Salarea Foundation dan STFI Bandung Resmikan Rumah Tangguh Stunting

  1. Beranda /
  2. Kabar /
  3. Gaya Hidup /
  4. Rabu, 24 Januari 2024 - 17:40 WIB

Helmi mengapresiasi pendirian RTS oleh Salarea Foundation dan STFI Bandung yang melibatkan banyak elemen masyarakat lintas sektoral. "Inisiasi di Cibatu dalam pencegahan stunting ini perlu menjadi contoh bagi kecamatan lainnya karena dalam Rumah Tangguh Stunting melibatkan banyak pihak, lintas sektoral," jelasnya.

TOKOHKITA. Hari Gizi Nasional (HGN) jatuh setiap tanggal 25 Januari. Peringatannya menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia dan seluruh stakeholder terhadap pentingnya menjaga gizi dan kesehatan lingkungan. 

Pada momentum HGN 2024, Yayasan Kelompok Kerja Salarea (Salarea Foundation) dan Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia (STFI) Bandung meluncurkan gerakan partisipatif dalam pencegahan dan penanganan stunting lewat pendirian Rumah Tangguh Stunting (RTS) di Taman Kuliner Cibatu (TKC), Cibatu, Garut, Jawa Barat, Rabu (24/1/2024).

Peluncuran RTS ditandai dengan pengenaan rompi kepada kader RTS oleh dr Helmi Budiman, Wakil Bupati Garut periode 2019-2024 dan disaksikan jajaran pimpinan STFI Bandung, antara lain Dr.apt Diki Prayogo W,M.SI, Pupung Ismayadi, ST.M.M, Dr.apt Sani Nurlaela F, M.Si. 

Hadir Ketua Salarea Foundation Dadan M Ramdan, Camat Cibatu Sardiman Tanjung, Sekmat Cibatu Tinlatina Safrinawati yang juga Ketua Pokjanal Posyandu Cibatu, Kepala Puskesmas Cibatu, Ketua UPT KB Cibatu, Owner Taman Kuliner Cibatu Asep Ahmad, dan relawan dari Hands for Help Yayasan Ibdu Sina Peduli, serta Komunitas Wanita Hebat Garut (Wahegar). Turut hadir perwakilan kader Posyandu dari 11 desa, pengurus Muslimat dan Fatayat NU, Aisyiyah Muhammadiyah Cibatu, perwakilan NU Care Lazisnu, beserta tamu undangan lainnya.  

Dalam kesempatan ini, Helmi mengapresiasi pendirian RTS oleh Salarea Foundation dan STFI Bandung yang melibatkan banyak elemen masyarakat lintas sektoral. "Inisiasi di Cibatu dalam pencegahan stunting ini perlu menjadi contoh bagi kecamatan lainnya karena dalam Rumah Tangguh Stunting melibatkan banyak pihak, lintas sektoral," jelasnya.

Menurut Helmi, isu stunting memang menjadi program nasional. Awalnya stunting hanya dikenal di kalangan medis dan akademisi. Kini, Pemkab Garut terus berupaya menekan angka stunting. Upaya percepatan penurunan angka stunting di Garut menunjukkan capaian yang baik, dengan diraihnya penghargaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

"Awalnya, Garut angka stuntingnya tertinggi sekitar 45% tapi sekarang tinggal 18%. Garut meraih Anugerah Stunting Award dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa penghargaan terbaik ketiga dalam Aksi Konvergensi dan terbaik kedua untuk Inovasi Penurunan Stunting," paparnya.

Helmi pun kembali mengingatkan, masalah stunting ini sangat serius karena menyangkut nasib anak bangsa dan kemajuan Indoneaiadi masa depan. Pasalnya, pada tahun 2045 nanti Indonesia diprediksi menjadi negara maju dan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia. "Sarat negara maju ini manusianya harus sehat dan kuat, juga tinggi-tinggi. Dulu orangtua kita bilang orang Jepang itu pendek-pendek, tapi sekarang setelah jadi negara maju apakah masih ada orang Jepang yang pendek," ungkapnya. 

Atas dasar itu, pencegahan stunting dan gizi buruk, serta pola hidup sehat dan makanan yang seimbang sangat penting dalam menyiapkan generasi Indonesia yang tangguh. Merujuk hasil audit kasus stunting di Kabupaten Garut, rata-rata disebabkan oleh hal yang sama, yaitu kekurangan gizi kronis, keluarga tidak memiliki jaminan sosial, rumah tidak layak huni, sanitasi kurang baik, hingga ketidakmampuan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi seorang anak.

Ketua Salarea Foundation Dadan M Ramdan bilang, Indonesia akan mengalami bonus demografi yang puncaknya pada tahun 2045, harapan menuju Indonesia maju, dan generasi emas. "Tapi kalau saat ini masih banyak kasus stunting, bisa jadi anak-anak yang dilahirkan saat ini dalam kondisi gizi buruk dan stunting bukannya bonus demografi yang diraih, tapi beban ekonomi berat yang kelak ditanggung. Bukan menjadi negara maju yang dimimpikan," tandasnya.

Sekadar informasi, Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi Negara-Negara Maju (OECD), memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ekonomi Indonesia akan mencapai U$Rp8,89 triliun dan menjadi ekonomi terbesar ke-4 di dunia. Prediksi tersebut dilatarbelakangi, pada tahun 2030-2040, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif akan mencapai 64?ri total penduduk sekitar 297 juta jiwa. Indonesia akan memiliki potensi antara lain salah satu pasar terbesar di dunia, kualitas SDM yang menguasai teknologi, inovatif, dan produktif; serta kemampuan mentransformasikan ekonominya.

Atas dasar itu, Dadan mengajak semua pihak untuk bersama-sama dan bergotong- royong menjalankan program pencegahan stunting sesuai dengan kapasitas masiang-masing. "Saya berharap inisiasi Rumah Tangguh Stunting ini jangan selesai sebatas seremoni, tapi tindak lanjutnya yang berkelanjutan," harap Owner Pawon Kopi Salarea ini.

Hal senada disampikan Pupung Ismayadi, ST.M.M, perwakilan pimpinan STFI Bandung yang menjelaskan program pencegahan stunting di Garut, khusunya di Cibatu ini adalah tindak lanjut dari perjanjian kerjasama (MoU) dalam pemberdayaan dan pengabdian masyarakat bersama Salarea Foundation. "Akhir tahun lalu, kami melaksanakan KKN di Cibatu, dari sana berlanjut untuk bersama-sama fokus menjalankan program pencegahan stunting. Maka dari itu, Rumah Tangguh Stunting diluncurkan," ungkapnya.  

Adapun di sela-sela acara peresmian, diisi juga dengan talkshow generasi tanggung yang dimoderatori Dadang Sugiarto, CEO Jejak Cibatu dan pembagian 50 bingkisan dari Hands for Help Yayasan Ibdu Sina Peduli.

Editor: Tokohkita


TERPOPULER