Rokhmin Dahuri
Inovasi Jadi Kunci untuk Memenangkan Persaingan di Era Pasar Bebas
Perlu sumber daya, waktu, dan tempat berinovasi yang mencukupi dan tepat, serta SDM yang memiliki semangat (kekuatan) growth mindset.
TOKOHKITA. Kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh innovation-driven economy, terlebih di dunia yang hyper interconnected dan globalisasi yang ciri utamanya free trade and competition, maka inovasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan.
Demikian diutarakan Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS saat mengisi kuliah umum yang diadakan oleh Universitas Mataram (Unram), Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (24/5/2021).
Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan ini membawakan makalah berjudul “Implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk Mendukung Pembangunan Ekonomi Berbasis Blue Growth Menuju Provinsi NTB yang Maju, Sejahtera, Mandiri dan Diberkahi Tuhan YME”.
Menurut Rokhmin, salah satu hal penting yang perlu digarisbawahi adalah inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebab, sejarah dan fakta empiris membuktikan, bahwa bangsa yang maju, makmur, dan berdaulat sejak masa kejayaan Romawi, era keemasan Umat Islam (Fathu Makkah 645 M – berakhirnya Khilafah Utsmaniyah Turki 1924 M), hingga hegemoni kapitalisme (1924 M – sekarang) adalah mereka yang memiliki SDM berkualitas yang mampu menguasai, menghasilkan, dan menerapkan hasil riset (inovasi iptek) dalam segenap aspek kehidupan bangsanya.
Ia mengutip O’Connor and Kjollerstrom, 2008; Altbach and Salmi, 2011; dan Guggenheim, 2012 yang menegaskan, bahwa kemajuan dan kemakmuran suatu bangsa ditentukan oleh ‘innovation-driven economy’. “Terlebih di dunia yang hyper interconnected dan globalisasi yang ciri utamanya free trade and competition, maka inovasi adalah kunci untuk memenangkan persaingan,” ujarnya.
Hanya saja, hampir semua indikator yang terkait dengan dengan kapasitas iptek, riset, inovasi, dan kualitas SDM Indonesia masih rendah atau tertinggal dari negara lainnya. Atas dasar itu, Rokhmin mengajak seluruh civitas academika Unram untuk terus meningkatkan invensi dan inovasi. “Invensi menghasilkan idea atau konsep baru, lalu inovasi mengubah konsep baru itu menjadi komersial atau penggunaan lebih luas,” tutur ,” ujar ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini.
Rokhmin lalu menjabarkan cara menginisiasi inovasi. Pertama, jangan takut gagal. Kegagalan harus jadi pelajaran untuk perbaikan melakukan inovasi ke depan. Inovasi tidak akan terjadi, tanpa risiko. Terobosan (inovasi) tidak akan terjadi; bila organisasi (pemerintah, swasta, industri, koperasi, lembaga pendidikan, dan lain-lain) terus bermain aman (di comfort zone). “Civitas academica harus diyakinkan bahwa kegagalan adalah bagian dari eksperimen yang harus dilalui, demi inovasi,” papar Rokhmin yang juga ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) .
Kedua, perlu sumber daya, waktu, dan tempat berinovasi yang mencukupi dan tepat, serta SDM yang memiliki semangat (kekuatan) growth mindset’. Ketiga, orientasi eksternal. “Setiap civitas academica Unram perlu belajar dari realitas kehidupan di luar kampus: pemerintahan, industri (swasta), masyarakat, dan perguruan tinggi lain di dalam maupun luar negeri, terutama tentang kebutuhan iptek (inovasi).
Keempat, menerapkan ‘design thinking’. “Inovasi berpusat (berawal) dari lapangan (bottom-up), bukan di pucuk pimpinan,” kata Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan-RI 2020 – 2024
Editor: Tokohkita