Eneng Martini

Calon Doktor Ini Ciptakan Metode Pembelajaran Digital yang Bisa Jadi Pesaing Ruang Guru

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. STARTUP /
  4. Sabtu, 16 Mei 2020 - 07:18 WIB

Eneng Martini (kanan) sedang konsultasi dengan tim TI/Dokumen pribadi
Eneng Martini (kanan) sedang konsultasi dengan tim TI
Foto: Dokumen pribadi

Saat ini, Eneng Martini bersama tim juga tengah mempersiapkan perusahaan rintisan teknologi atawa startup pembelajaran digital untuk pengembangan aplikasi PeKa. Pertimbangannya, dari aspek bisnis memiliki ceruk peluang pasar yang masih terbuka lebar.

TOKOHKITA. Setiap pelajar pasti pernah mengikuti pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Di banyak benak pelajar, materi PPKn sangat membosankan karena banyak hapalan, pasal-pasal hingga tanggal-tanggal yang merujuk peristiwa tertentu. Pada kenyataannya, siswa terkadang masih ada yang malas-malasan dengan mata pelajaran PPKn. Bahkan, bagi pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK), mereka beranggapan tidak penting belajar PPKn karena tidak akan menjadi seorang politikus. "Kan, saya mau kerja," begitu kira-kira dalih siswa SMK memandang pelajaran PPKn.

Realita ini mengundang keprihatinan sekaligus tantangan bagi Eneng Martini, Dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pasundan, Bandung, Jawa Barat, untuk mendesain konsep pembelajaran PPKn yang menyenangkan bagi pelajar. Maklum, masih tingginya kasus kenakalan remaja seperti tawuran dan tindakan kriminal lainnya, menjadi pekerjaan rumah bagi dunia pendidikan untuk meredamnya. Hal itu boleh jadi akibat kurang mengenanya pendidikan etika dan PPKn. 

Menurut dia, bila didalami lebih jauh, materi PPKn itu mengajarkan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Di situ ada juga hak soal buruh dalam konteks kenegaraan. Alhasil, PPKn penting sebagai bekal di masa mendatang. "Jadi dengan pembelajaran PPKn sangat bermanfaat untuk kehidupan sekarang dan masa yang akan datang," kata Eneng Martini. 

Adapun nama PeKa awalnya singkatan dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganenagaran. "Namanya PeKa itu bagi saya mempunyai arti tersendiri," akunya. Arti dalam kamus Bahasa Indonesia, peka bermakna mudah merasa; mudah terangsang; mudah bergerak (tentang neraca peralatan mekanis); tidak lalai; mudah menerima atau meneruskan pengaruh. "Jadi diharapkan dengan media (aplikasi) ini bisa membantu untuk terangasang, dan hatinya bergerak, tidak lalai dan mudah menerima mengenai pembelajaran PPKn, khususnya bagi siswa biar lebih termotivasi. Siswa sekarang kan tidak bisa lepas dengan yang namanya gadget, sehingga mereka bisa belajar di mana saja dan kapan saja," urai Eneng Martini.

Sejatinya, fitur-fitur di dalam aplikasi PeKa bisa digunakan untuk mata pelajaran lain, di luar materi PPKn. Sementara, proses pembelajarannya bisa dilakukan baik di luar kelas maupun di dalam kelas. "Karena yang saya lihat sekarang ini misal ketika pembelajaran di kelas ada tugas 15 menit keluar kelas untuk observasi lapangan, kemudian siswa melaporkannya via WhatsApp. Kemudian, masuk lagi ke kelas untuk dipresentasikan. Dengan media PeKa siswa dan guru tidak usah mengirim lewat WhatsApp, tapi cukup mengaploud data via aplikasi," terangnya.

Kenapa yang dipilih dalam riset ini pelajaran PPKn? Eneng Martini beralasan, selain karena saat ini dirinya tengah menempuh pendidikan doktor atau strata-3 (S3) di Prodi PPKn Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, ia ingin mengangkat nama PPKn. Harapannya, agar siswa lebih termotivasi dan ada rasa mencintainya bahwa mata pelajaran PPKn itu perlu dan bisa menyenangkan. Bagi guru juga menjadi media pendukung dalam penyampaiannya sebagai alat perantara materi. Atas dasar itu, pembelajaran PPKn menjadi fokus penelitian ini. 

Menurut Eneng Martini, di abad 21 ini banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran baik itu bagi siswa maupun bagi gurunya sendiri. Pada, akhirnya sangat berpengaruh dari dunia luar, yaitu masyarakat luas. Dalam pembelajaran tidak terlepas dari unsur materi, metode, media, sumber dan evaluasi. Yang mana dalam pemilihannya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kurikulum yang berlaku, berdasarkan kebutuhan di lapangan, maka pengembangan salah satu model pembelajaran berbasis kecakapan abad 21, yakni dengan nama e-market place menjadi fokus kajian. "Ini merupakan model pengembangan dari market place activity, yang mana siswa dituntut lebih aktif dan guru sebagai fasilitator," terang perempuan berhijab ini.

Eneng Martini juga menerangkan, perkembangan teknologi informasi (TI) yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dengan mekanisme pembelajaran/belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan e-learning membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Di sisi lain, Depdiknas juga intensif mendorong pengembangan e-learning untuk memberikan layanan dan kesempatan pada masyarakat luas yang selama ini tidak terjangkau dengan sistem konvensional secara tatap muka. 

Atas dasar itu, dalam aplikasi PeKa terdapat fitur-futur untuk mendukukung aktivitas guru dalam pembelajaran, antara lain membuat pertemuan dengan menentukan jam masuk dan jam keluar pembelajaran. Guru akan mendapatkan kode pembelajaran yang nantinya akan dibagikan kepada siswa sebagai kode pembelajaran di mulai dan secara otomatis ketika siswa memasukan kode pembelajaran absensi siswa dapat langsung terdeteksi oleh guru. Kemudian, ada fitur untuk mengunggah RPP yang terdiri dari tujuan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan belajar dan evalausi, mengunggah materi pelajaran baik berupa text, PPT, maupun video, dan format lainnya.

Selanjutnya, ada fitur untuk mengunggah dan mengunduh tugas siswa, dan ditentukan juga waktu pengumpulannya serta menilainya. Guru juga bisa membuat kuis, yaitu membuat dan mengunggah soal-soal kuiz untuk siswa baik berupa pilihan ganda maupun essay, hingga membuat kunci jawaban, dan menentukan skornya. Dengan aplikasi PeKa, guru memungkinkan adanya aturan ketepatan waktu pengumpulan tugas atau kuis siswa. Tujuannya, untuk membiasakan kedisplinan kepada siswa dan guru, sehingga ada rasa tanggung jawab masing-masing. 

Ketika mengerjakan kuis tersebut, Eneng Martini berujar, siswa diharapkan tidak membuka aplikasi lain misal google atau aplikasi lain, selain medsos. Sebab itu, sistem ini dikunci sehingga jika siswa membuka aplikasi lain otomatis akan terkunci dan tidak bisa melanjutkan jawabannya. "Dengan sistem dikunci ini merupakan pembeda juga dengan aplikasi pembelajaran yang lainnya, dengan tujuan untuk menciptakan kejujuran ketika siswa mengerjakan soal tanpa ada pengawas langsung, dan supaya konsentrasi ketika mengerjakan soal," terangnya.

Setelah itu, guru mengunggah hasil evaluasi kuiz atau tes siswa tersebut, melakukan interaksi atau diskusi dengan siswa, dan siswa dengan siswa lainnya baik dari pertanyaan siswa ketika ada materi yang tidak dipahami, atau memancing siswa untuk bertanya. Fitur lainnya, ada cara untuk mendeteksi kehadiran siswa di kolom absen yang mengikuti pembelajaran guru pengampu mata pelajaran, dan ketika ada yang tidak hadir diberikan keterangan. "Untuk fitur yang diakses murid, tidak jauh berbeda dengan aktivitas yang dijalankan oleh guru," terang Eneng Martin.

Ujicoba sistem

Eneng Martin mengungkapkan, aplikasi PeKa sudah melewati serangkaian ujicoba baik aktivitas secara individu dan aktivitas bersama. Tujuannya, untuk mengetahui apakah sistem dapat bekerja dengan baik. Dalam pengujian aktivitas individu, masing-masing pengguna secara bergantian mengakses sistem dengan aktivitas login dan aktivitas-aktivitas perorangan lainnya. Sedangkan, pada pengujian aktivitas bersama, yaitu pengujian aktivitas siswa dan guru langsung secara online.

Aplikasi telah diujicobakan kepada beberapa sekolah di Kota Bandung. Sebagai sample dalam ujicoba ini adalah lima sekolah menengah kejuruan, yakni SMKN 5 Bandung, SMKN 9 Bandung, SMK Puragabaya, SMK Cipta Skill, dan SMK Telkom Bandung. 

Dari hasil ujicoba aplikasi PeKa terhadap guru menunjukkan 100% sangat baik sekali media belajar yang digunakan bisa dimanfaatkan oleh siswa dalam pembelajaran. Sedangkan, tanggapan terhadap pengoperasian aplikasi ini menurut siswa 2,4% sangat baik sekali, 50,6% sangat baik, 40% sedang, 5,9 % buruk, dan 1,2% buruk sekali. "Ini setidaknya menunjukkan dengan adanya aplikasi pembelajaran PeKa bisa digunakan dalam proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga bisa belajar dimanapun dan kapanpun dalam satu genggaman," sebut Eneng Martini.

Adapun refleksi implementasi dari hasil ujicoba dari hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kelebihan dari aplikasi PeKa, yakni pada kolom Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sangat membantu guru dalam memberikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Pertimbangannya, guru harus mempunyai rencana pembelajaran setiap pertemuan,  sehingga siswa tahu mengenai arah dan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan. Kolom absen memudahkan guru untuk mengetahui siapa siswa saja yang mengikuti pembelajaran setiap pertemuan dan yang tidak hadir sudah kelihatan nama-namanya, karena semua data siswa sudah tersimpan di admin. 

Di sisi lain, pembelajaran digital lebih memudahkan penyampaian dan proses pembelajaran lebih kekinian dan membuat menarik, karena praktis, efektif dan efesien. "Sebuah model yang efektif di saat pembelajaran daring sekarang ini, proses belajar mengajar [PBM] siawa dan guru bisa dilaksanakan kapan dan dimanapun, tanpa terbatas ruang dan waktu. Aplikasi ini juga memudahkan dalam proses kegiatan pembelajaran jarak jauh. Juga memudahkan guru dalam mengajar dan membuat pembelajaran yang disajikan tidak monoton, sehingga peserta didik menjadi bergairah dalam belajar," terangnya.

Denngan kelebihan tersebut, apa yang membedakan dengan aplikasi pembelajaran lainnya yang sudah banyak beredar. Neng Manting mengklaim, PeKa memang agak berbeda dari aplikasi pembelajaran online yang populer di masyarakat seperti Ruang Guru. "Banyak aplikasi, pasti ada kelemahan dan kelebihan. Di Ruang Guru, materinya sudah disediakan sistem. Kalau di PeKa, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam membuat, menyampaikan, dan menganalisa materi pembelajaran sesuai kebutuhan," ujarnya.  

Meski demikian, dia menyadari aplikasi PeKa ini masih jauh dari sempurna karena masih dalam tahap pengembangan sebagai bagian dari bahan disertasi untuk mendapatkan gelar doktoral di UPI Bandung. Neng Martini berharap, ke depan aplikasi pembelajaran ini bisa terus dikembangkan dalam penggunaannya untuk mempermudah  pembelajaran sebagai aplikasi dalam pembelajaran. "Semoga metode pembelajaran ini bisa lebih memasyarakat, dan dijadikan solusi ketika pembelajaran masih bersifat kaku, formal dan terikat, sehingga perlu memperluas sosialisasi aplikasinya. Ini juga bisa menjadi wawasan baru buat guru pribadi untuk senantiasa meningkatkan profesionalismenya," jelas dia.

Eneng Martini juga berharap, adanya dukungan dari pemerintah untuk menyediakan sarana dan prasarana yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Dengan adanya aplikasi ini sangat membantu sebagai media pembelajaran yang bisa dilakukan dalam proses belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. "Ke depan, saya dan tim akan terus mengembangkan aplikasi ini untuk semua materi pembelajaran khususnya di tingkat SMA dan sederajat. Jadi tidak hanya materi pembelajaran PPKn saja," harapnya.

Saat ini, Eneng Martini menambahkan, bersama tim juga tengah mempersiapkan perusahaan rintisan teknologi atawa startup pembelajaran digital untuk pengembangan aplikasi PeKa dan mendaftarkan hak ciptanya ke Kementerian Hukum dan HAM. Pertimbangannya, dari aspek bisnis memiliki ceruk peluang pasar yang masih terbuka lebar. "Target pangsa pasar pelajar SMA sederajat ini sangat besar, itu yang kami bidik dalam pengembangan startup pembelajaran digital ini. Saya juga dibantu tim konsultan TI dari PT Ezio Mitra Sukses, yang mendevelop aplikasi PeKa. Untuk pengembangan berikutnya tentu membutuhkan investasi yang besar, dan kami pun sudah berencana menggaet investor. Tapi dalam waktu dekat, tahun ini, saya fokus dulu menyiapkan bahan dan perbaikan untuk persiapan sidang disertasi," pungkasnya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER