Rokhmin Dahuri

Kata Bung Karno, Urusan Pangan adalah Hidup Matinya Sebuah Bangsa

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Rabu, 4 November 2020 - 14:30 WIB

Bung Karno berbicara tentang kedaulatan pangan dalam pidato peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian-Universitas Indonesia pada 27 April 1957. "Menurut beliau [Soekarno], urusan pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa,” ungkap Rokhmin.

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MSc menagtakan bangsa Indonesia harus bersyukur telah memiliki seorang bernama Soekarno atau Bung Karno yang tidak hanya besar di Indonesia tapi juga diakui luar negeri dari gagasan dan warisan intelektualnya. 

"Bung Karno juga tidak hanya memiliki gagasan besar tapi juga legacy atau warisan intelektual yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, juga menjadi akselerasi untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil-makmur, dan berdaulat," katanya dalam Seminar Nasional “Dari Rawamangun Untuk Indonesia: Menapaki Jejak Pemikiran Soekarno tentang City of Intellect (Kota Mahasiswa)” Universitas Negeri Jakarta, Kampus Rawamangun, Jakarta (4/11/2020)

Menurut Rokhmin, salah satu legasi besar dari Bung Karno ilmu perencanaan pembangunan.  Bung Karno telah meletakan dasar dasar perencanaan pembangunan yang pertama di tanah air, yang tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Semesta Berencana. "Pada tahun 1957, Bung Karno telah menggagas yang namanya Pembangunanan Nasional Jangka Semesta Berencana. Kalau saya bedah, ada sejumlah sektor unggulan yang sepanjang masa dibutuhkan yakni pangan, energi, farmasi, kemaritiman, industri manufaktur, dan humaniora," ungkap Wakil Ketua Dewan Penasehat Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini.

Selain itu, Presiden Soekarno juga membentuk Banppenas dengan Gedung Polanya itu yang juga menjadi sebuah warisan yang baik. Nah, yang paling luar biasa, Bung Karno berbicara tentang kedaulatan pangan dalam pidato peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian-Universitas Indonesia sebelum menjadi IPB, pada 27 April 1957. "Menurut beliau [Soekarno], urusan pangan adalah hidup matinya sebuah bangsa,” ungkap Rokhmin.

Di sisi lain, presiden pertama Indonesia ini juga telah membangun konsep yang hebat dalam membagi core competent di perguruan tinggi. Misalnya untuk UI difokuskan untuk kajian ekonomi dan kedokteran, IPB lebih ke pangan dan sumber hayati, ITB pada engineering, sedangkan UGM lebih ke geografi, ekonomi, dan humaniora. "Selanjutnta, Unair di kedokteran humaniora, ITS di perkapalan dan Unpati digadang-gandang untuk kemaritiman," jelasnya.

Rokhmin menekankan, dari berbagi referensi buka yang dibaca dari warisan intelektual tersebut, Bung Karno berharap tiga hal agar bangsa Indonesia memiliki keunggulan sumber daya manusia (SDM),  kapasitas teknologi mumpuni dan mterciptanya masyarakat meritrokasi. "Dari tiga hal ini, maka negara ini bisa maju, adil-makmur dan berdaulat,"  sebut Ketua Umum Gerakan Nelayan Tani Indonesia tersebut.

Rokhmin menambahkan, gagsasan besar dan warisan intelektual dari Soekarno ini masih relevan untuk saat ini, yakni perlu dibumikan atau diimplementasikan untuk menghadapi tantangan pembangunan. Sebab, faktanya pertumbuhan ekonomi kurang dari 7% per tahun, pengangguran dan kemiskinan: nelayan dan pembudidaya ikan salah satu kantong kemiskinan, kesenjangan sosek terburuk keempat di dunia.

Negara kita juga masih menghadapi masalah disparitas pembangunan antar wilayah, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan, deindustrialisasi, kedaulatan pangan rendah, gizi buruk dan stunting growth, daya saing dan IPM rendah, kerusakan lingkungan dan SDA. Dan saat ini, Indonesia menghadapi ancaman krisis ekonomi global, perseteruan AS vs China, dan Pandemi Covid-19. Jika tak ada breakthrough, pertumbuhan ekonomi kurang dari 7% per tahun, maka akan terjadi middle income trap," tukas Rokhmin.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER