Denny JA

Tiga Skenario Politik di Balik Deklarasi KAMI

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Rabu, 19 Agustus 2020 - 15:27 WIB

Denny JA/Istimewa
Denny JA
Foto: Istimewa

Menurut pemilik Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini, tiga skema tersebut terbuka karena arah politik praktis tidak bisa diduga atau seperti bola liar. Dia berkata, politik praktis bisa didesain masuk dan keluar dari pintu yang berbeda.

TOKOHKITA. Denny Januar Ali atau yang akrab disapa Denny JA membeberkan tiga skenario yang mungkin dimainkan di Lapangan Tugu Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8) pagi. "Terhidanglah tiga skenario," kata Denny JA dalam keterangan tertulisnya, Rabu (19/8).

Menurut pemilik Lembaga Survei Indonesia (LSI) ini, tiga skema tersebut terbuka karena arah politik praktis tidak bisa diduga atau seperti bola liar. Dia berkata, politik praktis bisa didesain masuk dan keluar dari pintu yang berbeda. Skenario pertama, dia menerangkan, KAMI membawa pemerintahan Jokowi jatuh sebelum berakhir 2024. Namun, menurutnya, KAMI belum cukup kuat untuk menjatuhkan Jokowi saat ini.

Skenario berikutnya, lanjut dia, gerakan KAMI membesar dan segera menemukan calon presiden yang populer untuk diusung pada 2024 mendatang. KAMI, menurut Denny JA, bisa menjadi pemimpin dengan menggandeng partai politik tertentu nantinya untuk mengusung capres pada Pemilu 2024.

Menurut dia, skenario ini hanya terbuka jika KAMI solid hingga 2024. Namun, katanya, kekuatan KAMI juga menjadi kekurangannya. Denny JA berkata, KAMI berpotensi pecah ketika harus fokus hanya pada satu pasangan capres dan cawapres saja, karena keberadaan tokoh yang beragam di dalamnya.

"Ini skenario kedua, KAMI menjadi civil society yang ikut melahirkan the next presiden Indonesia tahun 2024. Namun ini hanya terjadi jika KAMI mendukung capres yang saat itu paling populer," ujarnya. Dalam skenario ini, katanya, KAMI tak menjatuhkan Jokowi sebelum 2024 dan tidak mengusung pasangan capres dan cawapres untuk 2024. "KAMI hadir sebagai gerakan moral belaka," tuturnya.

Sejumlah tokoh yang tergabung dalam Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia (KAMI) dalam acara perkenalan KAMI di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (2/8). Mereka menilai saat ini Indonesia butuh diselamatkan karena tengah menghadapi situasi sulit.

Meski begitu, Denny JA berkata bahwa KAMI tidak bisa dianggap remeh. Pasalnya KAMI lahir dalam kondisi banyak rakyat yang tengah cemas dan marah atas situasi di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Menurutnya, KAMI adalah sebuah gerakan politik yang lahir dalam konteks krisis ekonomi yang berpotensi segera mendapatkan pesona ekstra. KAMI dapat menjelma menjadi sebuah kekuatan politik alternatif bila berhasil merebut harapan publik akan perubahan.

Selain itu, lanjut Denny JA, KAMI juga tidak bisa dianggap remeh karena diisi oleh beraneka tokoh lapisan strategis mulai dari Din Syamsuddin, Rokhmat Wahab, Gatot Nurmantyo, serta anggota keluarga proklamator dan mantan presiden yakni Rachmawati Soekarnoputri, Meutia Hatta, dan Titiek Soeharto.

"Din Syamsudin berakar di ormas besar Muhammadiyah. Rokhmat Wahab berakar di ormas besar Nahdlatul Ulama dan istrinya [adalah] cucu pendiri Nahdlatul Ulama. Sementara Gatot Nurmantyo berakar pada dunia militer dan sebagian pengusaha besar," tuturnya. "Bertaburan pula intelektual publik di dalamnya. Mereka yang selama ini mengambil jalan berbeda dengan pemerintahan seolah menemukan forum besar bersama," imbuh dia.

Ketiga, ucap Denny JA, KAMI tidak bisa dianggap remeh karena lahir di era kekosongan oposisi. Menurutnya, kehadiran oposisi di era krisis ekonomi itu ibarat hukum besi politik. Kata Denny, tidak ada manusia super yang bisa mengendalikan sebuah negara nasional yang tengah gelisah agar tertib tanpa oposisi. Sebelumnya, KAMI secara resmi mendeklarasikan diri di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa (18/8) pagi.

Beberapa tokoh publik hadir dan membacakan Jati Diri dan Maklumat KAMI sebagai rangakaian deklarasi tersebut. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya Achmad Yani, Rocky Gerung, Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Rochmad Wahab, Meutia Farida Hatta, MS Kaban. Kemudian hadir pula, Said Didu, Refly Harun, Ichsanuddin Noorsy, Lieus Sungkharisma, dan Jumhur Hidayat, Abdullah Hehamahua, hingga Amien Rais.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER