Gobel: Indonesia Harus Bentuk Komite Kerja Sama Teknologi Nano dengan Iran

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Internasional /
  4. Minggu, 8 Mei 2022 - 20:40 WIB

Gobel memimpin delegasi DPR RI untuk muhibah ke Teheran, Iran. Ia didampingi Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto, Ketua Komisi VI Faisol Reza, Wakil Ketua Komisi VI Martin Manurung, Anggota Komisi XI Heri Gunawan, Anggota Komisi XI Fauzi Amro, dan Anggota Komisi XI Charles Meikyansyah.

TOKOHKITA. Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel setuju dengan usulan Iran agar kedua negara membentuk Komite Kerja Sama Teknologi Nano. “Iran memiliki keunggulan di bidang teknologi nano, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Namun yang terpenting, Iran siap melakukan transfer teknologi nanonya ke Indonesia,” katanya, Ahad, 8 Mei 2002.

Gobel memimpin delegasi DPR RI untuk muhibah ke Teheran, Iran. Ia didampingi Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto, Ketua Komisi VI Faisol Reza, Wakil Ketua Komisi VI Martin Manurung, Anggota Komisi XI Heri Gunawan, Anggota Komisi XI Fauzi Amro, dan Anggota Komisi XI Charles Meikyansyah. Selain itu, ada perwakilan dari Kementerian ESDM yaitu Musfid Gunawan (direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas) dan Mirza Mahendra (direktur Teknik dan Lingkungan), serta Andi Rizaldi, staf ahli Menteri Perindustrian. Duta Besar Indonesia untuk Iran, Ronny Prasetyo Yuliantoro, juga ikut mendampingi mereka.

Dalam kunjungan ini, delegasi DPR RI melakukan pertemuan dengan Dewan Inovasi Teknologi Nano Iran (INIC). Mereka diterima oleh Sekjen INIC, Prof Saeed Sarkar. Selain itu, hadir pula perwakilan dari kementerian luar negeri dan kementerian terkait lainnya.

Gobel mengatakan, pembentukan komite ini harus dibicarakan dengan berbagai lembaga dan kementerian terkait di Indonesia. Namun dari pihak DPR, Gobel menunjuk Sugeng Suparwoto dan Faisol Riza untuk menjadi mitra untuk persiapan pembentukan komite tersebut. “Teknologi nano yang dikembangkan Iran memiliki keunggulan yang kompetitif di aspek kualitatif dan juga memiliki keunggulan dalam hal harga yang lebih murah dibandingkan dengan teknologi serupa dari negara-negara lain,” katanya.

Lebih lanjut Gobel menyatakan, teknologi nano akan menjadi salah satu faktor penting dalam persaingan antarbangsa di masa depan. “Namun yang utama adalah bahwa teknologi nano sangat membantu meningkatkan kualitas manusia, bagus bagi lingkungan hidup, dan memberikan keuntungan ekonomi. Karena itu, semua negara berlomba menguasai teknologi nano. Jadi, Indonesia harus masuk di teknologi nano ini. Teknologi nano akan menjadi game changer di masa depan,” katanya.

Lebih lanjut Gobel menjelaskan bahwa Indonesia harus terus melakukan inovasi, salah satunya melalui teknologi nano, agar ada lompatan dalam meraih kemajuan. Selain itu, penguasaan teknologi nano ini akan menjadi faktor penting dalam mengoptimalkan legacy yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo, khususnya dalam pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia dan menyeluruh dalam semua aspek infrastruktur. “Kita harus memberikan makna khusus terhadap warisan prestasi yang telah dan sedang dilakukan Bapak Presiden dengan membangun dan memanfaatkan teknologi nano,” katanya.

Dalam presentasinya Saeed Sarkar mengatakan, sanksi embargo terhadap Iran oleh PBB telah membuat Iran berpikir. “Yang sebelumnya tak terbayangkan kini bisa dilakukan dan diwujudkan. Tekanan sanksi telah membuat potensi yang ada pada Iran bisa keluar,” katanya. Iran memulai menekuni teknologi nano pada 2001. “Saat itu hanya ada 10 orang yang mengerti teknologi nano. Sekarang sudah ada 40 ribu peneliti dengan kualifikasi S2 dan S3. Ini memberikan dampak besar bagi Iran,” katanya.

Pada 2001 itu, kata Saeed, peneliti Iran baru mampu memproduksi sembilan publikasi makalah dan menduduki ranking ke-57 di dunia. Namun pada 2001 lalu, katanya, sudah bisa membuat 11.582 publikasi makalah sehingga Iran menduduki ranking ke-4 di dunia. “Ini sudah tahun kelima berada di ranking 4. Di atas Iran ada China, India, dan Amerika Serikat. Semuanya negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia,” katanya. Selain faktor jumlah penduduk, katanya, dana yang dikeluarkan negara-negara tersebut jauh di atas Iran. “Kami punya strategi tersendiri. Tidak mengandalkan dana. Duit kami terbatas, namun strategi ini telah membuat kami unggul,” katanya.

Sebagai bukti keunggulan itu, kata Saeed, China, Korea Selatan, Rusia, Jerman, Australia sudah memanfaatkan teknologi nano Iran. “Kami mengekspor teknologi nano ke 45 negara di dunia. Teknologi nano telah memberikan kemajuan ekonomi bagi Iran,” katanya. Menurutnya, ada 11 bidang yang dimasuki Iran dengan memanfaatkan teknologi nano seperti tesehatan, konstruksi, migas, air dan pertanian, otomotif, tekstil, jasa industri, optik dan elektronika, bahan baku, pendidikan, dan manufaktur. “Saat ini ada 324 perusahaan yang terlibat dan ada 1.111 produk yang dihasilkan,” katanya.

Menurut Saeed, Indonesia memiliki potensi dan kemampuan untuk mengembangkan teknologi nano. “Tak butuh 20 tahun, dalam 10 tahun Indonesia bisa menguasai teknologi nano,” katanya. Menurutnya, jangan mengikuti strategi Barat yang membutuhkan biaya besar. “Misalnya, tak perlu kirim pelajar ke keluar negeri. Biayanya besar dan kulturnya berbeda. Kami siap kirim dosen-dosen kami untuk mengajar di universitas-universitas di Indonesia. Kami juga siap membangun laboratorium-laboratorium di Indonesia,” katanya.

Saeed mengatakan, Iran siap melakukan riset bersama dan melakukan transfer teknologi. “Kapan saja Indonesia siap, maka kami siap,” katanya.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER