Rokhmin Dahuri
Muslim Indonesia Masih Buruk Kesalehan Sosialnya
Umat Islam pada umumnya di dalam menjalankan ibadah mahdhoh; termasuk ibadah haji, ibadah qurban, dan sholat Idul Adha itu hanya bersifat ritual dan seremonial belaka.
TOKOHKITA. Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan sejumlah paradoks (kejanggalan) yang menimpa Umat Islam, khususnya di Indonesia saat ini.
"Salah satunya adalah karena Umat Islam pada umumnya di dalam menjalankan ibadah mahdhoh; termasuk ibadah haji, ibadah qurban, dan sholat Idul Adha itu hanya bersifat ritual dan seremonial belaka," dalam Khutbah Idul Adha di Lapangan “Taman At-Taubah”, Masjid Baabut Taubah. Pulomas, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Kamis (29/6/2023).
Menurut Rokhmin, hal itu terjadi karena tidak memahami artinya, tidak tahu substansi dan makna ibadah tersebut. Apalagi untuk menjalankan (mengimplementasikan) nilai-nilai (substansi) dari berbagai ibadah mahdhah itu dalam kehidupan kesehariannya. Maka, jangan heran bila sering kali kita menjumpai seorang muslim atau muslimah yang nampak sangat saleh secara individual, sudah melaksanakan ibadah haji dan umrah berkali-kali, rajin menunaikan shalat fardhu dan sholat-sholat sunnah, puasa sunah, dan ibadah mahdhoh lainnya.
Namun, dia sering menyakiti tetangganya, kikir, tidak suka menolong fakir miskin, korupsi, tidak jujur, pembohong, pendengki, pendendam, tidak mau berkurban untuk menegakkan kalimat Allah (Islam), dan akhlak buruk lainnya. "Dengan perkataan lain, sudah menjadi pemandangan sehari-hari (hal yang lumrah), bahwa kebanyakan muslim dan muslimah di Indonesia itu sangat baik kesalehan individualnya, tetapi amat buruk kesalehan sosialnya," ungkap Anggota Dewan Pakar MLH, Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini.
Rokhmin pun menyinggung fakta Indonesia yang merupakan negara penyumbang jamaah haji terbesar di dunia setiap tahunnya. Bahkan pada tahun ini, kuota haji Indonesia mencapai 221.000 jamaah atau mengalami peningkatan sekitar 10 ribu jamaah dibandingkan tahun sebelumnya. Sayangnya, peningkatan kuota jamaah haji tersebut seolah hanya sebagai simbol saja dan tidak terlalu berdampak terhadap perbaikan kualitas diri maupun bangsa kita.
Sehingga, tak heran bila perilaku akhlakul mazmumah (tercela) seperti pembunuhan, begal, perjudian, perzinahan, saling hujat, saling hantam, flexing (pamer kemewahan), korupsi, kolusi dan nepotisme masih menghiasi negeri ini. Lantas, dimanakah nilai dan makna ibadah haji yang telah dilaksanakan oleh ratusan ribu jamaah kita setiap tahunnya?.
Lebih lanjut Rokhmin menjelaskan, dewasa ini kejujuran, amanah, keikhlasan, dan persatuan (ukhuwah) telah menjadi barang langka di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita. "Tidak sedikit para pemimpin dan elit bangsa kita yang hanya mengumbar janji pada saat kampanye, tanpa realisasi ketika terpilih menjadi pemimpin atau wakil rakyat," katanya Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 –2024
Rohkmin mengkritik, pencitraan dan hoax dijadikan alat untuk memamerkan kinerjanya. Bukan karya nyata dan platinum legacy yang dapat mencerdaskan, mensejahterakan, dan membahagiakan rakyatnya. Persatuan dan persaudaran (ukhuwah) begitu mudahnya digaungkan, terutama oleh para pemimpin.
"Tetapi, pidato dan kerjaan mereka justru membuat masyarakat kian terbelah (terfragmentasi), seperti kadrun vs. kampret, dan pembelahan masyarakat berbasis perbedaan lainnya," sebut Ketua Dewan Pakar Himpunan Pengusaha Nahdliyin itu.
Kini, kasih sayang, perdamaian, dan saling tolong menolong antar komponen bangsa semakin memudar. Mirisnya, sesama ormas Islam dan partai Islam masih saling berebut pengaruh, kekuasaan, harta, dan bertikai. "Padahal, akhlak utama Rasulullah saw sebagai teladan paripurna kita semua adalah shiddiq (jujur), amanah, fathonah (cerdas dan visioner), tabligh, sabar, pemaaf, penyayang, dan penolong," jelas Rokhmin.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan Idul Adha kali ini sebagai momentum bagi kita Umat Islam di Indonesia pada khususnya, dan di dunia pada umumnya. Untuk bangkit, memaknai dan mengamalkan nilai-nilai (hikmah) substansial dari setiap ibadah mahdhoh yang kita kerjakan, terutama ibadah haji, sholat Idul Adha, dan ibadah qurban. Sebagaimana diingatkan oleh Presiden pertama RI, Dr.Ir. Soekarno (Bung Karno), bahwa kita “Umat Islam harus mengambil api (substansi, ruh) Islam, bukan asapnya (ritual dan seremoni nya) saja”.
Setiap hari raya Idul Adha, setidaknya kita terus diingatkan kembali tentang Hikmah Ibadah Haji dan Hikmah Ibadah Qurban, guna meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Peristiwa ibadah haji seharusnya mampu menyadarkan kita, bahwa pada hakikatnya umat manusia adalah satu keluarga, satu kesatuan, serta sama dan setara dalam pandangan Allah SWT.
Rokhmin berujar, tidak ada manusia yang lebih unggul dan lebih baik dari yang lainnya, kecuali atas dasar ketakwaan atau ketaatannya kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 13, “Inna akramakum ‘indallahi atqakum (sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah Swt adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian)”.
"Ibadah haji merupakan ajaran dan ritual keagamaan sekaligus Rukun Islam pamungkas, dengan tujuan untuk menapaktilasi perjuangan ketauhidan Nabi Ibrahim a.s. dan putranya, Nabi Ismail a.s. Namun, ibadah ini hanya akan menjadi sebuah simbol atau ritual yang tidak terlalu berguna, apabila kita tidak mampu menangkap makna terdalam dari setiap aktivitasnya," papar Anggota Dewan Pembina Baitul Muslimin Indonesia ini.
Editor: Tokohkita