Connie Sutedja

Golden Girls dan Bu Hebring

  1. Beranda /
  2. Feature /
  3. Kamis, 4 Juli 2019 - 10:42 WIB

Connie Sutedja/Historia
Connie Sutedja
Foto: Historia

Hebring, salah satu julukan paling populer itu. Siapa lagi yang mempopulerkannya kalau bukan aktris senior Connie Sutedja. Saking populernya, julukan “Bu Hebring” sampai melekat pada figur Connie hingga saat ini.

TOKOHKITA. Jika era milenial diramaikan dengan istilah tagline, seperti “Ashiaap!” yang dipopulerkan Youtuber Atta Halilintar, era 1990-an juga dimeriahkan oleh banyak julukan yang melekat pada selebritis. “Hebring”, salah satu julukan paling populer itu. Siapa lagi yang mempopulerkannya kalau bukan aktris senior Connie Sutedja. Saking populernya, julukan “Bu Hebring” sampai melekat pada figur Connie hingga saat ini.

“Sebetulnya julukan itu anugerah ya, sama sekali enggak terganggu kalau banyak yang panggil Ibu Hebring. Saya dapat banyak iklan dari situ. Jadi karakternya (di iklan) harus hebring. Juga sering diajak ikut launching produk-produk ya, sebagai Ibu Hebring,” tutur Connie dikutip dari Historia, Kamis (4/7/2019).

Julukan “Hebring” yang disandang Connie namun berbeda dari tagline “Ashiaap!”-nya Atta yang masih sekadar kosakata untuk seru-seruan. Kata “hebring” dijadikan lema resmi dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “hebring” berarti hebat.

Mulanya istilah “hebring” populer sejak Connie membintangi serial TVRI Pondokan, 1989. Dalam serial itu Connie memerankan tokoh Ibu Entim. Karena dialog-dialognya acap mengucap kata “hebring”, kata itupun melekat pada dirinya hingga di luar mata kamera. “Julukan yang sangat terkenal mulai dari kota hingga ke pelosok-pelosok desa,” tulis keterangan dalam Memory Artis & Wartawan Jakarta 2004 terbitan Panitia Reuni Artis & Wartawan Jakarta

Dalam serial Pondokan, untuk kesekian kalinya Connie beradu akting dengan sahabatnya, Nani Wijaya. Bersama Nani, Ida Kusumah, dan Rina Hasyim, Connie terus mempertahankan eksistensi di dunia hiburan hingga era 1990-an. Mereka kemudian disatukan ke dalam grup bernama Golden Girls. “Golden Girls itu juga buat saya rezeki banget karena sering diundang bersama. Awal ceritanya alharhum Sys NS yang berjasa. Dia yang membentuk Golden Girls,” kenang Connie.

Lahirnya Golden Girls pada 1994 berkelindan dengan Gabungan Artis Nusantara (GAN), yang terbentuk setahun sebelumnya, sebagai bentuk perlawanan sejumlah artis. “Waktu itu kita sama-sama, ada Camelia Malik, Farouk Afero, Deddy Sutomo, Sys NS, masih banyak lagi, kita lagi protes sama Parfi (Persatuan Artis Film Indonesia, red.). Kita WO (walk out) dari kongres (ke-11, 10 Mei 1993) satu rombongan. Itu zamannya Pak Ratno Timoer ketuanya,” sambungnya.

GAN mengakomodir para anggotanya untuk tetap bisa berkarya. Mengutip Pikiran Rakyat, 28 Agustus 1994, jurusnya adalah dengan menelurkan lima paket program acara hiburan ke salah satu stasiun televisi swasta yang tengah berkembang di era itu, SCTV.

Salah satu paket program itu adalah serial komedi mingguan Opera Sabun Colek. Serial itu mengangkat keempat aktris senior: Ida Kusumah, Connie Sutedja, Nani Wijaya, dan Rina Hasyim. Keempatnya dipromosikan dengan “kemasan baru” bernama Golden Girls. “Sys NS memang memerhatikan gerak-gerik kita, karakter kita, kenapa enggak dibikin Golden Girls ala Indonesia saja, seperti The Golden Girls di Amerika (Serikat),” kata Connie melanjutkan.

Persahabatan mereka kian erat seiring mengudaranya Opera Sabun Colek pada 1994. Pintu rezeki turut terbuka kepada mereka sebagai bintang tamu beragam jenis acara besar, on-air maupun off-air, sampai sekarang.

Sayang, Ida tak bisa lagi mengikuti sejak 2010 lantaran dipanggil Sang Pencipta. “Almarhumah Ida Kusumah orangnya baik sekali. Karena paling senior kalau bicara umur, dia mengayomi pada kita yang lebih muda. Kalau saya kan orangnya straight, to the point. Sementara dia orangnya bijak. Kalau saya lagi marah, dia diam dulu, tapi enggak lama kasih nasihat. Care sekali sama kita. Kalau diundang festival atau pesta, Ceu Ida selalu maunya berangkat bareng. Itu yang berkesan buat saya,” kenangnya.

Namun, bukan hanya Ida rekan di Golden Girls yang kepribadiannya dikenal Connie. Terhadap Nani Wijaya pun Connie sangat terkenang dengan perangainya. Nani itu orangnya manja. Kalau apa-apa suka enggak pede (percaya diri). Kalau mau ini-itu, dibilangnya: ‘Connie dulu deh. Kalau kenapa-kenapa kan Connie duluan’ hahaha…,” tuturnya sambil tertawa.

Nani bukan orang baru buat Connie. “Sama Nani sudah lama jadi teman. Sama-sama ikut main di (film) Dibalik Tjahaja Gemerlapan,” sambungnya. Perkenalan Connie dan Nani bermula dari tahun 1966, saat keduanya membintangi film garapan Mendiang Miscbach Yusa Biran, suami pertama Nani, itu.

Rineke Antoinette Hassim atau populer dengan Rina Hasyim juga bukan orang baru buat Connie. Keduanya main bareng dalam film Si Pitung (1970). Di Golden Girls, Rina personil termuda dan acap jadi korban senioritas ketiga sahabatnya.

“Yang paling tua kan Ida, lalu Nani, saya, baru Rina. Orangnya suka disuruh-suruh. Kalau baju kita lecek, minta dia setrikain. Juga kalau minta tata rambut. Walau dia belum selesai, harus bantu kita dulu. Di sini berlaku senioritas hahaha…,” sambung Connie sambil tertawa lepas.

Terlepas dari itu, Connie salut pada mentalitas istri sineas Chris Pattikawa itu. Meski di luar terlihat lembut, Rina punya mental dan nyali lebih tangguh. “Kepribadian Rina itu berani kalau ada apa-apa. Kayak laki-laki lah. Tapi orangnya lembut banget. Pernah pas bulan puasa saya lagi enggak ada pembantu, dia sering bantuin masak buat saya. Kalau pergi ke mana-mana juga sampai sekarang masih berani nyetir (mobil) sendiri. Kalau syuting FTV malam-malam, dia masih berani dan kuat berangkat sendiri,” tandas Connie.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER