Sachrial

Runtuhnya Kebutuhan Tersier

  1. Beranda /
  2. Opini /
  3. Jumat, 15 Mei 2020 - 19:59 WIB

Sachrial/Istimewa
Sachrial
Foto: Istimewa

Realitas di atas menunjukkan bahwa kebutuhan atas kendaraan di republik ini begitu sangat tinggi dan menjadi pangsa pasar yang begitu wow. Tapi dengan adanya pandemik ini, kebutuhan tersier akan banyak yang ditinggalkan.

Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan retail pada tiga bulan pertama tahun ini terkoreksi 15,6 persen, dibanding periode sama tahun sebelumnya, 259.963 unit. Adapun penjualan retail secara bulanan, trennya cenderung menurun akibat terdampak pandemi Covid-19.

Pada Januari 2020, produsen mampu menutup penjualan di angka 81.067 unit. Kemudian Februari turun jadi 77.847 unit, dilanjutkan 60.447 unit di bulan selanjutnya. Sementara pada penjualan pabrik ke diler (wholesales), terjadi penurunan sebesar 6,9 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Yaitu, dari 254.332 unit menjadi 236.797 unit di Januari-Maret 2020.

Penurunan penjualan mobil tertajam terjadi pada Maret 2020, sebesar 15 persen dibanding periode sama tahun lalu. Tercatat, pada bulan ke tiga tahun ini penjualan hanya mencapai 76.800 unit, sedangkan Maret 2019 sebanyak 90.368 unit. Penjualan di periode itu juga turun 3,51 persen dibandingkan bulan sebelumnya, Februari 2020, yang mencapai 79.601 unit. Adapun hasil penjualan wholesales pada bulan April 2020 mengalami penurunan hingga 90% dibandingkan kondisi normal, dengan angka penjualan tidak mencapai 8.000 unit.

Realitas di atas, setidaknya menunjukkan bahwa kebutuhan atas kendaraan di republik ini begitu sangat tinggi dan menjadi pangsa pasar yang begitu wow. Tapi dengan adanya pandemik ini, kebutuhan tersier akan banyak yang ditinggalkan. Bayangkan, dalam satu rumah terkadang ada yang sampai mempunyai lima kendaraan.  Entah buat apa saja.

Namun, dalam catatan ini tidak sedang membicarakan kendaraan. Catatan ini hanya memberi indikasi bahwa kebutuhan tersier bagi ummat Indonesia begitu sangat tinggi. Meski begitu, ke depan diperkirakan akan banyak kebutuhan-kebutuhan tersier yang akan tergerus, khsusunya di saat merebaknya penularan virus corona. 

Pada konteks di atas, kita sebenarnya yang mengaku ummat Muslim dan menjadikan Rasulluloh sebagai panutan kita yang sebatas dikenang dan disyahadatkan saja. Padahal, kehidupan jungjunan kita, Rosulullah SAW sebagai pemimpin dunia dan akherat, hidupnya begitu sangat sederhana. Tidak silau dengan dunia.

Sekali waktu Allah SWT menawarkan gurun dan pasirnya dijadikan emas buat hamba yang paling dikasihi-Nya. Apa jawaban Nabi Muhammad SAW atas tawaran tersebut, "Tidak, yaa Tuhanku. Lebih baik aku lapar sehari dan kenyang sehari. Bila kenyang aku bersyukur memuji-Mu. Bila aku lapar, aku akan berdo'a dan meratap pada-Mu."

Bayangkan, bila tawaran itu jatuh pada kita? Kewibawaan dan kekuasaan Rosul sangat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya hingga lebih dari jutaaan turunan, bukan lagi tujuh turunan. Ke Mustajaban do'a Nya tidak untuk kebutuhan dirinya, tapi malah untuk keselamatan dan syafaat buat ummatnya.

Sekali waktu, Sahabat Umar bin Khatab mencabut pedangnya saat datang ke rumah Muhammad SAW dan melihat tapak samak yang berbekas pada tubuh Nabi. Ummar menyangka ada yang menyakiti tubuh Rosul. Tapi, ternyata itu bekas samak yang ditiduri Rasulullah. 

Umar pun tak kuasa menangi. Lalu, Muhammad bertanya, "Kenapa ya sahabatku?" Kemudian, Umar berturtur, "Aku sedih ya Rosul, raja-raja Romawi dan Persia bergelimang harta tapi engkau tidur di samak." Lantas jawaban Rosulullah, "Apakah engkau tak rela akhirat menjadi bagiaan kita dan dunia menjadi bagian mereka."

Dialog di atas betapa Rosulullah sangat menyiapkan kehidupan buat para pengikutnya. Kesederhanaan Muhammad SAW bukan pencitraan dan tidak sedang mencari elektibitas. Kesederhanaa hidup Rosulullah  semata agar ummatnya pun berlaku sederhana dan tidak hidup berlebihan dan bermegah-megahan.

Bisa jadi kesusahan hidup kita semua karena pola pikir dan pola hidup kita sudah tidak sederhana lagi. Di akhir hayatnya, Nabi Muhammad SAW hanya meninggalkan warisan Al-Qur'an dan Sunnah. Bukan harta benda yang melimpah.

Nah, kita sebagai ummatnya telah melampaui kekayaannya Rosul. Hingga matipun kita telah siapakan berapa tanah dan rumah serta kendaraan untuk keturunan kita. Semoga dengan kesederhanaan Rosulullah yang kita jadikan panutan untuk semua, pola hidup sederhananya bisa kita ikuti walau sebenarnya kita tak akan sanggup untuk itu. Ya, minimal kita semua tidak silau dengan kehidupan yang ditawarkan oleh setan 3F yakni fun, food, dan fashion, si penggoda keimanan kita.

Maka inilah saatnya yang tepat agar hidup kita kembali di-up grade pada pola kesederhanaan. Dan sebaik-baik nya perkara itu adalah yang sederhana atau seimbang.

*Penulis aktif di Firma Hukum Dark Justiceadalah dan kader PDIP (32.04.28.005.120671.1460)

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER