Hery Sucipto

Saatnya Bersatu Membangun Bangsa

  1. Beranda /
  2. Opini /
  3. Sabtu, 20 April 2019 - 22:49 WIB

Hery Sucipto/Istimewa
Hery Sucipto
Foto: Istimewa

PP Muhammadiyah mengambil inisitif untuk menjadi mediator atau memediasi kedua pihak paslon untuk dapat bertemu mencari jalan keluar.

Pemilihan umum legislatif (Pileg) dan pemilihan umum presiden (Pilpres) serentak untuk pertama kalinya telah dilaksanakan, 17 April 2019 lalu. Hasil resmi penghitungan suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang baru akan dirilis sebulan kemudian.

Namun dari hitung cepat atawa quick count dari sejumlah lembaga survei, dapat diketahui hasil dan pemenangnya. Untuk Pileg, bisa dipastikan juara satunya adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sementara juara duanya adalah Gerindra, partai besutan Prabowo Subianto. Untuk posisi tiga, masih bersaing ketat antara Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Sementara itu, untuk Pilpres dapat dipastikan pemenangnya paslon nomor urut 01 Jokowi-KH Maruf Amin, versi hitung cepat semua lembaga survei utama, dengan angka sekitar 54%-55%, dan untuk paslon nomor urut 02 Prabowo-Sandi sekitar 44%-45%.

Melihat perkembangannya dua hari pasca Pilpres, eskalasi politik nampaknya meningkat, terutama kubu 02 Prabowo-Sandi yang tidak terima dengan kekalahan versi hitung cepat tersebut.

Suhu politik kian panas setelah Prabowo (tanpa didampingi Sandi dan beberapa elite ketum parpol koalisi 02), mendeklarasikan diri menang dengan klaim 62%. Bahkan anggota BPN, Eggy Sujana, dalam video viral mengajak publik melakukan gerakan rakyat atau people power, untuk menurunkan pemerintahan Jokowi-JK, dan mengakui kemenangan Prabowo-Sandi.

Tentu perkembangan ini miris dan mengkhawatirkan kita semua sebagai bangsa. Pesta demokrasi yang demikian rumit dan lancar, ternyata belum bisa diterima dengan baik oleh elite parpol pendukung paslon capres-cawapres, terutama pihak yang kalah versi hitung cepat.

Mencermati dinamika yang mengkhawatirkan tersebut, PP Muhammadiyah mengambil inisitif untuk menjadi mediator atau memediasi kedua pihak paslon untuk dapat bertemu mencari jalan keluar. PP Muhammadiyah dalam konferensi persnya di Kantor PP Yogyakarta, beberapa hari yang lalu tegas mengajak semua anak bangsa menahan diri dan menjaga suasana agar tetap kondusif.

Selain itu, PP Muhammadiyah menawarkan diri untuk mempertemukan Jokowi dan Prabowo. Setidaknya, dengan pertemuan kedua capres tersebut dapat meredam suasana di bawah, sehingga dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Seperti ditegaskan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, persatuan dan keutuhan bangsa jauh lebih penting dan di atas segalanya, ketimbang urusan politik lima tahunan yang sudah berlangsung dengan baik.

Seharuanya, inisiatif PP Muhammadiyah ini ditangkap sebagai upaya positif dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan lebih besar, yakni persatuan bangsa. Di sinilah diperlukan kedewasaan berpolitik. Saya melihat, elite politik kita sebagian memang belum dewasa dan matang dalam berpolitik. Mereka belum siap kalah. Mereka hanya siap menang.

Kenyataan demikian tentu tidak baik dan merugikan kita semua. Karena akibat ulah segelintir elite politik, suasana kehidupan berbangsa dan bernegara terganggu. Stabilitas keamanan terancam. Beberapa hari yang lalu, saya kebetulan di daerah di Jawa Tengah, dan menyempatkan  berbincang-bincang dengan warga. Semuanya merasa pemilu sudah selesai, apapun hasilnya.

Mereka tampak damai dan aman-aman saja. Tidak mempersoalkan hasilnya. Tidak pula gaduh seperti yang di Jakarta. Tersirat jelas, masyarakat di bawah saja menunjukkan kedewasaan dalam melihat dan menyikapi perkembangan. Juga kenyataan hidup. Masyarakat kecil, tentu ingin segera kembali menjalani hidup normal. Setelah tujuh bulan lebih melalui hiruk pikuk politik penuh kecurigaan, penuh intrik, dan penuh ketidaknyamanan.

Apa yang saya lihat, saya tangkap, masyarakat Indonesia ingin semua bersatu, semua kembali normal. Apa yang menjadi harapan publik itu tentu hal yang sangat wajar. Ya. Saatnya bersatu. Saatnya membangun bangsa, melaju membawa negeri ini kepada kemajuan dan kesejahteraan. Pilihan boleh beda. Dan perbedaan itu kini usai sudah.

Tinggal kita tunggu hasil resmi KPU. Siapapun pemenangnya, apapun hasilnya, kita musti terima dengan lapang dada. Salam Indonesia Maju.

*Pengurus Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah.

Editor: Tokohkita

TERKAIT


TERPOPULER