Rokhmin Dahuri

Sektor Perikanan Budidaya Bisa Jadi Solusi Masalah Pembangunan di Indonesia

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Selasa, 14 Juni 2022 - 17:14 WIB

Total potensi perairan laut Indonesia yang cocok untuk budidaya laut adalah sekitar 24 juta ha, dan hingga tahun 2020 yang dimanfaatkan untuk budidaya laut hanya 102.254 ha (9,6% total potensi wilayah)

TOKOHKITA. Sektor perikanan budidaya, khususnya budidaya laut, diyakini memiliki potensi yang sangat besar untuk mengatasi semua permasalahan dan tantangan pembangunan tersebut, sekaligus berkontribusi pada terwujudnya Indonesia yang maju, sejahtera, dan berdaulat pada tahun 2045. 

Demikian diutarakan Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS saat menjadi keynote speech tentang Pengembangan Marikultur di Forum Marikultur Indonesia, Kota Denpasar, Pulau Bali, Selasa (14/6/2022).

Bukan tanpa alasan sektor perikanan budidaya bisa mengatasi semua permasalahan dan tantangan pembangunan. Menurut Rokhmin, setidaknya ada enam alasan yang menjadi parameternya. Pertama, sebagai negara kepulauan terbesar di Bumi dengan 75?ri total wilayahnya tertutup laut dan 28?ri luas daratannya, berupa ekosistem air tawar termasuk sungai, danau, dan waduk, Indonesia memiliki potensi produksi perikanan budidaya berkelanjutan terbesar di dunia, yakni sekitar 100,06 ton per tahun.

Sementara total potensi perairan laut Indonesia yang cocok untuk budidaya laut adalah sekitar 24 juta ha, dan hingga tahun 2020 yang dimanfaatkan untuk budidaya laut hanya 102.254 ha (9,6% total potensi wilayah). Sedangkan total produksi budidaya laut Indonesia pada tahun 2020 hanya 8,5 juta ton (14% total potensi produksi).

“Artinya, ruang untuk perluasan pengembangan budidaya laut, investasi, dan bisnis untuk meningkatkan daya saing Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, dan kemakmuran rakyat masih sangat terbuka. Dengan kemajuan inovasi teknologi di Era Industri 4.0 ini, pada dasarnya batas pengembangan budidaya laut di Indonesia hanyalah sebatas langit,” tandas Menteri Perikanan dan Kelautan Kabinet Gotong Royong itu.

Kedua, sejak tahun 2003 produksi budidaya laut telah menjadi kontributor dominan terhadap total produksi perikanan budidaya Indonesia, lebih dari 50%. Pada tahun 2020, produksi budidaya laut adalah 9,7 ton yang menyumbang 58% total produksi budidaya.

Hingga saat ini lebih dari 95 persen total produksi budidaya laut berasal dari rumput laut karaginan dan rumput laut. Hanya kurang dari 5 persen produksi budidaya laut yang berasal dari finfish (kebanyakan kerapu dan barramundi), dan tiram mutiara. Sedangkan lobster (duri), remis, dan teripang masih merupakan penyumbang kecil.  "Sejak tahun 2009, Indonesia telah menjadi produsen komoditas budidaya laut terbesar kedua, setelah China," ungkap  Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara ini. 

Ketiga, karena sebagian besar komoditas dan produk budidaya laut Indonesia diekspor, budidaya laut juga merupakan kontributor penting bagi pendapatan luar negeri negara. Misalnya, sejak tahun 2004, rumput laut menjadi penyumbang terbesar kelima dari total nilai ekspor perikanan Indonesia. 

"Pada tahun 2020, nilai ekspor rumput laut kering sebesar US$ 279,6 juta atau 5,4?ri total nilai ekspor perikanan (US$ 5,2 miliar). Penyumbang devisa negara perikanan terbesar adalah udang, disusul tuna, cumi-cumi dan gurita, serta kepiting dan rajungan," sebut Rokhmin.

Keempat, sebagian besar masyarakat Indonesia secara teknologi mampu melakukan budidaya laut yang merupakan bisnis yang cukup menguntungkan. Selain itu, budidaya laut juga merupakan sektor padat karya (usaha) yang dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja (pekerja), dan sebagian besar berlokasi di pedesaan, pesisir, pulau-pulau kecil, dan di luar Pulau Jawa.

“Semua karakteristik budidaya laut ini secara signifikan akan membantu bangsa dalam mengatasi masalah dan tantangan pembangunan termasuk pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosial-ekonomi, pembangunan daerah yang miring, stunting dan gizi buruk,” tuturnya.

Kelima, sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia dan konsumsi ikan dan hasil laut per kapita, serta meratanya produksi ikan dari perikanan tangkap (sekitar 80 juta ton per tahun), permintaan komoditas dan produk budidaya laut baik di dalam negeri maupun global akan meningkat. jadi meningkat.

Terakhir, menurut definisi budidaya laut adalah produksi (penetasan dan/atau pemeliharaan) tanaman, hewan, alga, dan invertebrata dalam ekosistem laut. Oleh karena itu, budidaya laut tidak hanya merupakan sumber protein hewani, vitamin, dan mineral dari ikan bersirip, moluska, krustasea, dan ivertebrata. Tetapi juga sebagai sumber bahan baku industri perhiasan (mutiara dari tiram), makanan dan minuman fungsional (sehat), industri farmasi, kosmetik, pulp dan kertas, film, biofuel, dan banyak industri lainnya.

Dalam kesempatan ini, Rokhmin juga bilang, ada dua kategori masalah dan tantangan yang dihadapi pengembangan budidaya laut Indonesia, yakni teknis–internal, dan makro–eksternal. "Dalam konteks ini, masalah dan tantangan teknis – internal menjadi tanggung jawab pembudidaya ikan; sedangkan yang makro-eksternal merupakan tanggung jawab Pemerintah Indonesia," pungkasnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER