Rokhmin Dahuri

Produktif Menulis Buku hingga Pidato Ilmiah di Kampus

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. EDUKASI /
  4. Jumat, 28 Juni 2019 - 07:39 WIB

Rokhmin Dahuri/Dokumen pribadi
Rokhmin Dahuri
Foto: Dokumen pribadi

Pakar kelautan dan perikanan itu tergolong produktif menulis. Hingga saat ini, Dosen Teladan Nomor 1 se-Indonesia tahun 1995 itu telah menulis dan menerbitkan 18 buku, terutama terkait dengan kelautan dan perikanan yang menjadi keahlian utamanya.

TOKOHKITA. Masih langka guru besar yang rajin menekuni dunia literasi, utamanya menulis artikel dan buku. Salah satu di antaranya Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.

Pakar kelautan dan perikanan itu tergolong produktif menulis. Hingga saat ini, Dosen Teladan Nomor 1 se-Indonesia tahun 1995 itu telah menulis dan menerbitkan 18 buku, terutama terkait dengan kelautan dan perikanan yang menjadi keahlian utamanya. Pada Rabu (26/6/2019), menteri Kelautan dan Perikanan Kabinet Gotong Royong itu menyerahkan tiga buku karyanya kepada Prof Dr Fathur Rokhman MHum, rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) dalam acara wellcomimg dinner yang digelar rektor Unnes dan jajarannya di Restoran Kampung Laut, Semarang, Jawa Tengah.

“Ketiga buku ini adalah buku ke-18 berjudul ‘Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia’  terbit 2015 dan edisi ke-3 terbit 2018; buku ke-17 (Sustainable Coastal and Ocean Development) terbit 2013; dan buku-16 (The Quest for Happiness) terbit 2010,” kata Rokhmin memberikan kata sambutan sebelum menyerahkan hadiah buku.

Hadir dalam acara welcoming dinner hampir semua wakil rektor, dekan dan kepala lembaga di lingkungan Unnes. Kemudian, pada Kamis (27/6/2019), Rokhmin memberikan pidato ilmiah pada acara Wisuda Unnes Semarang. Dalam kesempatan ini, ia menekankan jika pandai secara akademik saja tidak cukup. Sebab yang tidak kalah pentingnya adalah memiliki akhlak yang luhur.

“Bila saudara-saudara ingin hidup sukses dan bahagia bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat kelak menjadi penghuni surga serta terhindar dari semua siksa neraka.  Maka, pertama saudara-saudara harus beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME menurut agama kita masing-masing.  Kedua, memiliki kompetensi IPTEK sesuai dengan bidang ilmu atau program studi yang saudara pelajari. Ketiga, harus sehat, cakap, terampil, kreatif, dan mandiri. Keempat, harus berakhlak mulia dan berbudaya luhur,” papar Rokhmin.

Menurut mantan menteri kelautan pada Kabinet Gotong-Royong itu, di era Industri 4.0 abad-21  yang bercirikan volatile, uncertain, complex, and ambiguous (VUCA)) atau era disrupsi, hampir semua aspek kehidupan di dunia ini sangat tidak menentu dan tidak bisa diperkirakan sebelumnya (unpredictable).

Contohnya, perusahaan handphone terbesar di dunia pada 1990-an sampai awal tahun 2000-an, sejak 2007 kalah bersaing oleh Microsoft Co. Nokia tidak melakukan kesalahan apa pun, tetapi kemudian perusahaannya hilang, produknya kalah, tergusur, tak lagi diminati pasar. Akhirnya, Nokia dijual ke Microsoft Co.

Di tanah air, Blue Bird dan perusahaan-perusahaan taxi raksasa lainnya tersisih setelah berkembangnya taksi berbasis aplikasi online, seperti GoJek dan Grab.“Itulah sustainaing innovations (melakukan inovasi secara berkelanjutan) yang dulu dianjurkan para ahli sebagai resep mujarab untuk seseorang, organisasi, atau negara menggapai keberhasilan,” tuturnya.

Namun, kata Rokhmin, sejak lahirnya era Industri 4.0 yang bercirikan perubahan yang super cepat di semua aspek kehidupan manusia, yang disebabkan oleh kemampuan teknologi komputer (computing power) yang kian meningkat secara eksponensial, Cloud Computing, Internet of Things, Artificial Intelligence, smartphones, dan sosial media (Roweles and Brown, 2017); maka resep sukses itu (sustaining innovations) tidaklah cukup.

“Bila, kehidupan duniawi kita ingin sukses, maka mulai sekarang kita harus membekali diri dengan kemampuan untuk melakukan ”disruptive innovations”.  Yakni, kemampuan untuk dapat mengantisipasi setiap perubahan yang bakal terjadi secara super cepat, kemudian bagaimana memanfaatkan dan mengelola perubahan itu bagi keberhasilan hidup kita, kemaslahatan bersama, kemajuan dan kesejahteraan bangsa kita, dan untuk dunia yang lebih baik (for a better world),” paparnya.

Untuk itu, kata Rokhmin,  para wisudawan Unnes  harus meningkatkan kapasitasnya  dalam hal berpikir kritis (critical thinking), kemampuan analisis (analytical thinking), kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving) baik yang sederhana maupun yang kompleks, kemampuan bekerjasama (teamwork), dan kemapuan-kemampuan lain yang tidak bisa dikerjakan oleh robot, mesin otomatis, dan jenis-jenis teknologi lain di era Industri 4.0 ini.

Kemampuan-kemampuan lain itu, kata dia,  biasa disebut sebagai soft skill atau life skills (keterampilan atau keahlian hidup).  Yakni, kemampuan untuk membuat mitra kerja kita, mitra bisnis kita, atasan kita, dan orang lain senang serta merasa puas bekerjasama atau berteman dengan kita.  Soft skills juga mencakup kemampuan seseorang untuk memelihara dan memompa motivasi, semangat hidup untuk senantiasa menjadi yang terbaik (to be the best), menghasilkan karya dan prestasi untuk kemaslahatan bersama, dan menolong serta berbuat baik kepada sesama insan maupun lingkungan hidup (natural ecosystems).

Selain itu, Rokhmin menambahkan, para wisudawan Unnes  juga mesti mengasah jiwa kewirausahaan (entreprenuership), yaitu suatu kemampuan untuk merubah sesuatu yang tidak atau kurang ada gunanya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat, bernilai tambah, dan bernilai ekonomi.  Ciri-ciri utama seorang entrepreneur adalah kreatif, inovatif, bisa membaca dan menciptakan peluang, berani ambil resiko (risk taker) yang terukur (calculated risks), pantang menyerah, disiplin, tekun, berorientasi pada hasil (result-oriented), dan sabar.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER