Pakai `The Power of Salaman ala Jokowi`

Hasto mengisahkan pengamanan Megawati ketika sebagai ketua umum PDI pada masa Orde Baru berkampanye di Demak, Jawa Tengah. Kala itu yang datang di kampanye Megawati hanya 50 orang. “Saat itu loyalis Bu Mega hanya berani mendengar pidato Ibu dari balik pintu dan jendela rumahnya. Itulah perjuangan dan proses jadi pemimpin. Jangan kecil hati," katanya.

TOKOHKITA. Calon legislatif (caleg) dari PDI Perjuangan harus rajin mengunjungi masyarakat. Hal tersebut ditegaskan Ketua PDI Perjuangan Sulut Olly Dondokambey. Menurutnya, kedekatan dengan masyarakat akan berdampak baik.

“Selain kita lebih dikenal, masyarakat akan mempercayai keberadaan kita sebagai calon wakil rakyat, dan bakal ada banyak aspirasi yang dikumpulkan,” sebut politikus yang juga Gubernur Sulut ini.

OD, sapaan akrabnya mengatakan, di berbagai kesempatan, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri selalu mengingatkan kadernya untuk memasyarakat. “Di masa sosialisasi seperti saat ini, mari kita lebih mendekatkan diri dengan masyarakat. Menyampaikan program-program ke depan, serta ikut sosialisasi agenda pemerintah untuk kesejahteraan rakyat,” beber Bendahara Umum PDI Perjuangan ini.

OD pun menyinggung mengenai kedekatan Presiden Joko Widodo dengan masyarakat. Di mana di berbagai kesempatan, Jokowi selalu menyapa masyarakat langsung.

Apa yang disampaikan OD, senada dengan imbauan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto. Dia meminta caleg partainya benar-benar turun ke akar rumput. Menurutnya, kunci untuk kembali memenangkan partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu di Pemilu 2019 adalah menyapa masyarakat secara langsung. “Pak Presiden tak membangun sekat. Selalu bertemu masyarakat dan bahkan bersalaman. Itu harus dipraktekkan,” tukasnya.

Hasto menyampaikan hal itu saat menyampaikan pembekalan bagi para caleg DPR dari PDI Perjuangan di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, Kamis (25/10) malam. Menurutnya, setiap caleg PDI Perjuangan harus mau berkampanye dari rumah ke rumah serta menyampaikan salam dari Megawati dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Kuncinya bergerak ke bawah, ke masyarakat. Sampaikan salam dari Ibu Megawati, salam dari Pak Jokowi,” ujarnya.

Politikus asal Yogyakarta itu menegaskan, pemimpin hebat muncul dari dialektika dan pergulatan dengan rakyat. Proklamator RI Bung Karno, kata Hasto, juga muncul dari pergulatan di tengah rakyat dan menyelami suasana batin bangsa terjajah.

Selanjutnya, Bung Karno menyajikannya dalam bentuk tulisan yang penuh semangat juang. “Jadikan Bung Karno, Ibu Mega, dan Pak Jokowi sebagai narasi perjuangan dengan bergerak ke rumah-rumah rakyat," kata Hasto.

Lebih lanjut Hasto menceritakan ketika Presiden Jokowi ditanya tentang memenangi pemilihan wali kota, pemilihan gubernur dan pemilihan presiden (pilpres). Ternyata jurunya simpel, yakni salaman.

Hasto mengatakan, salaman memiliki kekuatan tersendiri. Menurutnya, Jokowi terus mempertahankan the power of salaman itu ketika menjadi presiden. "The power of salaman. Kebiasaan beliau ini tak habis ketika beliau jadi presiden sekalipun. Maka Anda pun harus bisa mengikuti demikian saat datang ke rumah-rumah," pinta Hasto.

Selain itu, kata Hasto, menjadi caleg berarti dituntut memiliki kedisiplinan dan loyalitas. Dia menegaskan, PDI Perjuangan memiliki massa yang solid meski caleg-calegnya harus menghadapi pemilu yang sarat nuansa liberal.

Lagi-lagi Hasto mengisahkan pengamanan Megawati ketika sebagai ketua umum PDI pada masa Orde Baru berkampanye di Demak, Jawa Tengah. Kala itu yang datang di kampanye Megawati hanya 50 orang. “Saat itu loyalis Bu Mega hanya berani mendengar pidato Ibu dari balik pintu dan jendela rumahnya. Itulah perjuangan dan proses jadi pemimpin. Jangan kecil hati," kata Hasto.

Sumber: Manado Post

Editor: Admin