Ini Potensi Kerjasama Indonesia dan Taiwan di Sektor Kelautan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Internasional /
  4. Jumat, 16 Desember 2022 - 21:16 WIB

Peluang kerjasama pembangunan ekonomi mencakup perikanan tangkap (perikanan), budidaya pesisir dan laut, industri pengolahan ikan dan makanan laut, industri bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, industri dan jasa maritim

TOKOHKITA. The National Chung Cheng University bekerjasama dengan Taiwan Tun Association (TTA) dan Taiwan Squid and Saury Association (TSSA) menyelenggarakan Seminar Internasional tentang Manajemen Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kantor Balaikota Kaoshiung, Taiwan pada 14 - 15 Desember 2022. 

Sebagai pembicara kunci (keynote speaker) adalah Prof. Rokhmin Dahuri yang menyampaikan makalah berjudul “Enhancing a Mutual Cooperation bewteen Indonesia and Taiwan in Sustainable Marine and Fisheries Development”.  Keynote speaker kedua adalah Dr.  Steven Gerald dari National Oseanography and Atmospheric Administration (NOAA), USA, dengan judul keynote speech “Using Satellite Data in Managing Fisheries: a NOAA Perspective”. 

Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin menyebutkan, peluang atau potensi kerjasama antara Indonesia di sektor kemaritiman. Misalnya, kerjsama dalam pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, bandara, konektivitas digital; dan pembangkit listrik biru, terutama berbasis laut dan energi terbarukan lainnya termasuk pasang surut, ombak, biofuel dari ganggang laut, angin, matahari, dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion).

Peluang kerjasama pembangunan ekonomi mencakup perikanan tangkap (perikanan), budidaya pesisir dan laut, industri pengolahan ikan dan makanan laut, industri bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, industri dan jasa maritim (misalnya galangan kapal, alat tangkap, rekayasa pesisir dan samudera), transportasi laut, dan lainnya. "Indonesia dan Taiwal juga bisa bermitra pada pengembangan bersama dalam wisata pesisir dan bahari," sebutnya.

Selain itu, kerjsama bidang perdagangan komoditas, produk, mesin dan peralatan, serta jasa yang berkaitan dengan ekonomi dan industri kelautan, juga sangat potensial dikerjsamakan kedua negara. "Taiwan harus membantu Indonesia meningkatkan kemampuannya di bidang manufaktur dan proses nilai tambah," harap Rokhmin.

Selanjutnya, program bersama dalam memerangi IUU (Illegal, Unregulated, and Unreported) fishing, perampokan, pembajakan, imigran ilegal, perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan kegiatan kriminal lainnya di laut. Perlindungan lingkungan, konservasi keanekaragaman hayati, dan penerapan Ekonomi Biru untuk memastikan pembangunan maritim yang berkelanjutan.

Ke depan, Taiwan dan Indonesia juga perlu memperkuat kerjasama dalam meningkatkan dan mengembangkan nelayan dan pelaut Indonesia yang bekerja di kapal wisata, kapal transportasi. Sebab itu, bekerja sama dengan SPPI, pemerintah Indonesia harus melakukan peningkatan kapasitas (pengetahuan, keterampilan, dan etos kerja) bagi nelayan dan pelaut Indonesia agar kualitasnya menjadi yang terbaik, sebelum mereka datang dan bekerja di Taiwan. 

"Demikian pula pemerintah dan perusahaan Taiwan juga harus memperlakukan nelayan dan pelaut Indonesia secara manusiawi termasuk gaji yang baik, kesejahteraan, keselamatan jiwa, dan hak asasi manusia," pintanya.

Selain itu, Rokhmin menyebutkan, kerjasama Indonesia dan Taiwan juga terbuka lebar pada pengembangkan langkah-langkah mitigasi dan adaptasi untuk perubahan iklim global, tsunami, dan bencana alam lainnya, hingga penyelesaian sengketa batas laut secara damai. "Joint research and development di berbagai aspek terkait kemaritiman, serta pendidikan dan pelatihan mata pelajaran terkait pesisir dan maritim," sebutnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER