Rokhmin Dahuri

Ini Peta Jalan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Sumbar

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Jumat, 1 Oktober 2021 - 21:32 WIB

Berdasarkan data 2019, sekitar 86,9% produksi perikanan budidaya Sumbar berasal dari kolam yang mana produksi perikanan budidaya air tawar Sumbar sebagian besar produksinya berasal dari Kabupaten Pasaman yakni mencapai 20,3%.

TOKOHKITA. Sumatra Barat (Sumbar) memiliki potensi kelautan dan sektor perikanan yang melimpah dan dapat menjadi modal penting pembangunan wilayah, sekaligus menjadi sektor penggerak ekonomi dengan potensi lestari atau sumber daya ikan (SDI) laut sebesar 565.100 ton per tahun. Namun, hingga 2019 tingkat pemanfaatan potensi tersebut baru mencapai 38,5%.

Demikian diutarakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof DR Rokhmin Dahuri, MS saat memaparkan “Peta Jalan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Menuju Sumatra Barat Madani, Maju, dan Sejahtera” pada Rapat Paripurna DPRD Provinsi yang digelar secara daring pada Jum’at (1/10/2021).

Pada agenda perayaan Hari Jadi ke-76 Sumatera Barat tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan era Presiden Megawati itu menyebutkan, produksi perikanan tangkap laut Sumbar menurut kabupaten/kota per tahun 2019, diketahui sebagian besar produksi berasal dari Kabupaten Pasaman Barat (48,7%). Produksi perikanan tangkap PUD Sumbar juga sebagian besar produksinya berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota yani mencapai 33,3%,” sebut Rokhmin.

Berdasarkan data 2019, sekitar 86,9% produksi perikanan budidaya Sumbar berasal dari kolam yang mana produksi perikanan budidaya air tawar Sumbar sebagian besar produksinya berasal dari  Kabupaten Pasaman yakni mencapai 20,3%.

Hanya saja, Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menyebukan masih terdapat sejumlah permasalahan dan tantangan pembangunan ekonomi antara lain, sebagian besar usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan perdagangan hasil perikanan dilakukan secara tradisional atawa low technology dan berskala usaha kecil dan mikro.

“Sehingga, tingkat pemanfaatan SDI, produktivitas, dan efisiensi usaha perikanan pada umumnya rendah. Nelayan dan pelaku usaha lain miskin dengan pendapatan kuran dari US$ 300 per orang per bulan. Akibatnya, kontribusi bagi perekonomian seperti PDB, nilai ekspor, pajak, PNBP, dan PAD juga masih rendah,” jelas Rokhmin.

Di sisi lain, ukuran unit usaha (bisnis) perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, dan perdagangan hasil perikanan sebagian besar tidak memenuhi skala ekonomi (economy of scale). Bahkan, sebagian besar usaha perikanan belum dikelola dengan menerapkan Sistem Manajamen Rantai Pasok Terpadu (Integrated Supply Chain Management System).  "Sehingga, tidak ada kepastian harga jual ikan bagi nelayan dan pembudidaya, kontinuitas pasokan bahan baku bagi industri hilir tidak terjamin, dan risiko usaha menjadi tinggi," beber Rokhmin.

Sementara itu, Rokhmin bilang, investasi dan bisnis di sektor kelautan dan perikanan yang besar, modern, dan menguntungkan, justru dimiliki oleh pihak asing atau korporasi nasional yang rendah jiwa “nasionalisme” nya. Tak pelak, keuntungan usahanya dibawa ke negara asalnya atau ke Jakarta.  “Sumbar hanya mendapatkan nilai ekonomi yang rendah, dan masyarakat lokal tetap miskin,” ungkapnya.

Menurut Rokhmin, persoalan lainnya adalah rendahnya akses nelayan, pembudidaya ikan, dan UKM KP lainnya kepada sumber pemodalan (kredit bank), teknologi, infrastruktur, informasi, dan aset ekonomi produktif lainnya. “Kebijakan politik ekonomi kurang kondusif. Kredit perbankan untuk ekonomi maritim, bunganya relatif lebih tinggi dan persyaratan rumit,” kritik Rokhmin.

Rokhmin juga membeberkan sejumlah potensi ekonomi pengembangan budidaya beberapa komoditas perikanan di Sumbar diantaranya pengembangan 10.000 ha tambak udang Vanammei (18,5% total potensi luas) yang tersebar di Kab. Kep. Mentawai (2.500 ha), Kab. Pesel (2.500 ha), Kota Padang (500 ha), Kab. Padang Pariaman (1.000 ha), Kota Pariaman (500 ha), Kab. Agam (1.000 ha), dan Kab. Pasaman Barat (2.000 ha).

Potensi lainnya adalah budidaya tambak semi intensif berupa udang windo dengan luas lahan pengembangan 2.000 ha (4% potensi tambak Sumbar), budidaya tambak ekstensif, yakni rumput laut (Gracilaria spp) dengan pemanfaatan luas lahan pengembangan 2.000 ha  (4% potensi tambak Sumbar).

Kemudian, budidaya laut longline rumput laut Euchema spp dengan luas lahan pengembangan 5.000 ha (10% potensi budidaya laut Sumbar), budidaya kolam intensif untuk budidaya ikan nila dengan potensi luas lahan pengembangan 500 ha (2% potensi budidaya air tawar Sumbar).  Selan itu, potensi budidaya kolam intensif berupa ikan patin denganlLuas lahan pengembangan 500 ha (2% potensi budidaya air tawar Sumbar), dan budidaya kolam intensif lobster dengan luas lahan pengembangan KJA 4 lubang 3 m x 3 m  sebanyak 100 Unit.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER