Pesona Batu Gajah, Wisata Baru di Lombok Barat

  1. Beranda /
  2. Komunitas /
  3. Senin, 14 Januari 2019 - 23:48 WIB

Lokasi wisata ini dinamai Batu Gajah /Mulyadani
Lokasi wisata ini dinamai Batu Gajah
Foto: Mulyadani

Lokasi wisata ini dinamai Batu Gajah karena bentuk bebatuan yang ada di tempat ini menyerupai kepala gajah. Tatanan bebatuan mirip seperti kepala dan belalai serta badan gajah. Spot ini baru ditemukan oleh pemuda setempat, setelah para santri yang mondok di Ponpes Darul Quran WalHadist di dusun setempat kerap kali belajar di loksi tersebut.

TOKOHKITA. Lokasi wisata baru terus bermunculan di wilayah Sekotong, Lombok Barat. Lokasi wisata ini dirintis oleh para pemuda setempat. Setelah Buwun Mas Hill viral dan berhasil menyedot ribuan pengunjung, pemuda di Dusun Telaga Lebur, Desa Sekotong Tengah, berinsiatif membuka lokasi wisata waterfall. Lokasi wisata yang terletak di Dusun Loang Baloq ini tak hanya menyajikan air terjun, namun pemandangan alam dan goa yang menjadi daya pikat tesendiri. Tak itu saja, pemandangan alam ini dipadukan dengan wisata budaya dan religi yang ada di daerah setempat.

Lokasi wisata ini dinamai Batu Gajah karena bentuk bebatuan yang ada di tempat ini menyerupai kepala gajah. Tatanan bebatuan mirip seperti kepala dan belalai serta badan gajah. Spot ini baru ditemukan oleh pemuda setempat, setelah para santri yang mondok di Ponpes Darul Quran WalHadist di dusun setempat kerap kali belajar di loksi tersebut. Mereka belajar menghapal Al-quran di tempat ini karena suasananya yang sunyi dan begitu tenang. Menurut sesepuh setempat, tempat ini konon sebagai lokasi pemujaan penganut watu telu. Di lokasi ini ada pedewak atau tempat pemandian.  “Konon tempat ini dipakai penganut watu telu,  tempat  ini untuk ritual,” jelas Sekdes Desa Sekotong Tengah M Rasid yang juga pemuda setempat.

Belakangan tempat ini masih dipakai oleh warga setempat untuk bersemedi. Watterfal ini memiliki tiga tingkatan, dimana tiap tingkatan ada kolam. Yang menjadi daya tarik, ada goa di bagian atas air terjun berjarak sekitar belasan meter. Goa yang ada memiliki beberapa ruang berada dalam satu kawasan dengan ukuran luas bervariasi. Memasuki goa itu, dimulai dari goa penembekk (pintu masuk ke goa selanjutnya). Lalu  ada Goa kedua  yang dinamai gua lorong, karena terdapat terowongan sepanjang 5 meter. Di lorong ini hanya bisa msuk sebanyak dua orang saja. Tiba di goa ketiga barulah goa keempat dan kelima. Sesampai di goa paling atas maka terdapat pemadangan alam dimana dari ketinggian tersebut bisa terlihat laut lembar.

Selain punya potensi wisata air terjun dan goa, di dusun setempat juga konon ada peninggalan watu telu berupa kitab Al-quran tulis tangan, tongkat dan khutbah.  Berbagai perangkat ini dipakai oleh orang tua zaman Watu Telu untuk ritual upacara. Rasid mengatakan, konsep pengembangan kawasan ini kedepan memadukan antara wisata alam dengan budaya, adat dan religi. Artinya pemandangan alam dipadukan dengan bidaya, adat watu telu, serta peninggalannya.  

Para pemuda setempat mulai menata lokasi tersebut secara swadaya. Diakui akses jalan begitu penting karena jalur sepanjang 250 meter yang dilalui ke lokasi ini rusak. Namun jalur ini juga bisa menjadi alternatif trakcing bagi penghobi pendaki. “Pernah ada mahasiswa UIN yang menjelajah da nada pengunjung Bali yang datang kesini sengaja karena membaca di medsos,”imbuhnya.

Naskah: Mulyadani

Editor: Tokohkita


TERPOPULER