Jeanne Noveline Tedja

Kalau Jadi Penonton Tak Akan Bisa Mencetak Gol

  1. Beranda /
  2. Parlemen Kita /
  3. Sabtu, 13 April 2019 - 00:55 WIB

Jeanne Noveline Tedja/Istimewa
Jeanne Noveline Tedja
Foto: Istimewa

“Ketika saya memutuskan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif pada awal tahun 2009 lalu, sebenarnya saya belum terlalu memahami ‘belantara’ seperti apa yang akan saya masuki. Yang saya tahu, image anggota legislatif tidaklah terlalu baik.”

TOKOHKITA. Kancah politik sebenarnya bukan hal baru bagi Jeanne Noveline Tedja atau akrab dipanggil Nane. Sebelum dikenal sebagai akademisi dan penggiat kota layak anak, ia tercatat sebagai Anggota DPRD Kota Depok periode 2009-2014. Kini, Nane come back ke dunia politik dengan maju sebagai Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat lewat Partai Golkar.

Lantas apa targetnya kembali berkiprah di jagat politik? Bagaimana dengan aktivitas sosialnya yang mana selama ini banyak dihabiskan di Rumah Pemberdayaan, sebuah wadah untuk melayani masyarakat sekaligus ajang pengabdiannya bagi perbaikan kesejahteraan anak di Kota Depok.

“Ketika saya memutuskan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif pada awal tahun 2009 lalu, sebenarnya saya  belum terlalu memahami ‘belantara’ seperti apa yang akan saya masuki. Yang saya tahu,  image anggota legislatif tidaklah terlalu baik,” katanya kepada Tokohkita, Jumat (12/4/2019).

Hal itu juga tidak terlepas dari pengalaman Nane yang kurang mengenakan dengan beberapa anggota DPRD Kota Depok, ketika dirinya masih menjabat sebagai manajer humas di sebuah perusahaan multinasional di Depok. “Namun saya menyadari, menjadi penonton di pinggir lapangan tentunya tidak sama dengan menjadi pemain dan  mencetak gol di dalam arena,” ungkap peraih Doktoral Kota Layak Anak dari Universitas Indonesia (UI).

Ketika berupaya kritis terhadap peran legislatife kala itu, di saat yang bersamaan ia juga tertantang untuk ikut terjun di dalam lembaga ini. Terlebih ketika Nane menyadari, bahwa dengan masuk ke dalam sistem pemerintahan, maka akan mempunyai kesempatan untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan dan kemajuan Kota Depok, kota yang sudah ditinggali selama lebih dari tiga dekade ini.

Walaupun nantinya kontribusi itu dinilai kecil, tentunya tetap akan lebih baik daripada hanya sekedar menjadi ‘pengamat’ ataupun ‘komentator’ yang bisanya hanya mengkritisi, tanpa berbuat sesuatu yang nyata. “Ketika akhirnya terpilih menjadi salah satu anggota legislatif di DPRD Kota Depok periode 2009-2014, saya terus belajar dan beradaptasi dengan lingkungan baru ini,” klaim Nane.

Otomatis, setelah terpilih, seorang anggota legislatif langsung bekerja. Ya, langsung mengadakan rapat-rapat kerja dengan pemerintah, menerima aspirasi dari masyarakat yang disampaikan dengan cara audiensi ataupun demo. Kemudian, menjalankan fungsi anggaran (membahas perencanaan dan evaluasi APBD), fungsi legislasi (terlibat dalam pansus perumusan perda) dan fungsi pengawasan (mengawasi jalannya roda pemerintahan dan kinerja para dinas).

Nane bilang, untuk menjadi anggota legislatif itu tidak ada sekolahnya. “Kami dituntut untuk langsung bisa memahami dan beradaptasi. Saya pun memilih topik tesis S2 mengenai fungsi representasi anggota legislatif ketika menjalani studi magister di Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Indonesia tahun 2010.  Hal itu saya lakukan, tidak lain adalah karena saya ingin terus mencari pemahaman mengenai peran dan fungsi dari tanggung jawab yang saya emban ini,” ungkapnya. 

Meski tahun 2014, ia memutuskan untuk tidak kembali mencalonkan diri, Nane tetap melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan dengan mendirikan Rumah Pemberdayaan, sebuah wadah tempatnya berkarya di bidang kesejahteraan anak dengan menjadi narasumber dan konsultan kebijakan kota layak anak, serta mendampingi kasus-kasus kekerasan anak.

Kini, ketika memutuskan untuk kembali berlaga di dunia politik dengan menjadi Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat, Nane merasa lebih siap bila dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.  “Saya berniat masuk komisi V, bidang kesejahteraan rakyat yang meliputi pendidikan, kesehatan, pemberdayaan perempuan, sosial, agama, ketenagakerjaan, kebudayaan, penanganan anak terlantar dan penyandang cacat, serta pemuda dan olahraga,” paparnya.

Tekadnya hanya satu, ingin meningkatkan kuantitas dan kualitas keterwakilan perempuan di DPRD Provinsi Jawa Barat. “Saya memiliki visi yang sejalan dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu ‘Jabar Juara Lahir Bathin’ melalui pembangunan sumber daya manusia dengan akselerasi implementasi dan peningkatan kinerja kebijakan kota layak anak di 27 kabupaten/kota dengan pengarusutamaan hak anak,” tukasnya.

Menurut Nane, bila bicara mengenai membela hak-hak anak, terutama hak pendidikan, pihaknya akan berupaya memperjuangkan kesejahteraan guru, termasuk guru honorer. Pasalnya, kesejahteraan guru adalah salah satu faktor utama dalam pemenuhan hak pendidikan anak yang berkualitas. Selain itu, Nane berjanji bakal memperjuangkan peningkatan anggaran (Bantuan Pendidikan Menengah Universal (BPMU) baik untuk sekolah negeri maupun swasta, menambah ruang kelas baru (RKB) terutama jenjang SMA/SMK negeri di Kota Depok. Harapannya, agar peserta didik yang ditampung bisa lebih banyak lagi.

“Saya masih mempunyai daftar ‘to do list’ lainnya yang tidak bisa saya jabarkan semua disini. Yang jelas, saya merasa sangat bersemangat karena dengan seizin Allah SWT nantinya saya punya kesempatan untuk mencetak gol lagi di arena,” harap Nane.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER