Rokhmin Dahuri

Penurunan Stunting di Indonesia dengan Pemanfataan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Kamis, 8 Juli 2021 - 12:46 WIB

Menurut Rokhmin, persoalan stunting ini harus disikapi serius. Sebab, stunting mengakibatkan penderitanya berfisik lemah, rentan sakit, dan rendah kecerdasannya. Akibatnya, lost generation dan bonus demografi pada 2021–2030 bisa menjelma jadi malapetaka demografi.

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri mengatakan salah satu upaya untuk menangani masalah stunting adalah memanfaatkan potensi ikan yang sangat melimpah di Indonesia.

Artinya, pemanfataan sumber daya perikanan dan kelautan bisa diarahkan untuk pencegahan dan penurunan stunting di tanah air. Cuma, kita cukup miris juga. Pasalnya, dengan potensi sumber daya ikan yang melimpah justru angka stunting di Indonesia terbilang tinggi.  Sejatinya, komoditas dan produk perikanan mengandung nilai nutrisi dan gizi yang sangat baik bagi kesehatan dan kecerdasan manusia. Indonesia memiliki potensi produksi perikanan lestari terbesar di dunia, sekitar 115,3 juta ton per tahun, dan baru dimanfaatkan sekitar 30%.

Menurut Rokhmin, persoalan stunting ini harus disikapi serius. Sebab, stunting mengakibatkan penderitanya berfisik lemah, rentan sakit, dan rendah kecerdasannya. Akibatnya, lost generation dan bonus demografi pada 2021–2030 bisa menjelma jadi malapetaka demografi.

Pada akhirnya, "Indonesia terjebak sebagai negara berpendapatan menengah (middle-income trap), alias gagal menjadi negara maju, adil-makmur, dan berdaulat  pada 2045," kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020–2024 pada webinar Nasional “100 Profesor  Bicara Stunting Tahun 2021” yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara daring, Kamis (8/7/2021)

Sejatinya, angka stunting di Indonesia masih tinggi mencapai 27,7%. Padahal, batas amannya maksimum 20% (WHO, 2019). Pemerintah Jokowi menargetkan angka stanting ini bisa ditekan menjadi 14%. Kini, dengan merebaknya pandemi Covid-19, wasting dan stunting diprediksi bisa meningkat. Ikhwalnya, dampak global Covid-19. Krisis ekonomi, berkurangnya akses terhadap makanan, gangguan layanan kesehatan.

Yang terang, tanpa tidakan yang cukup dan tepat waktu, jumlah anak wasting diprediksi akan meningkat sebanyak 15% atau sekitar 7 juta anak di seluruh dunia pada setahun pertama pandemi Covid-19. (UNICEF Headquarter 2020). Kemudian, penurunan GDP global setiap satu persen berakibat pada kenaikan jumlah anak stunting 0,7 juta jiwa di seluruh dunia (SUN Factsheet, June 2002)

Dampak stunting bagi keluarga dan negara sangat besar. Yakni, dampak terhadap kesehatan, antara lain gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, serta gangguan metabolik pada saat dewasa, seperti risiko penyakit tidak menular antara lain diabetes, obesitas, stroke, dan penyakit jantung. Sedangkan potensi kerugian ekonomi akibat stunting setiap tahunnya sekitar 2%-3?ri GDP. "Jika PDB Indonesia Rp 13.000 triliun, maka potensi kerugian ekonomi dari stunting mencapai Rp 260 triliun-Rp 390 triliun per tahun," jelas dia.

Rokhmin menjelaskan, pada 2020, jumlah penduduk Indonesia usia dini (0-4 tahun) mencapai 15.453.694 jiwa (5,7% total penduduk). Jumlah ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga tahun 2035. Jumlah penduduk usia dini dapat dijadikan sasaran konsumen produk perikanan dalam mencegah dan menurunkan stunting di Indonesia. Mengapa ikan menjadi produk strategis dalam menurunkan kasus stunting?

Ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara ini memaparkan beberapa hal. Pertama, ikan mempunyai keunggulan nutrisi dibandingkan dengan red meat (daging sapi, ayam) dan telur. Kedua, potensi produksi perikanan di Indonesia sangat besar. Ketiga, keragaman jenis ikan di Indonesia sangat tinggi & tersedia sepanjang tahun. Keempat, ikan dapat diterima semua agama. Kelimah, umumnya ikan lebih murah  daripada harga protein hewani lainnya.

"Ikan mengandung lebih banyak omega 3 dibanding sumber protein hewani lainnya. Makanya, ikan merupakan salah satu pilihan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dengan kontribusi mencapai hampir 60?ri seluruh protein hewani yang dikonsumsi penduduk Indonesia," sebut Rokhmin. Yang pasti, periode 2010-2020, angka konsumsi ikan nasional terus meningkat, rata-rata 6,36% per tahun dan diharapkan akan terus bertambah dalam beberapa tahun ke depan.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER