Marwan Jafar

Momentum Peluang di Balik Wabah Korona

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Minggu, 16 Februari 2020 - 11:28 WIB

Marwan Jafar
Marwan Jafar
Foto:

Dua pekan terakhir, harga bawang putih meroket Rp 60 ribu per kilogram di pasar-pasar di Jatim, Jabar bahkan di Bengkulu dan Sulut. Bukan sekali ini bawang putih melonjak tak wajar, termasuk praktek kartelnya.

TOKOHKITA. Berbagai kalangan memprediksi dampak buruk penyebaran virus novel korona terhadap perekonomian domestik maupun global. Misalnya pertumbuhan ekonomi di China sendiri maupun sejumlah negara mitra dagang termasuk Indonesia yang diprediksi bisa di bawah 5% di tahun ini.

"Memang itu prediksi-prediksi cukup obyektif dan masuk akal. Tapi kita juga meyakini, justru di tengah kondisi itu harus mampu mengambil momentum ekonomi di balik kekhawatiran dampak negatif tersebut. Mulai dari menggenjot promosi sektor wisata termasuk hotel dan restoran, membenahi sektor perdagangan dan industri hingga memetakan ulang sejumlah potensi ekspor komoditas Indonesia," tandas anggota Komisi VI DPR RI Marwan Jafar, pekan ini.

Marwan yang mantan Ketua Fraksi PKB menambahkan, efek negatif itu antara lain sangat terasa malah dimanfaatkan oleh kalangan importir hingga pemain besar komoditi bawang putih di mana China sebagai produsen terbesarnya. Dua pekan terakhir, harga bawang putih meroket Rp 60 ribu per kilogram di pasar-pasar di Jatim, Jabar bahkan di Bengkulu dan Sulut. Bukan sekali ini bawang putih melonjak tak wajar, termasuk praktek kartelnya.

"Itu bukti bahwa yang cerdik memanfaatkan momentum negatif kasus Corona virus malah kalangan importir, spekulan dan penimbun. Karena itu, beberapa kementerian terkait khususnya Kementan dan Kemendag mesti ekstra mewaspadai dan mengambil langkah-langkah cerdas mendorong terobosan pertumbuhan ekonomi dan lebih peduli kepada pengusaha kecil menengah serta kepentingan warga masyarakat," ujarnya mantan Menteri Desa-PDTT itu.

Diingatkan pula, sejumlah komoditi kebutuhan pokok pangan seperti daging sapi, kedelai, cabai, jagung bahkan garam masih mengandalkan impor. Karena itu, sangat jelas, saat ini dan ke depan menjadi momentum langka di tengah kekhawatiran dampak wabah korona, buat membenahi produktivitas, tata kelola,  distribusi, pengolahan, hingga pemasaran komoditas agrobisnis Indonesia secara kreatif demi kemajuan ekonomi bangsa.

Termasuk sektor pariwisata dan logistik transportasi darat, laut dan udara. Mengapa demikian? Sebab, dibanding misalnya Hongkong dan Singapura yang juga sudah terdampak wabah korona secara ekonomi, Indonesia agak beruntung mempunyai ceruk pasar dan tingkat konsumsi penduduk yang besar serta masih tersubsidi di beberapa sektor perekonomian.

Laporan: Zaenal  Wafa

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER