Di Forum ICFA 2021, Rokhmin Sebut Akuakultur Penggerak Utama Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Internasional /
  4. Kamis, 19 Agustus 2021 - 21:42 WIB

Rokhmin Dahuri di forum ICFA 2021/Istimewa
Rokhmin Dahuri di forum ICFA 2021
Foto: Istimewa

Dalam kesempatan ICFA 2021, Rokhmin memaparkan makalah seputar strategi baru Indonesia untuk mengembangkan perikanan budidaya yang tepat, produktif, kompetitif, inklusif, dan berkelanjutan berdasarkan ilmu pengetahuan dan inovasi.

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof. Dr. Rokhmin Dahuri mengatakan, budi daya perairan atau akuakultur sebagai penggerak utama dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia. Pasalnya, potensi akuakultur masih sangat besar.

"Berdasarkan potensinya yang besar dan meningkatnya permintaan akan komoditas dan produk budidaya, maka akuakultur dapat menjadi penggerak utama atau leading sector yang signifikan dalam mengatasi semua masalah utama pembangunan," katanya saat menjadi pembicara dalam forum The 8th International Conference on Fisheries and Aquaculture 2021 (ICFA 2021) yang diselenggarakan The International Institue of Knowledge Management (TIIKM) secara virtual, Kamis (19/8/2021)

Dalam kesempatan ICFA 2021, Rokhmin memaparkan makalah mengenai seputar strategi Indonesia untuk mengembangkan perikanan budidaya yang tepat, produktif, kompetitif, inklusif, dan berkelanjutan berdasarkan ilmu pengetahuan dan inovasi.

Adapun peran perikanan budidaya ini penting karena pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi yang menargetkan pada tahun 2030 mendatang Indonesia akan menjadi negara berpenghasilan tinggi (makmur) dengan gross national income (GNI) per kapita lebih besar dari US$ 12.800, dan PDB sekitar US$ 5 triliun atau terbesar ketujuh di dunia. 

Selanjutnya, pada tahun 2045 Indonesia diharapkan menjadi negara yang benar-benar maju, sejahtera, dan berdaulat dengan GNI per kapita sebesar US$ 23.000 dan PDB sekitar US$ 7 triliun atau terbesar kelima di dunia, sesuai proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. "Untuk menjadi negara maju, sejahtera, dan berdaulat pada tahun 2045, ekonomi Indonesia harus tumbuh berturut turut lebih besar dari 7% per tahun," sebut Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini.  

Rokhmin bilang, pada Juli 2019, GNI per kapita Indonesia adalah US$ 4.050 (negara pendapatan menengah ke atas) dan PDB sekitar US$ 1,2 triliun (terbesar ke-16 di dunia). Sayang, akibat pandemi Covid-19, GNI per kapita Indonesia turun menjadi US$ 3.870. Artinya, turun level menjadi negara dengan berpenghasilan menengah ke bawah. "Per Juli 2021, Indonesia jatuh kembali dari negara berpenghasilan menengah ke atas menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah," ungkapnya.

Di sisi lain, Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan besar dalam pembangunan ketergantungan ekonomi yang besar pada ekspor komoditas seperti CPO, batubara, mineral, rumput laut, dan komoditas perikanan mentah. Celakanya, nilai impor terus membengkak akibat tingginya permintaan di dalam negeri, akibat tidak berbasis pada industri manufaktur (pengolahan) yang bernilai tambah.

Menurut Rokhmin, berdasarkan potensinya yang besar dan meningkatnya permintaan akan komoditas dan produk budidaya, maka budidaya perairan bisa menjadi leading sector yang signifikan dalam mengatasi semua masalah utama dan tantangan pembangunan di Indonesia. "Untuk menyelesaikan persoalan tersebut salah satunya dengan memanfaatkan peluang dari pengembangan budidaya perikanan yang masih sangat besar. Hingga tahun 2020, produksi perikanan budidaya masih didominasi oleh rumput laut yang mencapai 64,2%," terang Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2020–2024.

Rokhmin menyebutkan, sejak 2010 produksi perikanan budidaya telah melampaui produksi perikanan tangkap. Bahkan, hingga tahun 2019, akuakultur menyumbang sekitar 68,4% total produksi perikanan Indonesia, dengan pertumbuhan rata-rata 16% per tahun selama 2000-2019.

Berkaca dari perkembangan kontribusi akuakultur yang cukup besar bagi perekonomian dalam negeri, pemerintah pun menjalankan program peningkatan produktivitas dan produksi komoditas berorientasi ekspor secara berkelanjutan, yang mencakup komoditas andalan yakni, udang vanamme, lobster, baramundi, kerapu, rumput laut carageen (Euchema spp), rumput laut agarosa (Gracillaria spp), kepiting lumpur, nila, ikan hias dan tumbuhan akuatik.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER