Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna

Penduduk Asli Depok Harus Mandiri di Kampung Sendiri

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Daerah /
  4. Minggu, 31 Maret 2019 - 21:49 WIB

Tokoh Kumpulan Orang Orang Depok (KOOD)/Tokohkita
Tokoh Kumpulan Orang Orang Depok (KOOD)
Foto: Tokohkita

Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna mengaku bangga karena KOOD sekarang mulai berkarakter dan memiliki ciri khas seperti mengenakan baju pangsi.

TOKOHKITA. Saat ini, Depok berkembang menjadi kota urban dengan geliat pembangunan yang terbilang masif. Wajah Depok yang terus bersolek tentu menjadi magnet bagi warga pendatang. Itu sebabnya, penduduk Depok beragam entitas dari mulai suku Jawa, Sunda, Betawi, Batak, dan lainnya.

Keberagaman suku dan budaya tercermin dari penduduknya itu tidak bisa dipungkiri karena Depok berkembang menjadi masyarakat perkotaan yang modern. Di sisi lain, keberadaan penduduk asli atau lokal dengan seni dan budayanya juga perlu perhatian, sehingga tidak tergerus oleh perubahan zaman yang membuat identitas khas mereka hilang. Seni dan budaya asli menjadi ciri khas Depok di tengah kemajemukan.

Saat ini, penduduk asli Depok ada sekitar 36% total penduduk Depok. Sementara sisanya adalah kaum urban atau pendatang dari berbagai macam daerah dan suku. Itu sebabnya, sejumlah tokoh dan sesepuh di Depok, yang tergabung dalam Kumpulan Orang Orang Depok (KOOD) ini berupaya untuk menggali kembali warisan seni dan budaya penduduk asli dengan memperkuat eksistensi organisasi yang sempat mati suri tersebut. Kini, KOOD dibawah kepemimpinan H Ahmad Dahlan berkomitmen menjadi wadah bagi bocah Depok khususnya, umumnya warga dengan merangkul semua elemen masyarakat dan bersama-sama memajukan Depok sesuai kapasitas masing-masing.

Wakil Walikota Depok Pradi Supriatna mengaku bangga karena KOOD sekarang mulai berkarakter dan memiliki ciri khas seperti mengenakan baju pangsi. "Ke depannya, Insya Allah KOOD bukan sekadar kumpulan orang-orang, tapi tidak hanya berkarakter melainkan mampu berkreasi dan berbudaya juga, sehingga bisa mengangkat seni dan daya yang ada di Depok," harapnya.

Hal itu diutarakan Pradi yang juga Ketua DPC Partai Gerinda Kota Depok di sela acara pengukuhkan kepengurusan KOOD Kecamatan Pancoran Mas di Rumah Makan Bakoel Samara, Depok, Sabtu (30/3/2019). Hadir di acara ini antara lain Ketua Umum Kumpulan Orang KOOD H Ahmad Dahlan, Camat Pancoran Mas Utang Wardaya, Sekretaris Umum KOOD Hj Nina Suzana, Wakil Sekretaris Umum KOOD Amiruddin, dan tokoh Depok lainnya.

Menurut orang nomor dua di Depok ini, KOOD jangan hanya kumpul-kumpul doang. Namun bagaimana mewujudkan kebersamaan menyusun program-program nyata ke depannya yang positif dan berguna bagi masyarakat. Harapannya, berdampak pada kemajuan Depok. Misalnya, terkait nilai-nilai budaya yang bukan hanya harus dilestarikan tapi digali agar memberikan nilai tambah secara ekonomi. Nah, salah satunya potensi dari baju pangsi untuk mendorong kemandirian ekonomi penduduk asli Depok.

Pradi menuturkan, pada awalnya memakai baju pangsi mungkin biasa-biasa saja, tidak ada sesuatu yang luar biasa atau sebuah kebanggan. Akan tetapi, ketika semakin banyak warga Depok yang mengenakannya, tentu akan menjadi sebuah kebanggaan seperti yang dihadirkan KOOD. Dari situ akan banyak permintaan baju adat ini, ada yang memesan dan pasti ada pihak yang memproduksinya. Sehinngga, ini akan menggerakkan secara positif untuk pertumbuhan ekonomi. "Kalau perlu ada hari khusus orang-orang ke Balaikota pakai baju pangsi, mungkin hari Kamis, karena ada juga beberapa daerah yang melakukannya," sebut dia.

Artinya, KOOD dan pihak lainnya pun harus pandai-pandai memainkan dalam ritme jangka panjang atau perencanaan program nyata dalam memandang aset budaya tersebut. Alhasil, setelah mempunyai karakter dan selanjutnya mampu berbudaya, maka penddukuk asli Depok akan mampu berdiri sendiri dan mandiri di kampung sendiri, di tengah kemajukan kota. "Jadi silakan berkreasi dan pemerintah memberi ruang sama untuk semua komunitas yang tumbuh di Depok. Harapannya, bisa berkembang dan besar bersama-sama pula," harap Pradi.

Meski demikian, Pradi mengingatkan, perlu jernih dalam memandang unsur budaya yang lahir di masyarakat. Adapun yang dimaksud wakil walikota Depok ini adalah golok Depok. "Golok ini memang senjata tajam, tapi dalam konstek seni budaya bukan berati radikal atau simbol kekerasan. Golok Depok lebih ke identitas saja. Dan setiap daerah ada itu, misal di masyarakat Jawa dengan kerisnya, Aceh ada Rencong, Jawa Barat dengan kujangnya, di Madura juga terkenal celurit," ungkapnya memberi contoh.

Wakil Walikota juga menyinggung wacana membangun Kampung Depok Tempo Dulu, yang semat diinisiasi oleh KOOD. Konsepnya semacam penampakan Kampung Betawi di Setu Babakan, yang kini menjadi salah satu destinasi wisata lokal. Saban akhir pekan, lokasi ini ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah tak hanya Jabodetabek. Pentas seni dan pameran budaya juga kerap digelar secara rutin. Aktivitas seni budaya ini mampu menggerakan ekonomi bagi warga setempat dengan banyaknya pengunjung yang datang.

Meski masih wacana karena perlu ada pembicaraan lintas pemerintahan lebih lanjut, Pradi menuturkan, nantinya bakal ada hal-hal yang berkaitan dengan nuansa budaya Depok seperti bangunan rumah Depok tempo dulu, kandang kerbau, lahan pertanian dan peternakan, termasuk sumur juga miniatur jumbleng atau jamban khas Depok tempo dulu. 

Tapi Pradi juga mengingatkan jika Depok ini masyarakatnya majemuk. Alhasil, tidak memungkin untuk bisa memuaskan aspirasi semua pihak. Tapi masing-masing komunitas yang ada di Depok memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan memajukan kota belimbing ini. Dalam hal ini, KOOD diharapkan memiliki pandangan maupun orientasi ke depan untuk kepentingan masyarakat banyak khususnya seni dan budaya Depok.

“Jangan sampai setelah berdiri beberapa tahun kemudian bubar tanpa ada pandangan serta visi misi yang menampung aspirasi masyarakat kota Depok untuk budaya seperti membesarkan baju adat ciri khas Depok, membangunan serta kesejahteraan masyarakat banyak,” pinta Pradi. Selain itu, KOOD juga bisa bersinergi dengan pemerintah untuk berperan aktif dalam mewujudkan misi dan visi Kota Depok yaitu Unggul, Nyaman dan Religius.

“Kami harapkan KOOD melaksanakan program yang cerdas dan sesuai dengan pakem-pakem yang ada dan selalu kompak dalam keberagaman budaya Depok,” tukas Ahmad Dahlan saat mengukuhkan kepengurusan KOOD Kecamatan Pancoran Mas.

Organisasi warga asli Depok yang berdiri sejak era Walikota Badrul Kamal ini kembali eksis dengan formasi baru Badan Pengurus Harian (BPH) KOOD untuk masa bhakti 2018-2023 menyatakan komitmennya bebas dari kepentingan politik praktis. "Sempat vakum lama itu karena ada main kepentingan politik. KOOD sekarang fokus pada urusan seni dan budaya," tukasnya. 

Dahlan menambahkan, pihaknya sedang fokus merancang berbagai program skala prioritas, salah satunya menghimpun perkataan atau tutur kata atau dialek yang diucap oleh para leluhur Depok masa lalu. Nah, dialek tersebut telah menjadi bahasa keseharian warga asli Depok. Setelah terhimpun, selanjutnya akan dikaji dan dirumuskan oleh tim khusus (bidang sejarah dan budaya) dengan melibatkan para tokoh atau sesepuh Depok. “Setelah dikaji dan dirumuskan, kemudian akan kami terbitkan menjadi Kamus Bahasa Depok," ungkapnya.

Rencananya, Kamus Bahasa Depok ini akan dirilis bertepatan dengan Hari Jadi ke-20 Kota Depok, 27 April mendatang.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER