Rokhmin Dahuri

Lulusan Universitas Al-Ghifari Didorong Jadi Wirausahawan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. EDUKASI /
  4. Sabtu, 27 November 2021 - 22:36 WIB

Indonesia saat ini juga masih menghadapi tantangan rendahnya kapasitas literasi, inovasi, dan produktivitas tenaga kerja

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University,  Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS mendorong para lulusan Universitas Al-Ghifari memilih jalan menjadi wirausaha atawa entrepreneur.

Demikian disampaikan Rokhmin saat memberikan orasi ilmiah pada Wisuda Sarjana Universitas Al-Ghifari, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (27/11). Menurut Penasehat Menteri Kelautan dan KKP ini, populasi pengusaha di Indonesia masih rendah. Padahal, jumlah wirausahawan menjadi salah satu indikator kemajuan suatu bangsa

Rokhmin mengungkapkan, pada 2014, jumlah entrepreneur di Indonesia hanya 1,6%  dari total penduduk, kemudian naik menjadi 3,1% pada tahun 2018. "Salah satu syarat bagi suatu negara untuk maju dan makmur adalah jumlah wirausahawannya minimal 7% total penduduknya merujuk Bank Dunia.  Sebagai perbandingan, jumlah entrepreneur di Amerika Serikat mencapai 14%, Singapura 8%, Malaysia 5%, dan Thailand 4%," katanya.

Oleh sebab itu, sangat diharapkan para lulusan Universitas Al-Ghifari nantinya akan lebih banyak menjadi wirausahawan ketimbang sebagai pegawai negeri sipil dan bekerja pada orang lain atau perusahaan. 

"Seorang entrepreneur bukan mencari kerja, tetapi menciptakan lapangan kerja, baik untuk dirinya maupuan orang lain.  Seorang entrepreneur yang sukses pasti memberikan banyak manfaat kepada sesama.  Iniliah sebaik-baik manusia dalam pandangan Allah SWT,” kata Ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

Rokhmin menjelaskan, Indonesia saat ini juga masih menghadapi tantangan rendahnya kapasitas literasi, inovasi, dan produktivitas tenaga kerja . Muara dari semua hal di atas adalah rendahnya daya saing dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.  ‘Pada 2020, daya saing Indonesia pada tataran dunia hanya di peringkat ke-50 dari 141 negara yang disurvei, dan urutan ke-4 di kawasan ASEAN dibawah Singapura (3), Malaysia (23), dan Thailand (32),” paparnya.

Dalam hal IPM, pada tingkat global, Indonesia baru mencapai nilai 72 atau peringkat ke-107 dari 189 negara yang disurvei.  Nigeria merupakan negara dengan IPM terendah di dunia.  “Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia menempati peringkat ke-6 di bawah Singapura ke-9, Malaysia (39), Brunei Darussalam (57), Thailand (83), dan Pilipina (113).  Persyaratan untuk menjadi negara maju dan makmur, IPM-nya harus diatas 80 merujuk UNESCO,” ungkap wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat itu.

Rokhmin juga mengemukakan, sejak memasuki abad-21 (tahun 2000), terdapat lima kecenderungan global (key global trends) yang sangat berpengaruh terhadap maju-mundurnya sebuah bangsa dan kehidupan umat manusia secara keseluruhan.  Pertama, jumlah penduduk yang terus bertambah dan gaya hidup yang hedonis serta konsumtif.  

Kedua, pencemaran lingkungan (environmental pollution) dan pengikisan keanekaragaman hayati (biodiversity loss) yang kian meluas dan masif, serta perubahan iklim global (global climate change) atau global warming.   

Ketiga,  lahirnya generasi teknologi di era Revolusi Industri Keempat (Industry 4.0) dan perkembangannya yang super cepat. ”Teknolologi yang dimaksud meliputi internet of things, artificial intelligent, big data, cloud computing, blockchain, 3D dan 5D printing, robotics, human – machine interface, bioteknologi, dan nanoteknologi,” kata Rokhmin.

Keempat, dunia yang semakin terhubungkan (highly interconnected) dan bercirikan  volatile, uncertain, complex, dan ambiguous (VUCA) telah mengakibatkan hampir semua aspek kehidupan tidak menentu. 

Kelima, pandemi Covid-19 yang bermula dari Wuhan, China pada Desember 2019 yang sampai sekarang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya.  ”Pandemi ini bukan hanya telah merusak atau mendisrupsi bidang kesehatan, tetapi juga ekonomi dan hampir seluruh aspek kehidupan manusia,” tuturnya.

Di akhir orasi ilmiahnya, Rokhmin menjabarkan profil dan karakter alumni perguruan tinggi  yang sukses.  Pertama, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.  Kedua, memiliki kompetensi  iptek  (hard skills) sesuai dengan bidang ilmu atau program studi yang dipelajari. 

Ketiga, harus sehat, cerdas, cakap, terampil, kreatif, inovatif, berpikir kritis, mampu menganalisis masalah secara tepat dan benar, mampu memecahkan masalah, fleksibel dan adaptif, mampu bekerja sama (teamwork), dan berjiwa wirausaha (entrepreneurship).

Keempat, menguasai iptek  di era Industri 4.0, khususnya information technology (penggunaan komputer dan teknologi digital) dan bahasa asing (Inggris, Arab, dan Mandarin).  ”Kelima, memiliki etos kerja yang unggul seperti rajin, ulet, tampil maksimal, dan disiplin, dan berakhlak mulia termasuk jujur, amanah, toleransi, sabar, penyayang, dan ikhlas,” papar Rokhmin.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER