Usahawan Qasir Bisa Dapatkan Pembiayaan Berbekal Rekap Data Transaksi

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. STARTUP /
  4. Selasa, 27 Juli 2021 - 11:16 WIB

Qasir gunakan machine learning untuk merekap data transaksi merchant sebagai collaterals pengajuan dana ke Peer to Peer (P2P) Lending rekanannya, salah satunya KoinWorks. Sample modelling transaksi merchant dikelola oleh Qasir untuk menentukan batas dana pembiayaan yang dapat diperoleh merchant. Melalui skema ini, merchant di ekosistem Qasir dapat memangkas sampai lima tahapan pengajuan dana, dibanding melakukan pengajuan secara manual.

TOKOHKITA. Qasir kembali menunjukkan komitmen untuk meningkatkan skalabilitas usahawan di ekosistem miliknya. Saat ini Qasir menjajaki kerja sama dengan perusahaan Peer to Peer (P2P) Lending seperti KoinWorks dan beberapa lainnya untuk memberikan alternatif pembiayaan modal usaha. Mekanisme yang digunakan adalah PO financing, atau invoice financing. Dengan sistem ini merchant dapat mendaftarkan usahanya, proyek yang sedang dikerjakan, dan menyertakan bukti PO/invoice yang harus dibayarkan. 

CEO Office Qasir Ivan Hadwin Rarumangkay menyebutkan, langkah ini dibuat sesederhana mungkin karena pihaknya memahami kesulitan usahawan mikro tidak hanya terletak dari administratif, tapi juga tantangan secara literasi digital. “Kami tidak ingin mempersulit merchant-merchant mikro dengan proses kompleks. Melalui pengajuan via Qasir, tim kami akan kelola data merchant dan mengolahnya secara terintegrasi. Hasilnya, data transaksi merchant akan jadi acuan KoinWorks untuk menetapkan plafon maksimal pembiayaan dana,” tutur Ivan.

Selaku pengelola proyek, Ivan mengakui pengajuan melalui Qasir setidaknya memangkas tahapan administratif cukup signifikan, dibanding melakukan pengajuan secara terpisah. “Apalagi jika usahawan belum familiar dengan konsep Peer to Peer (P2P) Lending, memilih platform saja sudah makan waktu, belum lagi pemahaman cara kerjanya. Dari sini kami sadar, perlu ada penengah agar setiap usahawan punya kesempatan yang sama untuk mendapat modal usaha. Setidaknya, melalui analisis sampling dari kami, rekap transaksi bulanan merchant akan kami olah secara otomatis dan secara angka, akan jadi bukti kemampuan finansial  usahawan. Jika diilustrasikan, proses yang biasanya butuh 10 tahap, kini bisa menyusut sampai 5 tahap saja,” tambahnya.

Proses akan menjadi lebih sederhana lagi jika merchant memanfaatkan fasilitas pembayaran digital QRIS--yang ada di aplikasi Qasir--pada setiap transaksinya. Dengan menggunakan transaksi digital, maka secara otomatis transaksi tersebut tervalidasi sebagai transaksi yang real. Dengan begitu, kesempatan merchant untuk mendapatkan pembiayaan pun semakin besar. 

Saat ini, pengajuan pembiayaan dana ke peer to peer (P2P) lending masih berupa pilot project, Ivan menyebut sosialisasi tahap awal dibuka ke 350 merchant. “Kami seleksi dulu merchant yang punya kapasitas finansial baik, selanjutnya kami buka untuk 8.000 merchant dengan konsentrasi awal di Pulau Jawa,” ujarnya.

Terkait soal keamanan, CEO Qasir Michael Williem menambahkan proyek ini telah melalui tahap evaluasi keamanan yang berlapis untuk memastikan data merchant selalu aman. “Tidak bisa dipungkiri salah satu kekhawatiran merchant yang masih ragu mencoba pembiayaan digital adalah keamanan data transaksi, aliran modal ke borrower dan lender-nya. Untuk itu, secara internal, kami menggunakan VPN khusus yang sifatnya closed platform,” katanya.

Adapun untuk menjamin perolehan dana digunakan secara tepat, pembayaran PO dan invoice akan langsung dilakukan ke penerbit, bukan ke merchant yang mengajukan. “Jadi sifatnya bukan kami berikan uang cash, tapi PO atau invoice mereka yang nanti dibayarkan dan usahawan akan membayar secara lumpsum atau cicilan,” kata pria yang akrab disapa Mike ini.

Saat ini, tercatat merchant Qasir terus mengalami kenaikan. Per bulan Juli 2021, tercatat aplikasi Qasir diundung sebanyak 740,000 user, dimana dari 233,000 merupakan active user dengan total transaksi sebanyak 177 juta kali. Dari jumlah tersebut, Qasir mencatat total nilai transaksi sebesar Rp 14,2 triliun. 

Berdasarkan data dari Qasir, rata-rata merchant mulai membutuhkan tambahan modal usaha ketika berada pada fase bisnis tertentu. Pertama, kebutuhan membuka cabang. Biasanya, merchant punya basis pelanggan besar dan dituntut untuk bisa lebih dekat dengan area konsumennya. Kedua, tambahan inventaris. Semakin bertambah variasi produk biasanya membuat usahawan mempertimbangkan kepemilikan aset-aset baru untuk menunjang produktivitasnya.

Ketiga, stabilitas arus kas. Faktor eksternal yang datangnya tidak kenal waktu, seperti pandemi, bisa membuat bisnis goyah dalam hitungan hari. Memiliki pegangan kas adalah strategi usahawan untuk memastikan bisnisnya punya cadangan tenaga sampai kondisi ekonomi kembali pulih. 

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER