Sachrial

Mapancas Punya Saham Besar untuk Republik Ini

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Selasa, 17 Maret 2020 - 11:58 WIB

Mapancas mempunyai saham besar untuk republik ini,karena pada saat itu kehadiran Mapancas untuk melawan dan menghambat laju komunis yang masuk kampus. Alhasil, sudah 62 tahun sudah Mapancas berdiri, selalu andil dalam persoalan bangsa dan menjaga ideologi ini dengan segala keterbatasan.

TOKOHKITA. Dewan Penasehat DPP Mahasiswa Pancasila (Mapancas) Sachrial hadir dalam pelantikan DPD Mapancas Kota Bogor, baru baru ini. Dalam kegiatan ini, Sachrial memberikan pemaparan kepada audiens yang hadir terkait sepak terjang organisasi tersebut.

Sachrial yang pernah menjadi Ketua umum Mapancas Periode 2008-2012, memaparkan tentang implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai pembangunan karakter bangsa. "Mapancas adalah sebuah organisasi yang mempunyai sejarah panjang dalam peegolakan republik. Mapancas lahir 28 Oktober 1958 setelah 13 tahun Pancasila lahir dan digali dari kalbu rakyat Indonesia oleh Founding Father Soekarno,” ungkapnya.

Menurut dia, sebenarnya Mapancas mempunyai saham besar untuk republik ini,karena pada saat itu kehadiran Mapancas untuk melawan dan menghambat laju komunis yang masuk kampus. Alhasil, sudah 62 tahun sudah Mapancas berdiri, selalu andil dalam persoalan bangsa dan menjaga ideologi ini dengan segala keterbatasan.

“Pancasila adalah ideologi terbuka , tidak boleh ada lembaga manapun yang mencoba menafsirkannya. Pancasila sudah taken for garanted. Jadi bila ada lembaga yang menafsirkan Pancasila saat itu pula Pancasila sebagai ideologi tertutup,” sebut Sachrial.

Ia pun menyoroti kehadiran Badan Pembina Ideologi Pabcasila (BPIP) yang baru dua tahun telah membuat banyak kegaduhan, yang mana kondisi ini akan sangat merugikan buat Pancasila dan negara. “Selain itupun akan membuat marwah dewan pengarah menjadi dipertantanyakan bila ketua BPIP membuat banyak kegaduhan,” kritiknya.

Sachrial bilang, Pancasila juga menjadi dasar kehidupan bernegara dan berbangsa para pemuka kekuasaan. Artinya, mereka harus menjadi teladan, kebijakan politik, ekonomi dan kebijakan lainnya. Makanya, kebijakan yang diturunkan dalam setiap peraturan harus didasari pada groundnorm (norma dasar).

Bila hal ini tak terjadi,maka Pancasila akan menjadi sesembahan saja dan sebatas alat kekuasaan. Selaras dengan apa yang dirasakan oleh Bung Hatta pada tahun 1977 saat peringatan lahir Pancasila, yakni pelaksanaan Pancasila hanya di bibir saja. “Pelaksanaan Pancasila dari rezim ke rezim tidak menjadikan Pancasila sebagai dasar negara,” ujarnya.

Sachrial pun memaparkan lebih jauh jika pada rezim Orde Lama melenceng pada demokrasi terpimpin. Pada masa Orde Baru, Pancasila dijadikan alat untuk melakukan stabilitas politik. Sementara pada masa Orde Reformasi, Pancasila dijadikan topeng. Dan pada saat rezim sekarang ini, Pancasila sebagai alat pemukul lawan hingga akhirnya terbentuklah demarkasi masing masing.

Bila Pancasila dijadikan dasar negara secara sungguh-sungguh, maka negara kita akan menjadi negara yang mempunyai dignity.Karena ajaran dan nilai-nilai pancasila mempunyai local genius yang dahsyat dan local wisdom yang sangat mulia adanya. Tentu itu semua adalah bukti nyata bahwa Pancasila sebagai alat kekuasaan semata tidak menjadi konsensus dasar menciptakan rakyat adil makmur dan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

"Untuk menjadikan Pancasila sebagai pondasi karakter bangsa, maka sesungguhnya Pancasila harus dijadikan gerakan budaya. Sebuah bangsa akan berkembang manakala ada keseimbangan antara chalange dan response. Bila chalenge besar tapi response kecil, maka sebuah bangsa akan punah. Chalenge kecil tapi response besar akan menyebakan bangsa ini tidak dinamis dan tak berkembang,” papar Sachrial.

Sebab itu, kita semua tak mau menjadi bangsa yang akan punah menghadapi chalenge yang besar dengan response yang kecil, maka itu semua didapat dari mental manusianya sendiri. "Soekarno pernah berkata, sistem bagus manusianya jelek sistem akan diubah untuk kepentingan sendiri. Sistem jelek tetapi manusianya baik, maka sistem yang jelek akan diperbaiki,” ungkapnya lagi. Sachrial menutup paparanya,”Maka karakter bangsa ada pada nilai manusianya itu sendiri,” pungkasnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER