Rokhmin Dahuri

Ekonomi Maritim Sebagai Lokomotif Menuju Indonesia Emas 2045

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Senin, 6 September 2021 - 21:03 WIB

Rokhmin menyebutkan jika ekonomi kelautan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi IPTEK dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor tersebut akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan bangsa.

TOKOHKITA. Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS memberikan Kuliah Umum “Ekonomi Maritim” kepada mahasiswa program vokasi (D3) sarjana (S1), magister (S2), doktoral (S3) Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) di Gedung Auditorium Unhan, Kampus Sentul, Bogor, Jawa Barat, yang digelar secara daring dan luring, Senin (6/9/2021). 

Kuliah umum diawali dengan sambutan Rektor Unhan Laksamana Madya TNI Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., DESD yang diwakilkan oleh Warek I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhan Mayjen TNI Dr. Jonni Mahroza, S.I.P., M.A., M.Sc., CIQnR., CIQaR, menyampaikan Visi Unhan pada tahun 2024 menjadi World Class Defense University. 

Dalam paparannya, Rokhmin menyebutkan jika ekonomi kelautan dikembangkan dan dikelola dengan menggunakan inovasi IPTEK dan manajemen mutakhir, maka sektor-sektor tersebut akan mampu berkontribusi secara signifikan dalam mengatasi sejumlah permasalahan bangsa. Bahkan, secara simultan dapat mengekselerasi terwujudnya Indonesia Emas 2045. Apalagi sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tersusun oleh 17.504 pulau, dirangkai oleh sekitar 104.000 km garis pantai atau terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dan 75% wilayahnya berupa laut, maka Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi kemaritiman yang sangat besar.  

Potensi ekonomi maririm ini ditaksir sekitar US$ 1,4 triliun per tahun atau 1,4 PDB Indonesia tahun 2020 dan mampu menyerap lapangan kerja sebanyak 45 juta orang. Hingga 2020 baru dimanfaatkan sekitar 20% total pontesinya. "Maka, peluang pengembangan atau room for expansion ekonomi maritim untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan dan kesejahteraan rakyat masih sangat besar," ungkap Rokhmin, yang juga Penasehat Menteri KPP 2020-2024.

Seiring dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah, dan SDA serta jasa-jasa lingkungan (jaslin) di wilayah darat yang semakin menipis maka kebutuhan terhadap SDA dan jasling dari wilayah pesisir dan lautan (kemaritiman) akan semakin meningkat. Atas dasar itu, pengembangan ekonomi maritim dapat optimal dengan memanfaatkan keunggulan teknologi mutakhir. “Dengan menggunakan IPTEK mutakhir di Era Industri 4.0, maka wilayah lautan akan dapat dijadikan sebagai ruang pembangunan yang lebih luas dan menghasilkan komoditas, produk, dan jasa kelautan baru seperti farmasi, energi, mineral, dan tanaman pangan,” ujar Guru Besar IPB University tersebut.

Menurut Rokhmin, dari perspektif kemaritiman, Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD) identik dengan Indonesia Emas. Yang mana dalam tataran filosofis PMD berarti reorientasi paradigma (platform) pembangunan bangsa, dari berbasis daratan (land-based development) menjadi berbasis kelautan (marine-based development). Sementara dalam tataran praktis, PMD juga bermakna menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang maju, adil-makmur dan berdaulat berbasis ekonomi kelautan, hankam dan budaya maritim serta mampu menjadi a role model (teladan) dunia dalam berbagai bidang kelautan seperti pendidikan, IPTEK, infrastruktur, ekonomi, hankam, dan tata kelola kelautan (ocean governance).

Adapun untuk menjadikan sektor kelautan sebagai lokomotif perekonomian nasional menuju Indonesia Emas 2045, Rokhmin bilang, semua unit usaha sektor ekonomi kelautan harus menerapkan pertama, skala ekonomi (economy of scale). Kedua, integrated supply chain management system. Ketiga, inovasi teknologi mutakhir (Industri 4.0) pada setiap mata rantai suplai. Keempat, sustainable development principles atau blue economy. “Seluruh proses produksi, pengolahan (manufakturing), dan transportasi harus secara gradual menggunakan energi terbarukan seperti solar, pasang surut, gelombang, angin, biofuel, dan lainnya,” kata Rokhmin.

Selanjutnya, eksplorasi dan eksploitasi potensi ESDM serta SDA non-konvensional harus dilakukan secara ramah lingkungan dengan memerhatikan pengelolaan lingkungan seperti tata ruang, rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran, dan konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity). Juga tidak kalah penting, Rokhmin menambahkan, harus ada mitigasi dan adaptasi terhadap Global Climate Change, tsunami, dan bencana alam lainnya.

Kemudian, peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan, penguatan dan pengembangan R&D guna menguasai, menghasilkan, dan menerapkan IPTEKS. Di sisi lain, penciptaan iklim investasi dan ease of doing business yang kondusif dan atraktif guna peningkatan budaya maritim bangsa. “Kebijakan politik-ekonomi [fiskal, moneter, otoda, hubungan pemerintah dan DPR, penegakkan hukum] yang kondusif, termasuk policy banking (Bank Maritim) untuk sektor-sektor ekonomi kelautan,” imbuh Rokhmin.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER