Prasetyo Hudaya

Terus Layani Pasien Saat Pandemi hingga Gugur karena Corona

  1. Beranda /
  2. Feature /
  3. Rabu, 13 Januari 2021 - 10:01 WIB

Prasetyo Hudaya/Istimewa
Prasetyo Hudaya
Foto: Istimewa

Sebelum wafat di usia 76 tahun, dokter umum itu tidak mau berhenti melayani pasien yang datang di rumah sekaligus tempat praktiknya, kawasan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Justru saat pandemi, jumlah pasiennya semakin banyak.

TOKOHKITA. Satu lagi dokter dari Kota Solo meninggal dunia usai terpapar COVID-19. Dia adalah dr Prasetyo Hudaya, seorang dokter senior yang namanya cukup dikenal masyarakat.

Sebelum wafat di usia 76 tahun, dokter umum itu tidak mau berhenti melayani pasien yang datang di rumah sekaligus tempat praktiknya, kawasan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Justru saat pandemi, jumlah pasiennya semakin banyak.

"Sebenarnya sudah saya minta, papa udah istirahat saja. Karena masa pandemi, usia beliau kan rentan. Tapi papa bilang 'mereka itu sakit, butuh bantuan, gimana mau sembuh kalau tidak berobat'," kata putrinya, Ovilia Hudaya, seperti ditulis detikcom, Selasa (12/1/2021) malam.

Olivia mengatakan ayahnya memang orang yang tidak pernah memikirkan diri sendiri. Tidak hanya kepada pasien, Prasetyo juga dikenal baik oleh keluarga dan mahasiswanya. "Memang hatinya itu terlalu baik. Suka membantu orang lain, suka memberi. Tidak hanya kepada pasien, kepada saudara, kepada siapa saja," ujar dia.

Selain membuka praktik, Almarhum Prasetyo juga merupakan dosen di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Solo. Menurut Olivia, Prasetyo dikenal oleh mahasiswa sebagai dosen yang tegas. "Memang kesannya galak, tetapi banyak muridnya yang malah menghormati beliau sampai sekarang. Karena memang beliau jiwanya ingin mengajari dengan sepenuh hati, sampai muridnya bisa. Saya sendiri termasuk orang yang diajar beliau," ujar dia.

Seakan mengunduh kebaikannya, banyak orang kemudian membantu keluarga Prasetyo saat dirawat di RS dr Oen Kandangsapi. Bahkan kabar dirinya membutuhkan plasma konvalesen banyak disebar melalui media sosial. "Terasa betul ketika kemarin itu pasiennya, muridnya, semua yang mengenal beliau ikut menyupport. Bisa bantu apa. Sampai-sampai ternyata pada nge-share sampai semua orang tahu," ujar Olivia yang juga seorang dokter.

Prasetyo pun sempat menerima donor plasma konvalesen. Namun Tuhan berkehendak lain. Dia meninggal pada Selasa (12/1/2021) pukul 06.15 WIB. Menjelang Prasetyo wafat, Olivia mengatakan selalu memantau kondisi ayahnya. Namun Prasetyo tidak mau membuat orang lain repot dan khawatir.

"Saat dirawat itu beliau sempat bilang lewat telepon 'sudah, tidak usah khawatir, kamu nggak usah ke sini'. Beliau sampai mematikan HP-nya. Sebelumnya saya sempat diperbolehkan melihat lewat kaca, tapi kemudian tidak boleh," katanya.

Keluarga kini harus mengikhlaskan kepergian Prasetyo. Mereka pun memaafkan siapapun yang telah menularkan COVID-19 kepada ayahnya dan berterima kasih kepada semua pihak yang membantu. "Kami sepakat untuk tidak mempermasalahkan siapa sumber penularan, karena di masa pandemi ini memang harus saling tolong. Kami juga berterima kasih kepada nakes yang merawat beliau dan juga semua pihak," ucapnya.

Di Solo, almarhum Prasetyo dikenal sebagai sosok dokter senior yang yang selalu menampakkan kesederhanaan dan kesahajaan. Dia pun tinggal di sebuah rumah sederhana. "Beliau tidak pernah bermewah-mewahan, yang dipakai itu ya itu-itu saja. Banyak penghasilannya yang dipakai untuk membantu orang lain. Beliau juga mau praktik di klinik dengan bayaran tidak sepadan. Beliau tidak pernah memikirkan itu," katanya.

"Selain tiga anak kandung, anak-anak beliau itu banyak. Mereka orang-orang yang dibantu papa. Ada saudara yang tidak sanggup membiayai sekolah anaknya, itu ditangani papa. Banyak yang seperti itu," imbuhnya.

Satu pelajaran yang selalu diingat Olivia adalah tentang bagaimana ayahnya membantu orang lain. Bukan sekadar meringankan beban, namun membantu harus sampai tuntas. "Kata papa, kalau membantu itu tidak hanya memberi ikan, tetapi memberi pancingnya agar bisa menjadi modal selamanya," pungkasnya.

 

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER