Andrew Watkins-Ball, Founder & CEO JUMO

Inklusi Keuangan Sangat Penting untuk Pembangunan

  1. Beranda /
  2. Perspektif /
  3. Korporasi /
  4. Kamis, 2 Mei 2019 - 20:02 WIB

Andrew Watkins-Ball/Istimewa
Andrew Watkins-Ball
Foto: Istimewa

Kemampuannya dalam bidang layanan finansial telah diasah sejak awal karirnya sebagai investment executive di Citigroup, Salomon Brothers and Capital Fund, di mana ia bertugas mengeksekusi penawaran-penawaran senilai lebih dari 25 miliar Dolar AS dan merupakan pionir dalam pasar leveraged finance internasional di Afrika Selatan.

TOKOHKITA. Salah seorang pengusaha berpengalaman dengan hasrat untuk teknologi dan jasa keuangan, Andrew mendirikan JUMO World pada Januari 2015, dan sejak itu berperan sebagai Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan ini. Andrew mengawasi semua aspek bisnis JUMO dan sangat bersemangat dalam memberdayakan sumber daya untuk mendorong inovasi produk, strategi terbaik di bidangnya, dan nilai-nilai sosial bagi konsumen dan pemegang saham. Namun, visinya untuk JUMO lebih dari itu.

Andrew meyakini bahwa inklusi keuangan sangat penting untuk pembangunan. Ia percaya bahwa hal ini memberikan keamanan, memungkinkan perencanaan kehidupan yang lebih efektif dan juga memfasilitasi peluang untuk memulai atau menumbuhkan berbagai perusahaan, dengandemikian meningkatkan kualitas hidup banyak orang.

Selain dikenal melalui keahliannya menemukan solusi inovatif untuk masalah-masalah yang nyata di dunia, Andrew dikenal melalui kemampuannya untuk mengembangkan perusahaan-perusahaan rintisan menjadi bisnis teknologi bernilai jutaan dolar dengan pertumbuhan tinggi di Eropa, Amerika Serikat dan Afrika.

Kemampuannya dalam bidang layanan finansial telah diasah sejak awal karirnya sebagai investment executive di Citigroup, Salomon Brothers and Capital Fund, di mana ia bertugas mengeksekusi penawaran-penawaran senilai lebih dari 25 miliar Dolar AS dan merupakan pionir dalam pasar leveraged finance internasional di Afrika Selatan.

Latar belakang ini, serta pengalaman-pengalamannya sebagai pengusaha, mengokohkan rekam jejak Watkins-Balls dalam mendirikan dan menjalankan usaha-usaha yang sedang berkembang. Sebelum mendirikan JUMO, Andrew meluncurkan MWB Capital, perusahaan pemodal yang berfokus pada pengembangan nanoteknologi dalam sektor energi.

Andrew juga berada dibalik Afb, bisnis layanan finansial di Ghana yang menyediakan produk-produk finansial inovatif bagi konsumen. Selain itu, Andrew memiliki peran di balik Gateway Telecommunications, sebuah penyedia layanan satelit, yang dijual ke Vodafone senilai US$ 675 juta pada tahun 2008. Kesuksesan besar pertamanya sebagai pemilik bisnis adalah mendirikan perusahaan penyelenggara event di Cape Town, yang telah bekerja sama dengan Quincy Jones dan Nelson Mandela.

Lebih lanjut mengenai pentingnya inklusi keuangan untuk pembangunan, model bisnis, pengembangan dan rencana ekspansi JUMO di Indonesia, berikut petikan wawancaranya:

Setelah didirikan di tahun 2014, bagaimana pengembangan model bisnis JUMO hingga saat ini?

JUMO adalah perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat yang menyediakan layanan informasi, infrastruktur finansial, dan produk-produk yang dirancang untuk menjangkau 80% populasi dunia yang belum memiliki akses terhadap layanan finansial. JUMO bermitra dengan bank dan operator seluler yang berpikir ke depan untuk menjangkau populasi ini, sehingga pasar inklusif untuk layanan keuangan digital dapat dijalankan. Saat ini, JUMO memiliki lebih dari 350 karyawan di Afrika dan Asia, dengan sekitar dua pertiga di antaranya ahli dalam bidang rekayasa perangkat lunak, ilmu data, prediksi, analitik, dan keuangan.

JUMO didirikan pada tahun 2014 setelah melihat kurangnya akses terhadap layanan finansial dasar bagi pelanggan yang berada di luar ekosistem layanan finansial formal. Individu yang tidak memiliki akses terhadap produk-produk perbankan ini mengalamikesulitan dalam meminjam, menabung, dan tidak memperoleh manfaat dari layanan-layanan finansial.

Para pendiri JUMO mempelajari berbagai kemungkinan model usaha, dan meluncurkan perusahaan percontohan pemberi pinjaman untuk pengusaha kecil dan mikro di sector pasar informal, di Ghana dan Kenya. Hal ini memberi kesempatan bagi JUMO untuk memahami dinamika pasar, khususnya kebutuhan dan kendala yang dialami pelanggan yang tidak dapat mengakses layananfina nsial. JUMO awalnya mengembangkan produk pinjaman jangka pendek untuk sebuah organisasi multinasional, sebelum akhirnya menjadi platform JUMO saat ini.

Setelah membentuk kemitraan dengan Airtel, JUMO berkesempatan untuk memperluas bisnisnya ke Tanzania dan memutuskan untuk mulai fokus pada memberikan layanan finansial digital melalui teknologi mobile . Model dan strategi kemitraan kami diperkuat dengan mengikutsertakan penyedia layanan finansial. Meski awalnya cukup sulit membangun kemitraan dengan beberapa bank, kami yakin dengan model kemitraan kami, karena dengan demikian kami dapat menjangkau dan memberi manfaat bagi pelanggan-pelanggan baru, serta para mitra kami.

Kemampuan dan pengalaman kami dalam mengakses dan menganalisis sejumlah besar data alternatif untuk dengan lebih baik memprediksi kemungkinan seorang pelanggan membayar pinjaman, bersama dengan saluran distribusi efektif, telah menurunkan biaya layanan pelanggan sebanyak 10 kali lebih rendah dari bank tradisional. Hal ini semakin memperluas jangkauan layanan finansial ke lebih banyak orang. Rata-rata biaya pelayanan pelanggan JUMO 10x lebih rendah dari biaya bank tradisional.

Model kami semakin berkembang, hingga kini kami juga bermitra dengan perusahaan transportasi dan distribusi seperti Uber, dan kami juga memiliki model-model yang langsung menyasar pelanggan untuk memperluas akses terhadap layanan finansial.

Segmen market atau industri apa saja yang merupakan target JUMO?

JUMO bertujuan membantu orang-orang yang belum memiliki akses terhadap layanan finansial. Kami melakukan ini melalui mendorong mereka untuk memanfaatkan jejak digital mereka dalam membangun profil kredit. Tidak hanya itu, kami juga menawarkanproduk-produk finansial seperti pinjaman dan rekening tabungan, yang dirancang secara spesifik untuk para pelanggan tersebut. Di Asia Tenggara, dengan populasi lebih dari 600 juta orang, lebih dari 50?lum memiliki akses terhadap rekening bank. Saat ini, sekitar 1,7 miliar orang di dunia belum memiliki akses terhadap layanan finansial, dan 76% di antaranya berada di kawasan Sub-Sahara Afrika dan Asia.

Bagaimana pertumbuhan JUMO dalam 1-2 tahun terakhir, dan apa saja faktor pendorong pertumbuhan tersebut?

Selama empat tahun ke belakang, JUMO telah mengalami pertumbuhan signifikan diberbagai pasar tempat kami beroperasi. Hampir 12 juta pelanggan di pasar-pasar berkembang di wilayah Afrika dan Asia telah menabung atau meminjam pada platform JUMO. Melalui platform kami, kami juga telah mencairkan dana lebih dari US$ 1 miliar kepada usaha-usaha kecil dan individu. JUMO bermitra dengan perusahaan-perusahaan global dengan pikiran ke depan untuk memperluas inklusi keuangan. Mitra-mitra kami termasuk MTN, Airtel, Barclays Africa,dan Telenor Microfinance Bank.

Kami juga sukses memberikan produk-produk dengan kualitas tinggi, yang terintegrasi dengan perangkat yang digunakan pelanggan setiap hari. Pelanggan dapat mengakses layanan kami melalui USSD pada feature phone atau melalui aplikasi, kami terintegrasi pada berbagai antarmuka. Dengan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML), kami secara agresif memperluas kapasitas kami untuk mengubah data menjadi kesempatan produk, menggunakan beberapa rangkaian data terbesar di dunia. 

Bagaimana pandangan Anda terhadap situasi inklusi keuangan di Indonesia, dan bagaimana teknologi JUMO dapat mendukung hal ini?

Meski Indonesia telah menerapkan langkah-langkah penting menuju inklusi keuangan, masih banyak hal yang perlu dilakukan. Indonesia adalah negara dengan salah satu populasi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap produk-produk perbankan terbesar di dunia. Indeks inklusi keuangan global yang diterbitkan oleh Bank Dunia (World Bank’s Global Financial Inclusion Index) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat keempat di Asia setelah China, India, dan Pakistan: 50% orang dewasa di Indonesia belum memiliki akses terhadap produk finansial.

Kondisi geografis Indonesia sangat tersebar, banyak masyarakat yang belum memiliki akses terhadap produk finansial, termasuk usaha kecil dan mikro, b erlokasi di tempat-tempat paling terpencil. Metode kami memberdayakan masyarakat agar jejak digital mereka dapat digunakan untuk mengakses layanan-layanan finansial yang sesuai untuk kebutuhan mereka. Selain itu, metode ini menggunakan infrastruktur teknologi mobile, sehingga kami dapat menjangkau pelanggan di mana pun mereka berada, melalui platform yang mereka akses setiap hari.

Kami menggunakan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan yang dapat membuat model resiko pelanggan melalui sumber data alternatif. Dengan demikian, setiappelang gan dapat dicocokkan dengan pilihan layanan finansial yang sesuai. Dengan pendekatan ini, kami dapat mencapai jutaan orang yang sebelumnya tidak memiliki akses finansial, didukung oleh bank dan mitra distribusi yang sesuai.

 Hal apa yang membedakan JUMO dari kompetitor atau perusahaan dengan model bisnis sejenis?

JUMO bekerja sama dengan bank dan mitra distribusi lokal – kami fokus pada menumbuhkan ekosistem layanan keuangan digital lokal yang berkelanjutan. Platform kami memiliki kemampuan mengintegrasikan sistemnya dengan berbagai gawai serta sistem operasi, pelanggan kami juga dapat mengakses layanan kami melalui USSD dan melalui aplikasi. Model biaya kami memberikan insentif untuk biaya pinjaman serendah mungkin dan pengembalian tabungan tertinggi dari mitra bank kami. Kapabilitas data JUMO memberikan manfaat data dan prediksi yang dimungkinkan oleh skala platform terbuka kami, sedangkan pendekatan B2B2C kami memperluas jangkauan serta menurunkan biaya.

Bagaimana JUMO melihat kondisi pasar di Indonesia? Apa perbedaan-perbedaan utama antara Indonesia dengan negara-negara lain di mana JUMO beroperasi?

Setiap negara dan pasar tentu berbeda, masing-masing memiliki kompleksitas dan kesempatan yang berbeda. Namun demikian, Indonesia memiliki perbedaan utama: populasi sebanyak lebih dari 265 juta orang yang tersebar di 17.000 pulau-pulau. Indonesia memiliki dua kesamaan dengan kebanyakan pasar berkembang lainnya: penetrasi mobile yang tinggi, sehingga membuka kesempatan bagi produk dan layanan digital, bersama dengan tingginya jumlah populasi yang belum memiliki akses terhadap produk-produk perbankan. Meski maksud di balik inklusi keuangan sangat baik, hal yang menentukan adalah eksekusi. Pengalaman kami di pasar-pasar lain mengajarkan kami pentingnya pembelajaran dan pengembangan teknologi yang terus-menerus, untuk menghindari bias dalam algoritma.

Indonesia juga termasuk dalam kelompok tujuh ekonomi yang merepresentasikan hampir setengah (46%) seluruh populasi dewasa yang belum memiliki akses terhadap produk-produk perbankan di dunia berdasarkan Indeks inklusi keuangan global, Bank Dunia.  Selain Pakistan, yang juga merupakan salah satu lokasi operasi JUMO, Indonesia merupakan negara di mana setengah atau lebih populasi dewasanya belum memiliki akses terhadap produk perbankan (bersama dengan Bangladesh, Kolumbia, Etiopia, dan Nigeria.

Sebagai model bisnis yang termasuk baru bagi Indonesia, bagaimana strategi JUMO dalam mengedukasi pasar di Indonesia?

Pengalaman pelanggan JUMO mengedepankan interaksi dan umpan balik yang melampaui metrik dasar pengalaman pelanggan, memasukkan juga fitur-fitur produk berbasis data yang mendorong edukasi finansial pelanggan dan perilaku pengelolaan kredit yang bertanggung jawab.Komitmen JUMO dalam keterlibatan pelanggan menginformasikan interaksi pelanggan, mengump ulkan umpan balik jujur pelanggan, menempatkan kesejahteraan dan kebutuhan pelanggan sebagai fokus pekerjaan kami. Prinsip Operasi Pelanggan atau Customer Operating Principles  (COPS) kami menjunjung tinggi niat kami di antaranya untuk secara aktif menggalakkan akses dan inklusi, serta menyediakan pilihan-pilihan dan nilai tambah finansial nyata yang mendukung pelanggan. COPS kami bertujuan mencapai keseimbangan antara pemberdayaan dan perlindungan pelanggan dengan memajukan: akses dan inklusi, ekosistem digital yang berkelanjutan, pilihan dan pemberdayaan pelanggan, nilai finansial nyata, dan pengelolaan data pelanggan yang bertanggung jawab.

Editor: Tokohkita


TERPOPULER