Rokhmin Dahuri

Indonesia Rentan Terhadap Perubahan Iklim Global

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Senin, 21 Agustus 2023 - 21:21 WIB

Secara biologi Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap perubahan iklim global. Karena sebagai Negara tropis dengan perputaran temperatur 2-4 derajat per tahun

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS khawatir negara berkembang seperti Indonesia terhadap dampak perubahan iklim lebih berat, karena ada semacam dilema. 

"Ada anggapan bahwa Negara makmur bisa meningkatkan ekonomi, implikasinya eksploitasi sumber daya alam atau mengeluarkan energi," katanya.

Demikian diutarakan Rokhmin dalam dialog nasional bertemakan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045 yang dibuka secara langsung oleh Menteri PPN/BAPPENAS Suharso Manoarfa di Ruang Rapat Gedung Utama BAPPENAS, Taman Suropati, Jakarta, Senin (21/8).

Dialog yang di selenggarakan secara hybrid dihadiri sebagai moderator Dr.Dinopati Djalal, dan beberapa narasumber di antaranya Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, Prof.Emil Salim, Prof. Dwikorita Karnawati, Prof. Daniel Murdiarso, dan Fahmudin Agus.

Menurut Rokhmin, secara biologi Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap perubahan iklim global. Karena sebagai Negara tropis dengan perputaran temperatur 2-4 derajat per tahun. "Toleransi terhadap suhu sangat penting, jika suhu meningkat tinggi kemudian air laut juga meningkat sangat bisa terjadi jenis-jenis ikan akan mati," ujarnya.

Oleh sebab itu, perlu langkah serius menyelamatkan perikanan dan kelautan Indonesia, karena sekitar 16 juta orang Indonesia menggantungkan hidupnya dari sektor perikanan dan kelautan, tandas Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – Sekarang.

Yang terang, perubahan iklim global, mengakibatkan terjadinya peningkatan permukaan air laut. Fenomena ini merupakan akibat dari pemanasan suhu global yang disebabkan emisi gas karbon. Kalau benar-benar suhu laut ini akan meningkat Indonesia sebagai Negara tropis yang paling menderita.

Kedua, dampak planting di laut juga sangat menderita juga, ada ocean yang karbon dioksida (CO2) semakin banyak sehingga air laut makan masam, atau PH nya makin turun. Hampir seluruh organisme (biota) laut yang tersusun oleh kalsium termasuk moluska (kekerangan) kalau global warming makin seru, berdampak ekosistem perikanan akan terancam.

Menurut Rokhmin, ada beberapa alasan Indonesia rentan perubahan iklim. Sebagian besar pulau di Indonesia berukuran kecil, sekitar 74%  pulaunya berukuran di bawah 2000 km2 jumlahnya 99,9%. Oleh karena itu, penting untuk menjaga laut dan perikanan Indonesia. Dampak dari pemanasan global harus bisa dicegah dan dikendalikan, katanya.

Atas dasar itu, fokus penanganan adalah dengan mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon. Perlu upaya yang serius dalam hal adaptasi perubahan iklim. Solusinya, kita mereduksi CO2, dengan mengaktifkan blue carbon.

Kemudian, sejak 2015 ITB ditugaskan Presiden Jokowi untuk mengimplementasikan menghasilkan Bio Karbon, untuk biofuel. Ternyata ada 13 spesies mikroalga dari perairan laut Indonesia telah diidentifikasi dan dipastikan mengandung Hydro-Carbon Compound untuk biofuel, secara teknologi kita sudah berhasil membuat minyak dari mikroalga, terang Prof. Rokhmin Dahuri.

Menurutnya, jika rencana ITB didukung dengan benar, kita ingin membangun 2 juta hektar lahan pesisir dan laut untuk dijadikan farm untuk mikroalga. Kalau itu disetujui berarti bisa produk 2 juta liter minyak per hari. Padahal impor kita setiap hari sekitar 400 ribu barel, jelasnya.

Mikro agro culture selain menghambat global warning juga memproduk biofuel yang sangat compatible. Dari segi adaptasi ada biologi fisik dan sosial ekonomi, dari sudut biologi sudah ditemukan 5 jenis species ikan bandeng, udang yang resisten terhadap peningkatan suhu. "Jadi kalau pemanasan global terjadi ada species-species yang bertahan.Tetapi dari ribuan species kita baru 5 species," ungkap Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2001 – 2004 itu.

Selanjutnya, kalau kita mau bicara mitigasi seperti janji Presiden Jokowi akan menanam kembali 19.000 hektar mangrove dilaksanakan sektor kelautan dan perikanan sudah kontribusi. Diketahui, Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Luasnya 3,36 juta hektar atau sekitar 20?ri total hutan mangrove di dunia.

Rokhmin juga mengingatkan, kita sebagai negara belum kaya harus berhati-hati. Perhitungan angka kemiskinan atas dasar garis kemiskinan versi Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin mencapai sebesar 26,36 juta orang, tapi garis kemiskinannya hanya US$ 1,2 

Namun, menurut garis kemiskinan Bank Dunia orang Indonesia yang miskin masih 112 juta orang sekitar 4%. Itu yang menyebabkan ibu menjual anak, suami membully istri. "Jadi dalam melakukan target harus mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial, kata Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara itu.

Walaupun kita membaik, tetapi fakta sekarang gross national income/GNI perkapita masih 8.000 dollar AS masih zaman dulu. Padahal disebut suatu Negara dikatakan negara makmur (high-income country) apabila GNI per kapitanya lebih dari 13.800 dollar AS. Jadi masih jauh panggang dari api, tandas Anggota Dewan Penasihat Ilmiah Internasional Pusat Pengembangan Pesisir dan Laut Berkelanjutan, Universitas Bremen, Jerman tersebut.

Mengutip Litbang Kompas pada tanggal 9 Desember tahun lalu, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia tersebut, biaya yang diperlukan orang Indonesia untuk membeli makanan bergizi seimbang (sehat) sebesar 22.300/hari. Berapa juta orang Indonesia yang tidak mampu punya uang 22.300 Rupiah untuk membeli makanan bergizi, ada 183 juta orang Indonesia atau 68 persen. Jadi sebenarnya kita tidak baik-baik saja, katanya

Dalam kesempatan itu, pakar kelautan, perikanan dan masyarakat pesisir asal Cirebon, Jawa Barat, ini juga menceritakan waktu perdebatan capres Amerika Serikat, Donald Trump tak percaya adanya global warming is happening, pemanasan global yang mengancam Bumi.

"Tetapi dengan situasi dunia dengan global warming diharapkan tidak ada lagi yang tidak percaya bahwa global warming is happening, ujarnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER