Rokhmin Dahuri

Akuakultur Mampu Beradaptasi dengan Perubahan Iklim

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. LINGKUNGAN /
  4. Rabu, 3 Agustus 2022 - 22:35 WIB

Budidaya perairan bisa menjadi salah satu pendekatan untuk membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, yakni dengan berfokus pada spesies herbivora, akuakultur dapat menyediakan makanan bergizi dengan jejak karbon rendah.

TOKOHKITA. Departemen Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada menggelar program Virtual Summer Course “Tropical Aquaculture and Fisheries Management under Global Environmental Changes, yang digelar 3- 29 Agustus 2022.

Adapun Virtual Summer Course dirancang khusus untuk mahasiswa sarjana di tahun ke-3 atau ke-4 atau mahasiswa pascasarjana perikanan ilmu pengetahuan, yang terdiri dari beberapa sesi. Adapun salah satu pembicara dalam Virtual Summer Course ini adalah Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University yang juga Ketua Umum Perhimpunan Akuakultur Indonesia.

Dalam kesempatan ini, Rokhmin memaparkan makalah berjudul "Pengelolaan Akuakultur Berkelanjutan sebagai Strategi Mengatasi Perubahan Iklim". Dalam pemaparannya, Rokhmin juga mengulas peta jalan pengembangan untuk perikanan yang produktif, efisien, inklusif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Menurut dia, akuakultur sebagai sistem produksi flora dan fauna di lingkungan yang terkendali, bisa jadi lebih baik ditempatkan untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. "Namun, ketika kolam terbuka atau lingkungan laut digunakan, efek GCC pada karakteristik air (pengasaman, ketersediaan oksigen, suhu, salinitas, dan permukaan laut), maka harus ada penanganan," terang Rokhmin, Rabu (3/8/2022).

Rokhmin juga menjelaskan, budidaya perairan bisa menjadi salah satu pendekatan untuk membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim, yakni dengan berfokus pada spesies herbivora, akuakultur dapat menyediakan makanan bergizi dengan jejak karbon rendah. 

"Budidaya kerang, seperti tiram dan remis tidak hanya bisnis yang baik, tetapi juga membantu membersihkan perairan pesisir, sementara membudidayakan tanaman air membantu menghilangkan limbah dari perairan yang tercemar," ungkap Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2020 - 2024 itu.

Bahkan, lanjut Rokhmin, terdapat 13 jenis mikroalga dari perairan laut Indonesia yang mengandung senyawa hidrokarbon untuk bahan bakar nabati. Adapun keempat spesies utama itua adalah Nannocholoropsis oculata (24%), Scenedesmus (22%), Chlorella (20%), dan Dunaliela salina (15%).

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER