Dodi Permana
Kepada Saudaraku se-Bangsa & Tanah Air
Sadar tidak sadar. Begitu banyak dinamika terjadi selama ini yang membuat rakyat geram dan merasa tertindas oleh produksi aturan yang dikeluarkan oleh eksekutif maupun legislatif, tetapi rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Maklum, semua menjadi konstitusional oleh sebuah alat yang bernama demokrasi.
Saat ini, bangsa kita telah terjajah oleh alat yang bernama demokrasi. Tapi bisa selamat pun oleh alat Demokrasi dengan kesadaran berpolitik yang cerdas dan ber integritas demi masa depan nasib generasi bangsa kita.
Sadar tidak sadar. Begitu banyak dinamika terjadi selama ini yang membuat rakyat geram dan merasa tertindas oleh produksi aturan yang dikeluarkan oleh eksekutif maupun legislatif, tetapi rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Maklum, semua menjadi konstitusional oleh sebuah alat yang bernama demokrasi.
Mungkin, belum kita sadari bahwa bangsa lain dengan bernafsu untuk menguasai negri kita tercinta nan subur dan seharusnya membuat rakyat makmur bukan malah tersungkur. Selama ini kita diperdaya oleh hasil demokrasi'. Misalnya saja dalam pembahasan RUU Omnibus Law Cipta Kerja, yang saat itu sangat ditentang oleh kalangan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat.
Atau yang baru saja heboh dengan terbutnya Perpres Legalitas Minuman Keras (Miras), di sejumlah daerah, yang sungguh ironi, dimana bangsa yang bermoral Pancasila tapi melegalkan minuman yang memabukan dan sangat berpotensi merusak moral bangsa. Bahkan, miras ini merusak ekonomi rakyat sendiri.
Semua seperti main-main politik demokrasi di Indonesia yang nyaris seperti mainan dan disuguhkan pada rakyat tanpa rasa malu. Tak sadar bahwa bangsa kita sudah semakin miskin dan terpuruk oleh kebijakan para politisi yang tak memiliki integritas, bahkan menjadi kacung bangsa lain untuk menjajah, menindas bangsa sendiri. Jutaan hektar elahan negara tengah dikuasai kapitalis dan para pendatang.
Sejak lama, beberapa amandemen dan RUU diproduksi oleh penguasa dan politisi kita sendiri. Hingga perpres yang secara konstituasional telah berubah tatanan, dan justru semakin membuat lemahnya bangsa pribumi. Malahan, semakin terbukanya bangsa lain untuk menjajah kaum pribumi.
Contoh salah satu amandemen naif yang mengubah ketentuan calon presiden dari bangsa Indonesia asli menjadi hilang kata asli nya. Alhasil, bangsa manapun yang ber-KTP Indonesia bisa menjadi presiden, dan bukan hal yang mustahil jika esok tiba-tiba bangsa pendatang merebut kekuasan dengan menjadi presiden dan berkuasa di negri kita.
Dan belum pun demikian. Produk aturan telah bertubi-tubi dari mulai membuka investor asing yang membawa kuli-kuli aseng dengan bebas masuk ke negara kita. Hingga aturan miras yang jelas-jelas merusak moral dan ekonomi rakyat, meski pada akhirnya dicabut karena kuatnya penolakan dari publik.
Tak sedikit politisi menjadi pecundang bagi bangsanya sendiri. Oknum aparat nekat menembaki untuk memhabisi nyawa bangsa sendiri tanpa rasa iba hanya karena alasan melanggar prototol Covid-19' yang tak jelas. Hingga para ulama terpenjara. Bahkan ada sekelas ormas/LSM yang seharusnya menjadi pelindung bagi masyarakat malah turut menindas masyarakat. Tak malu-malu ikut membantu cukong-cukong untuk menggusur masyarakatnya sendiri.
Hidup ini memang butuh uang, tapi janganlah melacur pada kepentingan kapitalis asing dan menjadi pecundang bagi bangsanya sendiri.' MEMBANTU MEREKA UNTUK MENJAJAH NEGRI KITA SENDIRI. Hanya demi uang dan hanya untuk kepentingan kekayaan pribadi.
Mari kita kembali pada perjuangan bangsa demi menyelamat kan negara dan kehidupan generasi kita ke kepan. Ketahuilah bahwa negara kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Lilitan utang negara kita yang semakin membengkak menjadi ancaman serius bagi masa depan generasi kita ke depan.
Jangan sampai negara kita dirusak oleh segelintir pecundang tapi menistakan generasi bangsa dalam waktu panjang. Kita harus sadari bahwa mereka berjunga untuk menghancurkan bangsa dgn berbagai adu domba hingga dijauhlan pada agama. Jangan terulang sejarah tiga setengah abad dijajah bangsa lain.
Selama ini kita ditindas oleh alat yang bernama demokrasì. Maka kita pun harus bisa melawan dengan alat demokrasi dengan segala kekompakan sebagai bangsa pribumi Indonesia. Hilangkan tradisi menjual demokrasi dengan dibayar bayar, dengan recehan dari sponsor kapitalis. Jangan lagi tertipu dan tunduk pada politisi antek cukong.
Persiapkan keluarga sanak saudara dan kerabat kita untuk melawan secara demokrasi dengan segala kesadaran dan kecerdasan demi bangsa dan negara terlebih agama. Salam Pribumi Indonesia.
*Penulis adalah Aktivis Kemanusian, Tinggal di Bandung
Editor: Tokohkita