Rokhmin Dahuri

Pengembangan Industri Bioteknologi Kelautan di Indonesia Masih Banyak Tantangan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Senin, 28 Juni 2021 - 23:11 WIB

Rokhmin Dahuri/Istimewa
Rokhmin Dahuri
Foto: Istimewa

Menurut Rokhmin, peningkatan volume produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, dapat dilakukan melalui pengembangan perikanan budidaya (akuakultur) dan bioteknologi kelautan (marine biotechnology).

TOKOHKITA. Potensi produksi lestari akuakultur Indonesia sekitar 100 juta ton per tahun.  Namun, potensi produksi lestari tersebut ada batasnya, sesuai dengan daya dukung lingkungan mikro (kolam) maupun makro (kawasan).

Maka, pada titik inilah, bioteknologi kelautan mampu melipatgandakan produktivitas usaha akuakultur. Demikian disampaikan Rokhmin Dahuri, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, saat  saat menjadi narasumber Seminar “Blue Biotechnology dalam Pengembangan Ekonomi Biru Indonesia,” yang dilaksanakan Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Badan Riset SDM Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) secara daring, Senin (28/6/2021).

Menurut Rokhmin, peningkatan volume produksi ikan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, dapat dilakukan melalui pengembangan perikanan budidaya (akuakultur) dan bioteknologi kelautan (marine biotechnology).

Dengan bioteknologi kelautan, ikan dan biota laut lainnya tidak hanya bermanfaat sebagai bahan pangan (khususnya protein hewani), tetapi juga dapat diekstrak senyawa bioaktif (bioactive compound)-nya sebagai bahan baku untuk industri farmasi, functional foods, kosmetik, cat, film, bioenergy, dan berbagai macam jenis industri lainnya. "Dengan bioteknologi kelautan melalui teknik bioremediasi dapat mengatasi atau memulihkan  ekosistem perairan yang tercemar," terang Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan ini.

Rokhmin memaparkan sumber industri bioteknologi kelautan (IBT) adalah keanekaragaman hayati laut. Karena Indonesia memiliki marine biodiversity terbesar di dunia, maka mestinya Indonesia lah sebagai produsen IBT terbesar (nomor satu) di dunia.
"Namun, hingga kini IBT Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara dengan potensi bioteknologi kelautan yang jauh lebih kecil, seperti Malaysia, Thailand, China, Korea Selatan, dan Australia," ungkapnya.

Belum berkembangnya IBT di dalam negeri karena masih menghadapi banyak permasalahan dan tantangan. Pertama, pada umumnya, R & D bioteknologi kelautan perlu waktu lama sekitar 5– 10 tahun dan biaya relatif mahal untuk menghasilkan produk farmasi, kosmetik, bioenergy, spesies unggul, microba untuk bioremediasi, dan lainnya.

Kedua, sebagian besar sektor swasta (industri) kurang atau tidak memiliki jiwa nasionalisme, sehingga mereka lebih senang membeli produk teknologi impor dari pada mengembangkan (scaling up) dari hasil penelitian pada tahap invention (prototipe) menjadi produk teknologi komersial (innovation). "Masih ada persepsi negatif tentang produk bioteknologi kelautan, yang dikhawatirkan membahayakan organisme lain dan ekosistem alam," jelas Rokhmin.

Di sisi lain, ekosistem inovasi, khususnya untuk IBK belum terwujud akibat SDM peneliti dan perekayasa yang minim. Kemudian, prasarana dan sarana R & D, anggaran insentif dan disinsentif, kebijakan politik–ekonomi, yang belum baik. Sehingga, linkages antar sub-sistem tersebut juga belum terwujud.

Untuk menjawab persoalan tersebut, Rokhmin pun menyodorkan strategi pengembangan industri bioteknologi kelautan di Indonesia. Pertama, evitalisasi industri bioteknologi kelautan existing. Kedua, pengembangan industri pakan (feed) berbasis microalgae dan biota laut lainnya. Ketiga, pengembangan industri functional food (healthy food & beverages), farmasi, dan kosmetik berbasis macroalgae (rumput laut), microalgae, chitin and chitosan, dan sisik atau kulit ikan.

Keempat, pengembangan biofuel berbasis microalgae. Kelima, genetic engineering untuk menghasilkan induk dan benih ikan, udang, kepiting, moluska, rumput laut, tanaman pangan, dan biota lainnya yang unggul.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER