Rokhmin Dahuri

Pangan Berkaitan dengan Kualitas SDM dan Kunci Kemajuan Bangsa

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Nasional /
  4. Senin, 9 November 2020 - 22:58 WIB

Rokhmin Dahuri/Istimewa
Rokhmin Dahuri
Foto: Istimewa

Menurut Rokhmin, pangan menentukan tingkat kesehatan, kecerdasan, dan kualitas SDM. “You are What you eat.” Selanjutnya, kualitas SDM adalah kunci kemajuan sebuah bangsa dan seiiring dengan pertambahan penduduk, maka permintaan bahan pangan bakal terus meningkat.

TOKOHKITA. Indeks Ketahanan Pangan Indonesia berada pada urutan ke-65 dari 113 negara atau peringkat ke-4 di ASEAN berdasarkan Global Food  Security Index, 2018. Posisi negara kita dibawa Vietnam yang berada di peringkat 62, Thailand 54, Malaysia 40, dan Singapura di puncak pertama di dunia.

Dengan status ketahanan pangan tersebut, di Indonesia masih ada 29,9% anak yang menderita tubuh pendek atau stunting group, 33% anak mengalami gizi buruk. Satu dari tiga anak di Indonesia  mengalami stunting. Sedangkan batas toleransi  menurut WHO adalh satu banding lima dari total balita. 

"Implikasinya, jika tidak segera diatasi maka generasi mendatang fisiknya lemah dan kecerdasannya rendah sehingga terancam a lost generation," kata Rokhmin Dahuri, Koordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020-2024 dalam Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) XI Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Senin (9/11/2020).

Menurut Rokhmin, pangan menentukan tingkat kesehatan, kecerdasan, dan kualitas SDM. “You are What you eat.” Selanjutnya, kualitas SDM adalah kunci kemajuan sebuah bangsa dan seiiring dengan pertambahan penduduk, maka permintaan bahan pangan bakal terus meningkat. 

Di sisi lain, suplai pangan global sangat fluktuatif dan cenderung menurun akibat alih fungsi lahan pertanian, Global Climate Change (GCC), kerusakan lingkungan;  negara-negara produsen pangan mulai membatasi ekspor pangannya karena GCC dan pandemi Covid-19, hingga persoalan mafia pangan dan volatilitas geopolitik.

"Akibat pandemi Covid-19, dunia menghadapi krisis pangan jika merujuk pernyataan WHO. Kekurangan atau kelangkaan pangan dapat memicu gejolak sosial dan politik hingga kejatuhan rezim pemerintahan," ungkap Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University ini.

Yang terang, urusan pangan adalah hidup-matinya sebuah bangsa, sesuai pidato Presiden Soekarno pada Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Fakultas Pertanian, IPB di Bogor, 27 April 1952. "Suatu negara dengan penduduk lebih dari 100 juta jiwa tidak mungkin bisa maju, sejahtera, dan berdaulat, bila kebutuhan pangannya bergantung pada impor," jelas Rokhmin.

Sejatinya, sektor pertanian-pangan (pertanian, kehutanan, dan perikanan) bisa menyerap sekitar 36% total angkatan kerja (130 juta orang, usia 15 – 64 tahun), dan menyumbangkan sekitar 16% PDB. Sebagai negara maritim dan agraris tropis terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk berdaulat pangan, dan bahkan feeding the world (pengekspor pangan utama).

Adapun sektor pangan yang dapat dikembangkan antara lain tanaman pangan, perkebunan, hortikultur (buah, sayur, dan herbal), peternakan, kehutanan (non-timber products), perikanan budidaya (aquaculture) dan perikanan tangkap (capture fisheries) 

Di sisi lain, pembanguna sektor pangan ini tidak terlepas dari banyak tantangan. Menurut Word Bank, dunia perlu memproduksi setidaknya 50% lebih banyak makanan untuk memberi makan 9 miliar orang pada tahun 2050. Namun perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen hingga lebih dari 25%. Tanah, keanekaragaman hayati, lautan, hutan, dan bentuk modal alam lainnya sedang terkuras dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

"Kecuali kita mengubah cara kita menanam pangan dan mengelola modal alam kita, ketahanan pangan, terutama bagi yang paling miskin di dunia akan berisiko," ungkap Rokhmin.

Di Indonesia, luas lahan pertanian dan luas lahan usaha (garapan), khususnya di sektor tanaman pangan, hortikultur, dan peternakan, semakin menyusut akibat alih fungsi untuk pemukiman, kawasan industri, infrastruktur, dan penggunaan lahan (land use) lainnya.  Akibatnya: luas lahan pangan dan luas lahan usaha pangan (land to man ratio) semakin menurun, economy of scale tidak terpenuhi, volume produksi terancam, dan petani dan nelayan (usaha on-farm) miskin.

Untuk itu, Rokhmin bilang, perlu upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan berbasis sumber daya lokal. Caranya, pertama, mendorong investasi untuk menciptakan inovasi berbasis sumber daya lokal dan ramah lingkungan. Kedua, memperkuat diseminasi dan hilirisasi pangan kepada para stakeholders. Ketiga, penyederhanaan regulasi dan peraturan.

Keempat, memperluas perdagangan produk pangan berbasis sumber daya lokal di Kawasan regional dan internasional. Kelima, menciptakan public private partnership untuk berkembangnya kegiatan pertanian berbasis SD local dan ramah lingkungan. Keenam, meningkatkan kemampuan dan entrepreneurship bagi pelaku pertanian berbasis pada agricultural precision farming system menghadapi era industry 4.0.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER