Rokhmin Dahuri

Posisi Geoekonomi Indonesia Bisa Menjadi Penggerak Utama Pembangunan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Jumat, 27 Mei 2022 - 15:02 WIB

Jika ingin menjadi bangsa maju, adil-makmur, dan berdaulat, Indonesia harus mampu memproduksi barang dan jasa berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan energi untuk memenuhi kebutuhan nasional maupun ekspor secara berkelanjutan.

TOKOHKITA. Karena kondisi alam dan posisi geoekonomi, agro maritim merupakan keunggulan komparatif Indonesia, yang dengan sentuhan inovasi IPTEKS, manajemen modern, dan kebijakan politik ekonomi yang tepat dan benar dapat ditransformasi menjadi keunggulan kompetitif sekaligus sebagai prime mover pembangunan ekonomi yang produktif, efisien, berdaya saing, inklusif, dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.

Demikian diutarakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS pada acara halal bi halal  Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (Ispikani) secara daring, Kamis (26/5/2022). Menurut dia, mengutip Porter, 2007, keunggulan kompetitif akan lebih mudah, murah, dan cepat dibangun atas dasar keunggulan komparatif (comparative advantage) yang dimiliki suatu negara-bangsa. "Agro-maritim merupakan keunggulan komparatif Indonesia," kata Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia ini. 

Rokhmin mengungkapkan, di era dunia yang ‘highly interconnected’ (berkat teknologi transportasi, komunikasi, dan digital) dan globalisasi, bangsa-bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat adalah mereka yang mampu membangun perekonomiannya berbasis pada keunggulan kompetitif.

Yang terang, bukan tanpa alasan kalau sektor agro maritim merupakan keunggulan komparatif Indonesia. Merujuk data, di sektok kelautan saja, total potensi ekonomi sebelas sektor kelautan Indonesia mencapai US$ 1,4 triliun per tahun atau tujuh kali lipat APBN 2021 yang senilai Rp 2.750 triliun  (US$ 196 miliar) atau 1,2 PDB nasional 2020. "Sektor kelautan juga bisa menyerap lapangan kerja sebanyak 45 juta orang atau 30% total angkatan kerja Indonesia.

"Pada tahun 2018, kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia sekitar 10,4%.  Hanya, negara-negara lain dengan potensi kelautan lebih kecil seperti Thailand, Korsel, Jepang, Maldives, Norwegia, dan Islandia, kontribusinya  sudah lebih dari 30%. Artinya, kontribusi sektor kelautan kita belum tergali optimal,' sebutnya.

Besarnya potensi kelautan lantaran secara geografis Indonesia memiliki luas laut teritorial sebesar 3,4 juta km2, luas laut ZEE sebesar 3 juta km2, memiliki panjang garis pantai 108.000 km atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada, dan jumlah pulau sebanyak  17.504 pulau, terdiri dari 16.056 pulau telah bernama & 1.448 tidak bernama.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan yang sama, Rokhmin juga mengajak agar momentum Ramadan lalu menjadi repleksi terhadap kebangkitan perikanan nasional. Lagi pula, jika melihat data saat ini trend produksi perikanan tangkap Indonesia terus meningkat dibanding negara produsen utama lainnya. "Sejak 2009, Indonesia menjadi produsen akuakultur terbesar ke-2 di dunia setelah Tiongkok," ungkap Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020–2024.

Rokhmin kembali menegaskan, jika ingin menjadi bangsa maju, adil-makmur, dan berdaulat, Indonesia harus mampu memproduksi barang dan jasa  berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, rekreasi, dan energi untuk memenuhi kebutuhan nasional  maupun ekspor secara berkelanjutan. "Secara potensial, mestinya bangsa Indonesia mampu untuk melakukan hal tersebut,” tegas Wakil Ketua Dewan Pakar MN KAHMI itu.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER