Rokhmin Dahuri

BKIPM Harus Menjadi Lebih Inovatif dan Solid

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Sabtu, 15 Agustus 2020 - 22:48 WIB

BKIPM harus bisa melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina, sekaligus memberikan pelayanan sertifikasi kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan.

TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof  Dr Ir Rokhmin Dahuri MS menjadi narasumber pada pertemuan Unit Kerja Lingkup Badan Karatina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamananan Hasil Perikanan  (BKIPM)  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Badung, Bali, Jumat (14/8). 

Dalam kesempatan tersebut, Rokhmin menyebutkan ada lima tantangan yang dihadapi BKIPM yakni harus mendukung kontribusi ekonomi sektor kelautan dan perikanan (KP), mendukung industrialisasi perikanan yang bernilai tambah dan berdaya saing; melakukan pengawasan lalu-lintas ikan dan produk perikanan dan keamanan hayati ikan. "BKIPM harus bisa melakukan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina, sekaligus memberikan pelayanan sertifikasi kesehatan ikan, mutu dan keamanan hasil perikanan," terang dia. 

Menurut Dahuri, BKIPM berperan dalam memastikan setiap produk hasil perikanan yang dilalulintaskan baik antardaerah di dalam negeri, ekspor, maupun impor dengan  mutu yang baik, sehat dan aman bagi manusia serta lingkungan. Sehat dalam arti  baik untuk dikonsumsi, dipelihara sebagai hobi, maupun dibudidayakan. "BKIPM harus mengupayakan peningkatan akses pasar dan daya saing ekspor produk hasil perikanan," terangnya.

Di sisi lain, BKIM juga harus mampu menghadang upaya penyelundupan ikan dan komoditas hasil laut lainnya yang termasuk kategori dilarang dilalulintaskan. Menurut Rokhmin, capaian kinerja BKIPM terkait penyakit ikan karantina yang dicegah penyebarannya ke wilayah Indonesia selama 2015-2019 nilainya mencapai 100% (kecuali tahun 2016). Dengan demikian, tidak ditemukan penyebaran penyakit ikan eksotik dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia maupun penyebaran penyakit ikan karantina baru dari zona positif (tidak bebas) ke zona negatif (bebas),” tutur ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu.

Rokhmin menjabarkan  data sertifikasi kesehatan ikan domestik yang memenuhi standar  tahun 2019, yaitu produk perikanan konsumsi mencapai 655 ribu ton  dan  3,70 juta ekor senilai Rp 23,38 miliar “Sedangkan  produk perikanan non-konsumsi mencapai 68,34 ribu ton  dan  25,99 miliar ekor senilai Rp. 4,87 miliar,” kata Rokhmin yang membawakan presentasi berjudul “Pemantapan peran dan tanggung jawab BKIPM dalam mendukung pembanguan kelautan dan perikanan”.

Rokhmin menyebutkan, sementara itu sertifikasi kesehatan ikan ekspor yang memenuhi standar  tahun2019  sebagai berikut:  produk perikanan konsumsi mencapai 1,13 juta ton & 93,74 juta ekor senilai USD 5, 05 miliar dolar AS; sedangkan produk perikanan non-konsumsi mencapai 138,50 ribu ton  dan  3,93 miliar ekor senilai 205,88 juta dolar AS.

Terkait registrasi Unit Pengolahan Ikan (UPI) ke negara tujuan ekspor, hingga 2019, BKIPM telah melakukan pendaftaran sebanyak 1.963 nomor registrasi UPI ke 38 negara mitra.  “Pada 2019, realisasi PNBP Perikanan non-SDA terbesar dari KIPM (49%) atau 11,6?ri total PNBP Perikanan,”  kata koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – 2024 itu.

Rokhmin juga menyampaikan saran untuk penguatan BKIPM dengan membuktikan dan mendesiminasikan kinerja positif (keberhasilan) BKIPM selama ini dalam mendukung pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang berhasil kepada stakeholders dan publik, dan penyampaian argumentasi (reasonings) ilmiah maupun berdasarkan fakta (evidence-based prove). Kemudian, menempatkan fungsi (tugas) pengendalian mutu ikan dan produk perikanan memang lebih tepat (proper) berada di bawah BKIPM.

Selain itu,  dengan ingin menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (antara lain menjadikan Indonesia sebagai Produsen Perikanan terbesar di dunia, menggeser China), akan tidak memadai (counter productive), bila BKIPM digabungkan dengan Badan Karantina Pertanian. “Tidak kalah pentingnya, BKIPM harus menjadi lebih inovatif dan solid sebagai sebuat tim untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik dan berkelanjutan,” ujar Rokhmin.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER