Toto Pranoto

Banyak BUMN yang Belum Beroperasi Optimal

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Kamis, 4 Maret 2021 - 18:50 WIB

UI/Webinar
UI
Foto: Webinar

Dalam webinar yang digagas UI ini juga hadir pembicara lainnya, antara lain Direktur Utama BRI Sunarso, Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi Darwin Cyril Noerhadi, Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Agung Budi W, Direktur Utama SMI Edwin Syahruzad dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati.

TOKOHKITA. Performa badan usaha milik negara (BUMN) di Indonesia saat ini menunjukkan suatu kondisi pareto, yang mana sekitar 80?ri total kontribusi pendapatan BUMN, hanya disumbang oleh sekitar 20?ri total perusahaan yang ada. 

"Ini artinya banyak BUMN yang belum beroperasi secara optimal," ungkap Toto Pranoto, Direktur Kerjasama Universitas Indonesia (UI) menyebutkan,  dalam webinar bertajuk  Prospek BUMN 2021 Sebagai Lokomotif PEN dan Sovereign Wealth Fund, Kamis (4/3/2020). 

Dalam webinar yang digagas UI ini juga hadir pembicara lainnya, antara lain  Direktur Utama BRI Sunarso, Dewan Pengawas Lembaga Pengelola Investasi Darwin Cyril Noerhadi, Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Agung Budi W, Direktur Utama SMI Edwin Syahruzad dan Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati. dapun Rektor UI Ari Kuncoro berkesmpatan memberikan sambutan sekaligus membuka webinar dengan Keynote Speech oleh Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury.

Merujuk data BRG LM FEB UI, total aset BUMN per 2019 mencapai Rp 8.739 triliun dengan revenue senilai Rp 2.456 triliun, tapi hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 165 triliun. Menurut Toto, dalam roadmap BUMN 2016-2019, sasaran yang ingin dicapai dalam kurun empat tahun ke depan adalah pemangkasan jumlah BUMN, dari 113 BUMN saat ini menjadi sebanyak 85 BUMN ideal. Sebab itu, pihaknya mengapresiasi dan mendukung kebijakan Kementerian BUMN yang akan memangkas jumlah BUMN dengan pembentukan holding BUMN.

Ke depan, kondisi BUMN Indonesia akan menuju jumlah BUMN yang ideal dan dapat bergerak lincah. "Misalnya hanya 25 BUMN besar saja karena ujungnya ke setoran return dan pengelolaan akan lebih simple. Tapi, menjadi pertanyaannya cukup komplek juga karena BUMN tidak hanya sebagai entitas komersil namun ada tujuan-tujuan PSO (public service obligation) dan ini kadang-kadang memberatkan keuangan perusahaan," terang Senior Researcher BUMN Research Group LM FEB UI ini.   

Meski demikian, Toto bilang, apa yang dilakukan oleh Kementerian BUMN dengan melakukan divestasi pada sejumlah BUMN berkinerja keuangan dan operasional buruk, atau divestasi terhadap perusahaan pelat merah yang jasa-jasa servisnya sudah bisa ditangani oleh pihak swasta pada dasarnya adalah upaya-upaya untuk memperbaiki kondisi BUMN.

"Usulan Kementerian BUMN untuk mendivestasi perusahaan perusahaan tersebut kita sambut baik, sehingga ke depan jumlah BUMN kita tidak terlalu besar. Kemudian, kebijakan holding company patut disambut baik selama bisa menciptakan  revenue yang lebih tinggi, jadi perlu didukung," ujarToto. 

Terkait proyeksi kinerja BUMN, Toto bilang trennya terus menunjukkan perbaikan dan masih bisa lebih dioptimalkan. Yang terang, secara umum, kinerja BUMN terus mencatatkan hasil yang positif dalam beberapa tahun terakhir. Namun, berkaca dengan kawasan regional, performa ini bisa terus ditingkatkan untuk dapat bersaing dengan Temasek, bahkan SASAC (China).

Dari rasio total aset terhadap PDB Nominal yang meningkat di tahun 2018 dari 53.1% menjadi 54.7%. Kemudian, rasio pendapatan terhadap PDB Nominal meningkat dari 14.9% menjadi 15.9%. Laba bersih cenderung menurun. Secara umum, BUMN lebih produktif di tahun 2019, namun profitabilitas masih menjadi catatan.

Secara komparasi dengan kinerja Temasek, Khazanah, dan 20 BUMN Tbk, maka bisa dilihat BUMN Indonesia relatif memiliki tingkat pertumbuhan total aset dan tingkat pertumbuhan laba bersih paling tinggi ketimbang Temasek dan Khazanah. "Namun BUMN mendapatkan kinerja pertumbuhan yang buruk hampir di seluruh aspek lain di tahun 2019," beber Toto.

Meski demikian, pada sektor telekomunikasi, terlihat bahwa Telkom Indonesia memiliki progress yang cukup baik jika dibandingkan dengan BUMN Malaysia (Telekom Malaysia) dan Singapura (Singtel). Telkom Indonesia mencatatkan perubahan asset (7,3%) dan perubahan revenue (8%). "Profit margin Telkom Indonesia  pada tahun 2019 juga cukup bersaing dibandingkan kompetitor," sebutnya.

Singtel beroperasi di Singapura dan Australia, selain itu Singtel juga melakukan regional mobile association dengan operator-operator seluler di negara-negara Asia dan Afrika, seperti Telkomsel di Indonesia, AIS di Thailand, dan Globe di Filipina. Adapun sebagian besar pendapatan Telkom (44.2%) dikontribusikan oleh segmen data, Internet, dan jasa IT.

Di kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury menyebut PT Pertamina (Persero) pada tahun ini akan melakukan investasi dengan nilai sebesar US$ 10 miliar. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat menjadi pendorong pemulihan ekonomi nasional setelah dihantam pandemi Covid-19.

"Melalui berbagai kegiatan investasi, proyek-proyek strategis nasional yang dilakukan oleh BUMN, seperti misalnya Pertamina yang diharapkan di tahun ini akan melakukan investasi dengan total jumlah sebesar US$ 10 miliar, kita berharap kegiatan ini akan mendorong dan men-jump start kegiatan ekonomi di Indonesia, sehingga dengan adanya investasi yang cukup besar tersebut diharapkan membuat ekonomi segera bergerak,” kata Pahala.

Tidak hanya Pertamina, BUMN lain seperti PT PLN (Persero) juga akan terus didorong untuk tetap melanjutkan kegiatan investasinya. "Bukan hanya untuk melakukan restart, kita pun berharap melalui BUMN kita akan mampu untuk mengembangkan bisnis model yang baru untuk melakukan kegiatan pengembangan ekonomi, bukan hanya di jangka menengah-panjang," ujarnya.

Ia memberi contoh pengembangan Holding EV Battery yang diharapkan akan melakukan investasi secara terintegrasi dari hulu ke hilir, sehingga Indonesia diharapkan memiliki industri baterai yang terintegrasi. “Kita harapkan industri baterai ini betul-betul akan menjadi masa depan, khususnya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT). Jadi Indonesia tidak hanya memiliki pasarnya, karena Indonesia di masa datang akan menjadi ekonomi nomor lima terbesar di dunia. Bukan hanya itu, kita juga memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan untuk industri baterainya,” jelas dia.  

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Pahala Mansury menyebut PT Pertamina (Persero) pada tahun ini akan melakukan investasi dengan nilai sebesar US$ 10 miliar. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat menjadi pendorong pemulihan ekonomi nasional setelah dihantam pandemi Covid-19.

"Melalui berbagai kegiatan investasi, proyek-proyek strategis nasional yang dilakukan oleh BUMN, seperti misalnya Pertamina yang diharapkan di tahun ini akan melakukan investasi dengan total jumlah sebesar US$ 10 miliar, kita berharap kegiatan ini akan mendorong dan men-jump start kegiatan ekonomi di Indonesia, sehingga dengan adanya investasi yang cukup besar tersebut diharapkan membuat ekonomi segera bergerak,” kata Pahala.

Tidak hanya Pertamina, BUMN lain seperti PT PLN (Persero) juga akan terus didorong untuk tetap melanjutkan kegiatan investasinya. "Bukan hanya untuk melakukan restart, kita pun berharap melalui BUMN kita akan mampu untuk mengembangkan bisnis model yang baru untuk melakukan kegiatan pengembangan ekonomi, bukan hanya di jangka menengah-panjang," ujarnya.

Ia memberi contoh pengembangan Holding EV Battery yang diharapkan akan melakukan investasi secara terintegrasi dari hulu ke hilir, sehingga Indonesia diharapkan memiliki industri baterai yang terintegrasi. “Kita harapkan industri baterai ini betul-betul akan menjadi masa depan, khususnya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT). Jadi Indonesia tidak hanya memiliki pasarnya, karena Indonesia di masa datang akan menjadi ekonomi nomor lima terbesar di dunia. Bukan hanya itu, kita juga memiliki sumber daya alam yang dibutuhkan untuk industri baterainya,” jelas dia.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER