Idris Berulang Sindir Pertanyaan Panelis Debat, Afifah 'Bawa' Jokowi

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Sabtu, 5 Desember 2020 - 06:21 WIB

Nada bicara Idris mulai meninggi tatkala memprotes narasi pertanyaan yang dibacakan oleh moderator Chacha Anissa. Berbagai persoalan Depok yang faktual dan terangkum dalam materi pertanyaan dianggap Idris menyudutkan dirinya selaku calon wali kota petahana.

TOKOHKITA. Calon Walikota Depok nomor urut dua, Mohammad Idris sangat dominan dalam merebut pertanyaan dan melontarkan sanggahan di ajang Debat Publik putaran ketiga yang dihelat KPU Kota Depok di studio TVOne, Jumat (4/12/2020) malam. 

Saking semangatnya Idris membiarkan calon wakilnya, Imam Budi Hartono, bengong sendirian tanpa mengucapkan satu katapun di ajang debat sesi pertama. Debat publik yang mengusung tema Kerukunan Sosial, Demografi dan Lingkungan Hidup di Era Kebiasaan Baru, semakin menarik dan menegangkan saat memasuki sesi kedua hingga sesi tanya jawab.

Nada bicara Idris mulai meninggi tatkala memprotes narasi pertanyaan yang dibacakan oleh moderator Chacha Anissa. Berbagai persoalan Depok yang faktual dan terangkum dalam materi pertanyaan dianggap Idris menyudutkan dirinya selaku calon wali kota petahana. 

Para panelis yang membuat materi pertanyaan dinilai Idris tidak memahami kondisi Kota Depok. Idris pun sampai menyindir panelis dengan mengatakan, "Mohon maaf panelis, jalan-jalanlah ke Setu Rawa Besar, ke Setu Cilodong, ke Setu Rawa Kalong, ke Setu Sawangan. Sekarang udah indah, udah lebih baik, tidak seperti dulu," kata Idris. 

Tak hanya panelis, di sesi sebelumnya, Idris juga menyindir calon Wakil Walikota Depok nomor urut satu Afifah Alia yang dinilainya belum memahami kondisi wilayah Depok, "Nanti jika saya terpilih jadi walikota, ibu Afifah akan saya ajak jalan-jalan," ucap Idris. 

Meski bukan seorang politisi, saat mendapatkan kesempatan berbicara, Afifah Alia menuntaskan sindiran-sindiran paslon nomor dua dengan jawaban tegas yang menohok. Menurut Afifah, Pemerintahan Kota Depok di era Mohammad Idris hanya pandai berwacana dan membuat program-program tak jelas, serta selalu membanggakan raihan piala dan penghargaan. 

"Bicaranya Depok Cyber City, Depok Smart City. Tapi kenyataanya, pelayanan online di Depok hanya tiga, bikin SIUP, TDP dan TDG. Itu mah sangat mudah, cuma selembar kertas," ujar Afifah. 

Dia menambahkan, program mubajir lainnya adalah pengadaan seribu kios. Tapi realitanya, ribuan kios tersebut tidak diminati masyarakat, utamanya oleh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). "Bikin program seribu kios, tapi kios-kiosnya tidak sesuai dengan keinginan pelaku UMKM. Akhirnya kiosnya mangkrak," kata Afifah. 

Lalu, lanjut Afifah, persoalan pendidikan di Depok yang masih carut-marut, termasuk masih adanya pihak sekolah yang menahan ijazah siswa, karena orangtuanya menunggak pembayaran SPP. "Masih banyak siswa yang ijazahnya ditahan oleh pihak sekolah, tapi masih saja membanggakan penghargaan. Lalu bangga lagi dengan piala Adipura, tapi kali di Depok saja penuh dengan sampah," ujar Afifah. 

Dikatakan Afifah, seorang pemimpin awalnya tidak memiliki pengalaman dalam mengelola pemerintahan, termasuk Presiden Joko Widodo. 

"Semua pemimpin awalnya tidak punya pengalaman. Jokowi dulu juga belum pengalaman dalam memimpin. Tapi bagaimana jiwa seorang pemimpin, bisa memimpin dan bisa mengatur. Pastikan program-program bisa berjalan. Jangan program belum selesai, sudah buat lagi program yang baru," demikian Afifah menyudahi sanggahan di sesi debat.

Melihat pasangannya berbicara penuh semangat, Pradi Supriatna hanya tersenyum. Di debat putaran ketiga ini, Pradi sepertinya memberikan ruang kepada Afifah untuk leluasa berbicara.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER