Marwan Jafar
Penguatan Pariwiwisata Perlu Infrastruktur Komprehensif
- Beranda /
- Parlemen Kita /
- Minggu, 16 Februari 2020 - 11:16 WIB
pembangunan bandara dan pelabuhan di Pulau Dewata tersebut melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah setempat. Karena keduanya telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional, maka koordinasi antarpihak mesti maksimal buat menghindari tumpang-tindih kewenangan hingga operasional nanti.
TOKOHKITA. Beberapa tahun terakhir, pemerintah makin menyadari peran strategis untuk menggenjot potensi raksasa sektor pariwisata. Buktinya, selain mengkoneksi antarwilayah, dikebutnya pembangunan sejumlah infrastruktur jalan, pelabuhan, dan bandara dipastikan juga buat mendorong optimalisasi sektor pariwisata.
"Contoh mutakhir pembangunan bandara di Bali Utara akan sangat strategis, karena Bandara Ngurah Rai sudah overloaded dan crowded. Juga pembangunan Pelabuhan Benoa di Bali yang bertaraf internasional akan sangat membantu arus kelancaran barang dan jasa dan aspek ecotourisme. Saya mendukung penuh kedua pembangunan infrastruktur itu," ujar Anggota Komisi VI DPR RI dari PKB Marwan Jafar, Minggu (16/2/2020)
mantan Ketua Fraksi PKB ini menambahkan, pembangunan bandara dan pelabuhan di Pulau Dewata tersebut melibatkan sejumlah kementerian dan lembaga terkait, serta pemerintah daerah setempat. Karena keduanya telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional, maka koordinasi antarpihak mesti maksimal buat menghindari tumpang-tindih kewenangan hingga operasional nanti. Marwan juga meyakini, tingkat kunjungan wisatawan domestik atau nusantara maupun wisatawan mancanegara bakal meningkat signifikan dengan selesainya kedua infrastrukur transportasi vital itu.
Maksudnya, pemerintah yang pernah menargetkan kunjungan 20 juta orang wisatawan, perolehan devisa menjadi Rp 240 triliun dan penciptaan lapangan kerja 13 juta orang, tetap harus dilanjutkan sembari mengoreksinya. Misalnya dengan mengoptimalkan kunjungan wisatawan domestik, menyusul menurunnya turis asing karena dampak wabah korona. Adapun pembangunan berbagai infrastruktur dan peningkatan keahlian sumber daya manusia di sejumlah BUMN perhubungan serta pengelola bandara dan pelabuhan tentu saja merupakan prasyarat-prasyarat utama buat mengembangkan sektor pariwisata.
Data hasil penelitian anggota Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia antara lain menyebutkan, dalam beberapa hal pemerintah belum konsisten mengundang investor lokal. Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung, Banten, misalnya, pemerintah daerah belum mendukung pengembangan Tanjung Lesung sebagai KEK karena investor kesulitan dalam perizinan.
Sedangkan kalangan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia meyakini, lima tahun mendatang, pariwisata dapat menjadi penyumbang devisa nomor satu bagi Indonesia. Dicontohkan, sumbangan sektor pariwisata di Thailand terhadap produk domestik bruto saja mencapai 20 persen. Malaysia dan Korsel juga sudah sangat menggencarkan pariwisatanya.
"Pengembangan wisata sebaiknya nggak hanya dihitung secara kuantitatif, tetapi perlu ditingkatkan juga kualitasnya. Caranya, target nasional tadi mesti dijabarkan menjadi langkah berbeda-beda di tiap daerah. Mengapa? Sebab, di mata sejumlah daerah, menjaring wisatawan domestik lebih penting daripada wisatawan asing di luar momentum Lebaran, Natal dan Tahun Baru serta hari libur," saran Marwan mantan Menteri Desa-PDTT ini.
Marwan menambahkan, pemerintah pada 2020 memproyeksikan peningkatan anggaran pembangunan infrastruktur di lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas, yakni Danau Toba, Borobudur, Lombok, Labuan Bajo, serta Manado Bitung-Likupang menjadi sebesar Rp 7,1 dari tahun 2019 yang senilai Rp 1,7 triliun. Selain itu, terkait dampak menurunnya wisatawan dari China akibat wabah korona, dia mengapresiasi promosi pemerintah menjaring wisatawan dari puluhan negara-negara kawasan Eropa, Amerika dan Timur-Tengah.
Lporan: Zaenal Wafa
Editor: Tokohkita