Program Mata Pencaharian Alternatif dari Sinar Mas

Upaya Mengurangi Laju Deforestasi di Pedalaman

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. LINGKUNGAN /
  4. Rabu, 15 Juli 2020 - 12:20 WIB

Salah satu anggota kelompok perempuan Desa Luwu Lengkuas yang sedang memanen cabai sebagai salah satu hasil Program Mata Pencaharian Alternatif/Istimewa
Salah satu anggota kelompok perempuan Desa Luwu Lengkuas yang sedang memanen cabai sebagai salah satu hasil Program Mata Pencaharian Alternatif
Foto: Istimewa

Program ini bertujuan untuk membantu upaya mengurangi laju deforestasi akibat pola ladang berpindah yang masih diterapkan oleh sebagian masyarakat di pedalaman. Oleh karena, itu terlampir adalah artikel mengenai program tersebut.

JAKARTA. Bekerja sama dengan masyarakat di pelosok negeri untuk menekan laju deforestasi, Sinar Mas Agribusiness and Food menjalankan program mata pencaharian alternatif (Alternative Livelihood Programme) di berbagai tempat seperti Jambi, Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan tengah. 

Program yang diluncurkan pada tahun 2018, menggunakan pendekatan ketahanan pangan masyarakat untuk melindungi hutan sebagai sumber daya alam penting. Walaupun hutan adalah sumber daya alam penting, namun Indonesia telah kehilangan jutaan hektare hutan. 

Data Forest Watch Indonesia menunjukan bahwa Indonesia kehilangan 1,47 juta hektare antara 2013 sampai dengan 2017. Padahal, hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan seperti menyimpan cadangan air, menyediakan oksigen, pengendali iklim cuaca, habitat keanekaragaman hayati, dan menjadi tempat tinggal sebagian manusia.

World Research Institute menyebutkan deforestasi terjadi baik di dalam mapun di luar konsesi. Data menunjukan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia justru kehilangan hutan lebih banyak di kawasan yang berada di luar area konsesi. Hilangnya hutan tersebut dikarenakan kegiatan perkebunan atau pertanian masyarakat. Namun, untuk konsesi kelapa sawit sendiri pada 2012-2015 terdapat penurunan angka deforestasi yang sangat signifikan sebagai dampak positif pelaksanaan aturan seperti moratorium dari pemerintah.

Untuk membantu mengurangi laju deforestasi di luar konsesi, perusahaan melaksanakan program mata pencaharian alternatif (alternative livelihood programme) bersama masyarakat dampingan perusahan. Program ini dirancang berdasarkan assessment dan observasi terhadap sejumlah masyarakat desa yang masih menerapkan pola ladang berpindah. Tidak hanya itu, perusahaan juga mengajak para perusahaan pemasok (suppliers) untuk melakukan hal yang sama di area mereka. Hal ini sejalan dengan komitmen Kebijakan Konservasi Hutan (KKH) perusahaan yang telah dilaksanakan sejak 2011.

“Program mata pencaharian alternatif menjadi sebuah pendekatan yang merangkul masyarakat untuk menekan laju deforestasi tanpa mengabaikan kebutuhan dasar mereka. Masyarakat diberi pengetahuan mengenai teknik pertanian ramah lingkungan sekaligus perusahaan mengajak mereka mempertahankan hutan sebagai aset jangka panjang. Hal ini sejalan dengan komitmen perusahaan untuk melindungi hutan sebagai area konservasi sesuai Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR”, jelas Agus Purnomo, Managing Director Sustainability, Sinar Mas Agribusiness and Food, Rabu (15/7/2020).

Program ini memiliki fokus pada aktivitas ekonomi yang membantu masyarakat di pedalaman untuk mendapatkan sumber penghasilan tambahan melalui kegiatan pertanian yang tidak merusak hutan. Perencanaan dan kesepakatan program dilakukan secara partisipatif (bersama masyarakat) dan didasarkan pada kajian bersama terhadap potensi/aset yang mereka miliki. Sebanyak 50 kelompok tani dan lebih dari 1.000 orang telah berpartisipasi dalam program ini, dengan rata-rata durasi pendampingan 1-3 tahun per desa disesuaikan dengan kebutuhan program.

Masyarakat di Desa Luwuk Lengkuas, Kabupaten Gumas, Kalimantan Tengah adalah salah satu kelompok masyarakat yang mendapatkan manfaat dari pelaksanaan program ini. Sebelumnya, mereka menerapkan pola ladang berpindah dan menebang hutan untuk aktivitas pertanian. Melalui sekolah lapangan yang didampingi petani fasilitator, kelompok dilatih budidaya hortikultura dan palawija serta ternak ayam. Mereka juga kini mulai menanami kebun mereka dengan kopi. 

Sebanyak 4.000 bibit kopi telah didistribusikan ke masyarakat. Beberapa anggota kelompok juga sudah mampu memproduksi produk olahan seperti jus jagung, jus rosella, sirup rosela atau selai roti rosella hingga ikan fermentasi (wadi).  "Dari bertani, cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami sehari-hari dan sayuran itu barang langka di desa ini" ujar Siti, salah satu anggota kelompok perempuan, Desa Luwu Lengkuas.

Selain mendorong munculnya sumber-sumber mata pencaharian alternatif masyarakat, program merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk memahami sumber daya alam dan sosial yang sudah ada namun belum dimanfaatkan secara maksimal dan dikelola secara berkelanjutan. Termasuk cara yang selaras dengan kelestarian alam, seperti memanfaatkan sumber daya lokal untuk membuat pakan ternak, tidak membuka lahan dengan cara membakar, atau menggunakan cara bercocok tanam yang alami atau organik.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER