Rokhmin Dahuri

Sektor Kelautan dan Perikanan Harus Menjadi Mesin Penggerak Ekonomi Nasional

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Selasa, 2 Juni 2020 - 23:01 WIB

Indonesia mempunyai potensi produksi perikanan terbesar di dunia, sekitar 113,5 juta ton per tahun yang mencakup perikanan budidaya 100 juta ton dan perikanan tangkap sebesar 13,5 juta ton. Hingga 2019 baru diproduksi sebanyak 14 juta ton ikan atau sebesar 12,3%.

TOKOHKITA. Total potensi ekonomi sebelas sektor kelautan di Indonesia diperkirakan mencapai: US$ 1,338 triliun per tahun atau lima kali lipat dari APBN 2019 yang senilai Rp 2.400 triliun  (US$ 190 miliar) atau 1,3 PDB nasional saat ini. Kemudian, lapangan kerja yang bisa diseap sebanyak 45 juta orang atau 40% total angkatan kerja Indonesia.

Pada tahun 2014 saja kontribusi ekonomi kelautan bagi PDB Indonesia sekitar 22%, padahal negara-negara lain dengan potensi kelautan lebih kecil seperti Thailand, Korsel, Jepang, Maldives, Norwegia, dan Islandia, kontribusinya kurang dari 30%. Atas dasar itu, semestinya Indonesia menjadi raja dalam sektor ekonomi kelautan dan perikanan di dunia. Hal ini isampaikan  Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri dalam acara Webinar Agro Maritim Academy bertema Strategi Sektor Perikanan dan Kelautan Menjadi Motor Pengegrak Perekonomian Nasional di Tengah Pandemi Covid-19, Selasa (2/6/2020).

Adapun yang menjadi alasan sektor kelautan dan perikanan bisa sebagai mesin penggerak perekonomian nasional karena seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran tentang gizi ikan dan seafood yang lebih sehat serta mencerdaskan "Permintaan pasarnya pun terus meningkat baik domestik mauoun  ekspor," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004 itu 

Menurut Rokhmin, Indonesia mempunyai potensi produksi perikanan terbesar di dunia, sekitar 113,5 juta ton per tahun yang mencakup perikanan budidaya 100 juta ton dan perikanan tangkap sebesar 13,5 juta ton. Hingga 2019 baru diproduksi sebanyak 14 juta ton ikan atau sebesar 12,3%. Adapun untuk penyerapan tenaga kerja di sektor kelautan dan perikanan, saat ini ada 6,31 juta tenaga kerja langsungi. Sementara tenaga kerja tidak lansung di sektor industri hulu-hilir kelautan dan perikanan sebanyak 9,2 juta orang.

Di sisi lain, ekonomi kelautan atau mmarine economy merupakan kegiatan yang berlangsung di wilayah pesisir, dan lautan, kegiatan ekonomi di darat (lahan atas) yang menggunakan SDA dan jasa-jasa lingkungan kelautan untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan umat manusia. "Ekonomi kelautan bukan hanya ikan, udang dan kekerangan tapi seluruh aktivitas kelautan. Kabar baiknya kita baru manfaatkan potensi kelautan itu baru sekitar 22%,” sebutRokhmin.

Yang terang, dalam pengelolaan potensi yang besar tersebut bukan hanya dengan perasaan melainkan dengan ilmu dan konsep yang benar. Artinya, membangun ekonomi kelautan harus benar-benar dikelola dengan berbasis ilmu. “Membangun kelautan itu bukan berbasis udel, berbasis perasaan, tapi berbasis ilmu. Jangan dibodohin terus, kita harus pakai ilmu bukan dengan menggunakan narasi-narasi gombal,” tukas Guru Besar Kelautan IPB.    

Meski demikian, Rokmin juga bilang, usaha perikanan Indonesia saat ini masih didominasi oleh pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang mencapai 98%. Sayangnya, pengucuran kredit kepada UMKM masih sangat terbatas. "Untuk kredit UMKM di sektor hanya 0,75?ri sekian sektor yang ada,” ungkapnya.

Rokmin menambahkan, masalah utama dalam pengembangan ekonomi kelautan ada di pengolahan dan perdagangan ikan. Namun anggaran dari Kementerian Keuangan untuk pengolahan dan perdagangan ikan di tengah pandemi Covid-19 justru kecil hanya Rp36,7 miliar, sedangkan untuk PSDKP sebesar Rp 106,48 miliar.  Meski demikian, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia mengajak kepada seluruh komponen bangsa, utamanya jajaran Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk bekerja keras, cerdas dan ikhlas, agar semua bisnis di seluruh rantai pasok sektor kelautan dan perikanan berjalan baik.

“Kita ingin Indonesia ini nilai ekspor perikanannya terbesar kedua di dunia. Sekarang ini kita keempat belas. Terus kita harus menjadi produsen akuakultur dunia. Kita jangan malas membina rakyat, jadikan rakyat sebagai pelaku utama. Untuk nelayan, pastikan nelayan sendiri yang punya kapal,” tandas Rokhmin.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER