Investasi properti di Asia Pasifik melonjak 30%

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Rabu, 17 November 2021 - 21:22 WIB

Capital Tracker Q32021 yang dipublikasikan JLL menyebutkan, investasi pada kuartal ketiga di Asia Pasifik meningkat 10% secara tahunan (year-on-year) mencapai US $39,5 miliar.

TOKOHKITA. Volume investasi properti di Asia Pasifik terus meningkat pesat dalam sembilan bulan pertama pada tahun ini, naik 30% dibandingkan periode yang sama pada 2020.

Menurut konsultan properti global JLL (NYSE: JLL), transaksi langsung properti di Asia Pasifik selama tahun berjalan (year-to-date) mencapai US $125 miliar, angka ini hanya kurang 6?ri volume transaksi pada 2019. Hal ini terjadi seiring meningkatnya investasi di sejumlah aset yang masih memberikan keuntungan, seperti perkantoran dan sektor logistik.

Capital Tracker Q32021 yang dipublikasikan JLL menyebutkan, investasi pada kuartal ketiga di Asia Pasifik meningkat 10% secara tahunan (year-on-year) mencapai US $39,5 miliar. Namun volume transaksi turun 23% secara kuartalan (quarter-on-quarter) seiring lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah negara yang berujung pada pembatasan aktivitas masyarakat.

“Meskipun ketidakpastian masih berlangsung, interaksi kami dengan klien menunjukkan daya tarik dan ketahanan pada sektor properti komersial Asia Pasifik. Sepanjang tahun 2021, minat investor di kawasan ini tetap tinggi seiring meningkatnya aliran modal dan volume transaksi yang mendekati level sebelum pandemi. Kami berharap ini akan berlanjut hingga kuartal keempat,” kata Stuart Crow, CEO, Capital Markets, Asia Pacific, JLL.

Pada kuartal ketiga 2021, investasi di sektor perkantoran terus membaik dan mencapai 55?ri keseluruhan transaksi, hal ini didukung oleh stabilnya tingkat sewa dan hunian. Sejalan dengan itu, transaksi logistik terus meningkat dengan angka investasi pada 12 bulan terakhir mencapai US$43 miliar, naik dari US$25 miliar pada 2019. JLL memperkirakan investasi logistik akan melonjak hingga US$50-60 miliar pada rentang 2023 hingga 2025, hal tersebut didorong oleh permintaan, tingkat keuntungan yang menarik, serta rencana diversifikasi.

Investasi di sektor ritel dan perhotelan melemah seiring melambatnya pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. JLL memproyeksikan volume investasi di sektor perhotelan akan melampaui US$7 miliar pada 2021, dan terus tumbuh menjadi US$9 miliar pada 2022.

Secara geografis, transaksi di Australia meningkat dua kali lipat secara tahunan berkat naiknya penjualan di sektor perkantoran dan industrial. Nilainya mencapai lebih dari US$ 6,3 miliar dalam bentuk investasi langsung. Di Jepang, transaksi naik menjadi US$ 11,8 miliar (tumbuh 51% secara tahunan) dan di Korea Selatan angkanya mencapai US$ 7 miliar (naik 1% secara tahunan). Pertumbuhan di dua negara ini ditunjang oleh dana investasi real estate (REITs) dan manajer investasi.

Sebaliknya, di China transaksi mencapai sekitar US$ 7,3 miliar (turun 16% secara tahunan). Sementara di Singapura, transaksi turun 64% secara tahunan menjadi USD 1,1 miliar akibat tekanan pandemi Covid-19.

“Kami melihat realokasi portofolio sebagai tema utama hingga 2022 seiring persaingan ketat memperebutkan aset-aset yang dapat memberikan keuntungan, seperti perkantoran dan logistik, serta sejumlah sektor khusus seperti pergudangan, perumahan dan pusat data. Secara keseluruhan, sentimen investor tetap positif dan kami tetap memiliki pandangan yang sama bahwa volume investasi akan meningkat 15% hingga 20% pada 2021 dengan harapan terjadi pemulihan lebih lanjut di tahun 2022,” kata Regina Lim, Head of Capital Markets Research, Asia Pacific, JLL.

Editor: Tokohkita


TERPOPULER