Di FGD Bappenas, Prof Rokhmin Dahuri Beberkan Strategi Pembangunan Kehati Berkelanjutan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Kamis, 26 Januari 2023 - 23:20 WIB

Dalam FGD tersebut, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University ini menyampaikan tentang Kebijakan, Strategi, dan Program Pembangunan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Perairan Laut dan Tawar secara Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.

TOKOHKITA. Prof. Rokhmin Dahuri menjadi salah satu pembicara (narasumber) pada acara FGD Penjaringan Isu dan Solusi Pembangunan Berkelanjutan dalam Rangka Penyusunan RPJPN 2025-2045, yang digelar BAPPENAS di Gedung BAPPENAS,Jakarta, Kamis (26/1/2023). 

Dalam FGD tersebut, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University ini menyampaikan tentang Kebijakan, Strategi, dan Program Pembangunan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Perairan Laut dan Tawar secara Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan.

Menurut Rokhmin, pembangunan kehati perairan berkelanjutan berguna untuk produksi pangan, farmasi, energi, serat, dan lainnya, yang di dalamnya mencakup kebutuhan nasional dan ekspor. "Pembangunan kehati perairan berkelanjutan juga berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi inklusif, mensejahterakan seluruh rakyat secara adil dan tentunya untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan," terang Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 sampai sekarang.

Bukan tanpa alasan, Indonesia harus memprioritaskan pembangunan keanekaragaman hayati atawa biodiversity perairan laut dan tawar secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Misalnya, Arus Lintas Indonesia (arlindo) yang secara kontinu bergerak bolak-balik dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia juga berfungsi sebagai nutrient trap (perangkap unsur hara, seperti nitrogen dan fosfor).

Artinya, perairan laut Indonesia merupakan habitat ikan tuna terbesar di dunia (the world tuna belt), memiliki marine biodiversity tertinggi di dunia, termasuk coral triangle, dan memiliki potensi produksi lestari atau maximum sustainable yield ((MSY) ikan laut terbesar di dunia, yakni sekitar 12,5 juta ton per tahun.

"Perairan Indonesia juga sebagai bagian dari Global Conveyor Belt dan terletak di Khatulistiwa, sehingga menjadikan Indonesia secara klimatologis sebagai pusat pengatur iklim dunia (El-Nino dan La-Nina)," sebut Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara ini.

Lebih lanjut Rokhmin memaparkan, potensi ekonomi kelautan Indonesia yang luar biasa. Total potensi ekonomi sebelas sektor Kelautan Indonesia adalah sekmitar US$ 1,348 triliun per tahun atau lima kali lipat APBN 2021 (Rp 2.400 triliun = US$ 190 miliar) atau 1,3 PDB Nasional saat ini.

Selanjutnya, mampu menyerap lapangan kerja sebanyak 45 juta orang atau 40% total angkatan kerja Indonesia. Pada 2014 kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia baru sekitar 20%. "Negara-negara lain dengan potensi kelautan lebih kecil seperti Thailand, Korsel, Jepang, Maldives, Norwegia, dan Islandia, kontribusinya sudah lebih dari 30%," ungkapnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER