melakukan sebuah tindakan. Untuk terjadinya suatu tindakan tersebut diperlukan adanya motivasi dalam bentuk persuasif seperti yang disampaikan oleh Waruwu (2017) pada penelitiannya yang menyatakan bahawa motivasi terdapat dari dalam diri manusia yang dapat muncul karena adanya dorongan dari unsur luar.

Mc. Donald menggambarkan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang termanifestasi dalam munculnya perasaan (feeling) dan dipicu oleh keberadaan tujuan. Konsep ini terdiri dari tiga elemen kunci. Pertama, motivasi bertindak sebagai pemicu awal dari perubahan energi pada setiap individu manusia. Kedua, motivasi dicirikan oleh munculnya perasaan afeksi dalam diri seseorang. Dan ketiga, motivasi dipicu oleh adanya tujuan. (Siregar, 2020)

Penelitian ini merupakan evaluasi terhadap peran TPBK, khususnya dalam melaksanakan konseling pendidikan dengan menggunakan Teknik komunikasi persuasif. Pertanyaan utama yang muncul adalah sejauh mana komunikasi persuasif dapat memotivasi dan mengubah perilaku mahasiswa sehingga mereka termotivasi untuk mengerjakan tugas akhir dan segera menyelesaikannya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memahami peran komunikasi persuasif sebagai strategi efektif dalam mendorong perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang menghadapi kendala dalam menyelesaikan pendidikannya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi TPBK dalam meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, khususnya dalam menghadapi situasi yang kompleks seperti ini.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memusatkan perhatian pada gagasan, perasaan, pendapat, dan keyakinan orang-orang yang akan menjadi subjek penelitian, dan semua itu tidak dapat diukur dengan angka (Arya Firmansyah, 2023). Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi dalam menganalisis data penelitian. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang pengalaman individu dalam konteks perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang berisiko DO. Dengan demikian peneliti dapat mengidentifikasi momen khusus yang memainkan peran penting dalam proses perubahan perilaku setelah menerima komunikas persuasif dari TPBK.

Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa yang telah habis masa studinya dan menghadapi risiko Drop Out (DO) Identifikasi potensi tantangan atau kendala yang mungkin dihadapi mahasiswa ini seperti tekanan akademik, masalah pribadi dan faktor-faktor lainnya akan menjadi fokus penelitian. Triangulasi data dilakukan dengan melibatkan wawancara dengan Dosen pembimbing untuk mendapatkan sudut pandang tambahan tentang perubahan perilaku mahasiswa yang mungkin tidak terungkap dalam komunikasi persuasif.

Adapun teknik pengumpulan data didapat berdasarkan wawancara mendalam dengan mahasiswa, fokus pada aspek subjektif seperti pendapat, penilaian, perasaan, harapan dan respon subjektif terkait pengalaman perubahan perilaku responden. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Denzin dan Lincoln, 1988:64 dalam (Kualitatif Fenomenologi, n.d) (O. Hasbiansyah, 2008) pada dasarnya secara structural description studi fenomenologi mencari bagaimana subjek mengalami dan memaknai pengalamannya. Deskripsi ini berisi aspek subjektif. Aspek ini menyangkut pendapat, penilaian, perasaan, harapan, serta respons subjektif lainnya dari subjek penelitian berkaitan dengan pengalamannya itu. (Pupu F. Wasngadiredja, Diki P. Wibowo, Marina Yuliani, 2023).

Untuk menghindari kesalahan dan kelalaian dalam data yang dikumpulkan, maka perlu dilakukan pengecekan keabsahan data. Pada hakikatnya pengujian keabsahan data dalam suatu penelitian hanya berfokus pada pengecekan keaslian dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus berusaha keras untuk memperoleh data yang valid. Oleh karena itu, dalam mengumpulkan data, peneliti harus memvalidasi data tersebut agar data yang diperoleh tidak valid (tidak sempurna). Untuk mengetahui keabsahan data diperlukan teknik pengujian. Penerapan teknik pengendalian didasarkan pada kriteria ketelitian tertentu (Sutriani & Octaviani, 2019). Pengembangan pemeriksaan keabsahan data meliputi kriteria keandalan (reliability), kemampuan transfer (transferability), keandalan (reliability), dan kekokohan (robustness), kepastian (ability to konfirmasi). Di antara keempat kriteria tersebut, metode kualitatif mempunyai delapan teknik pemeriksaan data, yaitu partisipasi luas, observasi tekun, triangulasi, peer review, kelengkapan referensi, negative case review, verifikasi anggota dan uraian rinci (Hadi, 2016).

Pada penelitian ini, triangulasi data dilakukan dengan wawancara dosen pembimbing untu mendapatkan sudut pandang tambahan. Peneliti juga melakukan analisis dokumen untuk menggambarkan fenomena tersebut. Data tambahan dari sumber lain, seperti buku dan jurnal penelitian, juga digunakan untuk memperkaya hasil penelitian dan meningkatkan relevansi kinerja TPBK. 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, Peneliti memperoleh pemahaman tentang pengalaman tiga mahasiswa farmasi yang telah melebihi masa studi dan menghadapi risiko DO. Wawancara dengan ketiga mahasiswa ini memberikan gambaran terkait tantangan yang dihadapi dan peran komunikasi persuasif dalam mendukung mereka mengatasi kendala-kendala tersebut.

Ketiga Responden menghadapi tantangan yang berbeda dalam menyelesaikan studi mereka yang melebihi waktu yang dianggap standar. Masing-masing dari mereka menyoroti beberapa faktor, termasuk kesulitan akademis, tantangan kehidupan pribadi dan perubahan prioritas. Perpanjangan masa studi ini juga menciptakan beban tambahan dalam menyelesaikan tugas akhir, menghadirkan tantangan yang kompleks dan memerlukan dukungan yang lebih besar dari pihak terkait.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa komunikasi persuasif memainkan peran penting dalam proses penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa yang telah melebihi masa studi. Responden menjelaskan bahwa pesan persuasif yang mendukung, memotivasi dan memberikan arahan jelas, membantu mereka merancang strategi yang lebih terfokus untuk menyelesaikan tugas akhir. Sebagaimana telah dibahas dalam artikel At Tabsyir, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, persuasi dianggap sebagai bagian integral dari teknik komunikasi, dimana pengertian komunikasi merujuk pada proses penyampaian pesan oleh individu kepada orang lain melalui berbagai media dengan tujuan menginformasikan atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku. (Nida, 2014)

Mahasiswa pertama menyatakan bahwa pesan persuasif dari TPBK membantu membangkitkan semangat dan memberikan arahan praktis dalam menyelesaikan tugas akhirnya. Mahasiswa kedua menekankan pentingnya dukungan dari dosen dan sesame mahasiswa dalam proses penyelesaian tugas akhir mereka yang rumit. Sementara itu, mahasiswa ketiga menyoroti bahwa komunikasi persuasif memberikan pemahaman lebih baik tentang pentingnya menyelesaikan tugas akhir meskipun telah habis masa studi.

Hasil temuan ini memberikan implikasi yang signifikan untuk pengembangan strategi pembimbingan dan dukungan tambahan bagi mahasiswa yang menghadapi tantangan menyelesaikan studi akhir setelah melewati masa studi standar. Pentingnya pesan persuasif yang memberikan dorongan moral, arahan praktis dan dukungan personal menjadi titik penting yang dapat diperhitungkan oleh Lembaga pendidikan dan pembimbing akademis.

Sri Gustini yang berperan sebagai Triangulator, dan merupakan dosen pembimbing yang secara aktif terlibat dalam mendukung mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO, memberikan perspektif terkait efektivitas Komunikasi Persuasif. Dalam interaksi dengan mahasiswa, Gustini menyatakan telah menggunakan strategi tersebut sebagai upaya untuk memotivasi dan mengubah perilaku mahasiswa dalam menyelesaikan Tugas Akhir mereka.

Dari sudut pandang Gustini, Komunikasi Persuasif terbukti memberikan dampak yang signifikan pada perubahan perilaku mahasiswa. Beberapa mahasiswa yang awalnya mengalami tantangan, seperti penurunan motivasi dan kesulitan menyelesaikan tugas akhir, menunjukkan perubahan positif setelah mendapatkan dukungan melalui Komunikasi Persuasif. Respons positif ini mencakup keterbukaan untuk bekerja sama serta adanya peningkatan motivasi untuk menyelesaikan tugas akhir mereka guna menghindari risiko DO.

Dalam Praktik Komunikasi Persuasif, Kafie (1933), mengemukakan, terdapat beberapa faktor yang menjadi penentu keberhasilan suatu pesan dalam merubah sikap dan perilaku dengan optimal. Beberapa metode tersebut, pertama, metode asosiasi, di mana metode ini menyampaikan pesan pada peristiwa actual atau hal yang sedang menarik perhatian. Kedua, metode integrasi, metode ini melibatkan kemampuan komunikator untuk menyatukan diri dengan komunikan secara komunikatif, menciptakan kesan kebersamaan baik secara verbal maupun non-verbal.

Selanjutnya, metode pay-off dan fear arousing melibatkan Upaya mempengaruhi orang lain dengan cara melukiskan hal-hal yang dapat menggembirakan dan menyenangkan perasaan atau memberikan harapan (pay-off), dan sebaliknya dengan menggambarkan situasi yang menakutkan atau menyajikan konsekuensi yang buruk. Terakhir, metode Icing bertujuan membuat sesuatu menjadi indah sehingga menarik bagi siapapun yang menerimanya, dengan cara memanis-maniskan pesan pesan komunikasi melalui emosional appeal. Metode ini digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang dapat menarik perhatian dan mempengaruhi emosi penerima (Rakhmat, 2011)

Lebih lanjut, Gustini memberikan perspektif fenomenologis yang melibatkan momen-momen informal dalam proses perubahan perilaku mahasiswa. Gustini yang merupakan Dosen pembimbing juga menyoroti pentingnya percakapan santai dan interaksi sehari-hari sebagai elemen krusial yang dapat membentuk pemahaman dan motivasi mahasiswa. Terlihat bahwa perubahan perilaku tidak hanya terjadi selama sesi formal Komunikasi Persuasif, melainkan juga melalui momen-momen yang lebih subtan. Hal ini menegaskan bahwa pendekatan fenomenologi dapat memberikan wawasan tambahan dan mendalam dalam memahami kompleksitas perubahan perilaku mahasiswa.

Dari triangulator ini, dapat disimpulkan bahwa efektivitas Komunikasi Persuasif dalam mendukung perubahan perilaku mahasiswa farmasi bukan hanya terbatas pada interaksi formal, melainkan juga melibatkan aspek-aspek informal yang dapat menjadi kunci dalam membantu mahasiswa mengatasi tantangan mereka. Informasi yang diberikan oleh triangulator ini menjadi tambahan penting dalam pemahaman secara menyeluruh terkait dengan pengaruh Komunikasi Persuasif terhadap mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO.

Dalam penelitian mengenai efektivitas komunikasi persuasif dalam mendorong perubahan perilaku mahasiswa farmasi, data tambahan memperkuat temuan utama yang telah dijelaskan sebelumnya. Hasil wawancara dengan tiga mahasiswa farmasi yang melebihi masa studi menyoroti keragaman pengalaman mereka. Meskipun mereka menghadapi tantangan akademis dan perubahan prioritas, perbedaan individu tampaknya memiliki pengaruh signifikan. Beberapa mahasiswa menekankan kesulitan akademis, sementara yang lain merinci tantangan kehidupan pribadi dan perubahan prioritas sebagai faktor utama.

Pandangan positif responden terhadap peran komunikasi persuasif memperkuat kesimpulan bahwa pesan persuasif dari TPBK, dosen, dan sesama mahasiswa memainkan peran kunci dalam memberikan dukungan moral, motivasi, dan arahan praktis selama penelitian. Dengan mengakui keberhasilan strategi komunikasi ini, mahasiswa merasa lebih mampu mengatasi kendala yang dihadapi selama proses penyelesaian tugas akhir.

Analisis terhadap perbedaan pengalaman dan persepsi antara mahasiswa pertama, kedua, dan ketiga menyoroti bahwa pendekatan persuasif tidak bersifat satu ukuran untuk semua. Mahasiswa pertama mengalami dukungan signifikan dari TPBK, sementara mahasiswa kedua dan ketiga menyoroti peran dosen dan sesama mahasiswa. Hal ini mengindikasikan bahwa pendekatan persuasif yang efektif mungkin tergantung pada karakteristik dan kebutuhan individu mahasiswa.

Data tambahan juga memberikan pemahaman lebih lanjut tentang sejauh mana komunikasi persuasif diakui sebagai faktor integral dalam menyelesaikan tugas akhir bagi mahasiswa yang melebihi masa studi. Pesan persuasif terbukti membantu mahasiswa merancang strategi yang lebih terfokus, membimbing mereka dalam menghadapi beban tambahan yang dihadapi selama penelitian.

Selain itu, efektivitas pesan persuasif dari TPBK dibandingkan dengan dukungan dari dosen dan sesama mahasiswa mendapatkan apresiasi positif dari mahasiswa. Meskipun setiap sumber dukungan memberikan kontribusi uniknya, mahasiswa mengakui bahwa gabungan dukungan dari berbagai pihak sangat berharga dalam menghadapi tantangan.

Pandangan triangulator, Sri Gustini, sebagai pemain kunci dalam mendukung mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO, menekankan bahwa interaksi formal dan momen-momen informal memiliki peran penting dalam efektivitas komunikasi persuasif. Momen-momen informal, seperti percakapan santai, terbukti memiliki dampak signifikan dalam memotivasi mahasiswa, menambah kompleksitas pemahaman perubahan perilaku.

Dalam rangka pengembangan strategi pembimbingan dan dukungan tambahan, hasil penelitian ini memberikan saran berharga. Saran mencakup pengembangan pelatihan komunikasi persuasif untuk pembimbing akademis dan TPBK, serta penerapan pendekatan fenomenologi dalam praktik pembimbingan mahasiswa. Ini dapat menjadi langkah proaktif dalam meningkatkan efektivitas komunikasi persuasif di lingkungan pendidikan farmasi, menciptakan dampak positif pada mahasiswa yang menghadapi tantangan menyelesaikan studi akhir setelah melewati masa studi standar.

SIMPULAN

Penelitian ini mengeksplorasi dan memahami fenomena perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko drop out (DO) setelah masa studi berakhir. Fokus utama penelitian adalah efektivitas Komunikasi Persuasif yang diberikan oleh Tim Pelaksana Bimbingan dan Konseling (TPBK) sebagai agen perubahan.

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO menghadapi tantangan yang berbeda, termasuk penurunan motivasi, permasalahan keluarga, kesulitan mengatur waktu penelitian, kendala biaya, dan sulitnya berkomunikasi dengan dosen pembimbing.

2. Komunikasi Persuasif dari TPBK memainkan peran penting dalam membantu mahasiswa mengatasi kendala tersebut. Pesan persuasif yang mendukung, memotivasi, dan memberikan arahan jelas membantu mahasiswa merancang strategi yang lebih terfokus untuk menyelesaikan tugas akhir.

3. Mahasiswa menyoroti bahwa Komunikasi Persuasif membantu membangkitkan semangat, memberikan dukungan moral, dan memberikan pemahaman lebih baik tentang pentingnya menyelesaikan tugas akhir meskipun telah habis masa studi.

4. Dosen pembimbing sebagai triangulator menyatakan bahwa Komunikasi Persuasif tidak hanya efektif dalam sesi formal, tetapi juga melalui momen-momen informal sehari-hari. Percakapan santai dan interaksi informal menjadi kunci dalam membentuk pemahaman dan motivasi mahasiswa.

5. Kesimpulan dari triangulator menunjukkan bahwa Komunikasi Persuasif dapat menciptakan perubahan positif pada mahasiswa, termasuk peningkatan motivasi dan keterbukaan untuk bekerja sama.

Dengan demikian, penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam pemahaman peran Komunikasi Persuasif sebagai strategi efektif dalam mendorong perubahan perilaku mahasiswa farmasi yang menghadapi risiko DO. Hasilnya dapat menjadi dasar bagi TPBK untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan dan konseling, terutama dalam menghadapi situasi kompleks seperti ini. Selain itu, pendekatan fenomenologi dalam metode penelitian memberikan wawasan tambahan tentang kompleksitas perubahan perilaku mahasiswa.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

AUSTIN. (1962). HOW TO DO THINGS WITH WORDS. LONDON: OXFORD UNIVERSITY PRESS.

Dewa Ayu Kadek Claria, Ni Ketut Sariani. (2020). Metode Komunikasi Persuasif untuk meningkatkan motivasi berwirausaha masyarakat di desa Kesiman Kertalangu Pada Masa Pandemi Covid-19. Linguistic Community Service Journal, 1-10. doi:http://doi.org/10.22225/licosjournal.v1i1.2281. 1- 10

Elia Firda Mufidah, Aniek Wirastania, Cindy Asli Pravesti. (2021). Studi Kasus : Permasalahan yang sering ditangani Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia, 7-12.

Kafie, Jamamluddin, Psikologi Dakwah, Surabaya, Indah 1993

Mubasyaroh. (2017). Strategi Dakwah Persuasif dalam Mengubah Perilaku. Ilmu Dakwah : Academic Journal for Homiletic Studies, 311-324. doi:DOI: 10.15575/idajhs.v12i.2398

Nida, F. L. (2014). Persuasi dalam Media Komunikasi Massa. AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam, 77-95. doi: 10.21043/at-tabsyir.v2i2.502

O. Hasbiansyah. (2008). Pendekatan Fenomenologi : Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Mediator, 163-180. doi:https://doi.org/10.29313/mediator.v9i1.1146

Pupu F. Wasngadiredja, Diki P. Wibowo, Marina Yuliani. (2023). Pelestarian Seni Budaya Wayang Golek Sebagai Implementasi Sila Ke-2 Pancasila. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, 471-481. doi:https://doi.org/10.31004/jrpp.v6i4.20097

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011

Rusandi, Muhammad Rusli. (2021). Merancang Penelitian Kualitatif Dasar/Deskriptif dan Studi Kasus. Al- Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam (Journal of Educaton and Islamic Studies), 48-60. doi:https://doi.org/10.55623/au.v2i1.18

Revita, I. (2014). Pragmatik: Kajian Tindak Tutur Permintaan Lintas Bahasa. Sumedang: Light Publishing.

Siregar, L. Y. (2020). Motivasi sebagai Pengubahan Perilaku. Forum Paedagogik, 81-97. doi:10.24952/paedagogik.v12i2.3156

Safriyah, A. (2015). Tindak Tutur Imbauan Dan Larangan Pada Wacana Persuasi Di Tempat-Tempat Kos Daerah Kampus. Surakata. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/32764/

Yesilyaprak, B. (2001). Egitimde Rehberlik Hizmetleri (Guidance Services in Education). Ankara: Nobel Yayin Waruwu, F. (2017). Analisis tentang Pengaruh Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik terhadap Kinerja Karyawan. Studi Kasus: di Rumah Sakit Rajawali dan Stikes Rajawali Bandung (Yayasan Kemanusiaan Bandung Indonesia). Jurnal Manajemen Maranatha, 16(2), 203. doi:10.28932/jmm.v16i2.390

 

*Penulis Pupu Fujriani Wasngadiredja (Program Studi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia), Diki Prayugo Wibowo (Program Studi Sarjana Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia)

 

Editor: Tokohkita


TERPOPULER