Bambang Setiohadji
30 Tahun Berjuang Memberantas Katarak hingga ke Pedalaman
Atas konsistensinya itu, Maret 2019 lalu, Bambang menjadi salah satu peraih penghargaan “Kick Andy Heroes 2019”. Bagi dia, penghargaan tersebut prinsipnya bukan hanya diberikan kepada dirinya, tetapi kepada sejawat yang juga konsisten dalam menurunkan angka kebutaan.
TOKOHKITA. Pengabdian dosen Fakultas Kedokteran Unpad, Dr. Bambang Setiohadji, dr., Sp.M(K)., M.Kes., kepada masyarakat sudah dilakukan hampir 30 tahun. Secara konsisten Bambang turut menanggulangi kebutaan di masyarakat, khususnya akibat katarak. Bersama timnya, ia hadir ke berbagai pelosok negeri.
Menurut Bambang, katarak masih menjadi penyebab kebutaan utama di Indonesia. Penyakit ini tidak bisa dianggap enteng. Jika orang dengan katarak tidak segera ditangani, produktivitasnya pun akan menurun dan dapat menjadi beban bagi orang lain.
“Setelah dioperasi dia bisa melihat kembali, dia bisa mandiri,” ujar dosen Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK Unpad seperti dikutip dari laman upand.ac.id, Minggu (12/5/2019)
Diungkapkan Bambang, ada berbagai kendala yang dihadapi masyarakat dalam upaya mengobati katarak. Kendala yang dihadapi bisa jadi karena masyarakat tidak tahu mengenai katarak, tidak sadar terkena katarak, ada ketakutan untuk mengobatinya. Kendala lainnya, tidak ada biaya, hingga adanya kesulitan dalam menjangkau fasilitas kesehatan.
Bersama timnya, Bambang berusaha menjangkau masyarakat di pelosok untuk melayani operasi katarak secara gratis. Ia pun mengapresiasi semakin banyaknya lembaga donor yang berpartisipasi menurunkan angka katarak di masyarakat.
Atas konsistensinya itu, Maret 2019 lalu, Bambang menjadi salah satu peraih penghargaan “Kick Andy Heroes 2019”. Bagi dia, penghargaan tersebut prinsipnya bukan hanya diberikan kepada dirinya, tetapi kepada sejawat yang juga konsisten dalam menurunkan angka kebutaan.
“Jadi sebetunya prinsipnya penghargaan itu adalah penghargaan yang diberikan kepada teman-teman saya yang juga melakukan kegiatan operasi katarak, menurunkan angka kebutaan, baik itu dokter, perawat, yang bekerja dalam senyap, dalam diam, tidak uar-uar. Dan saya hanya bagian kecil dari tim itu,” ujar Ketua Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran ini.
Bambang pun mengharapkan penghargan tersebut dapat turut menginspirasi banyak orang. Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bermanfaat bagi orang lain, akan lebih baik jika dilakukan kolaborasi.
“Saya berharap dengan masyarakat dan teman-teman yang seprofesi akan semakin giat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,” harap dokter spesialis mata yang mendalami bidang Neuro Oftalmologi ini.
Di sisi lain, Bambang menekankan bahwa penyebab kebutaan bukan hanya dari katarak. Penyakit yang diderita secara menahun, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan sebagainya juga berdampak pada gangguan penglihatan.
Untuk itu, ia mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup “CERDIK” seperti pada imbauan Kementerian Kesehatan. Pola hidup ini meliputi cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rutin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres.
“Merokok selain menyebabkan kanker, juga bisa menyebabkan gangguan pada pembuluh darah. Pembuluh darah itu ‘kan di seluruh tubuh. Hampir setiap organ pasti ada di pembuluh darahnya, kalau gangguannya pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan kebutaan,” jelas Dr. Bambang.
Tahun 2013 lalu, Bambang membuat disertasi mengenai pengaruh minuman keras oplosan pada gangguan penglihatan. Dalam penelitiannya diketahui bahwa gangguan penglihatan yang ditimbulkan akibat minuman keras oplosan dapat menyebabkan kebutaan permanen.
Minuman keras oplosan yang terbuat dari metanol, dapat menghasilkan zat beracun yang dapat merusak sel mata. Efeknya pun dapat langsung terjadi, tergantung seberapa banyak minuman keras oplosan yang diminum. "Prinsipnya seperti membakar syaraf mata,” ujar lulusan Doktor Ilmu Kesehatan Mata FK Unpad ini.
Selain melayani masyarakat dan meneliti, Bambang juga sangat senang berbagi ilmu. Hal ini jugalah yang membuatnya sangat menikmati profesi sebagai dosen. “Mengajar itu adalah suatu kenikmatan yang luar biasa, karena kita berbagi ilmu. Ilmunya bermanfaat itu akan memberi maslahat juga bagi orang lain. Jangan menjadikan pekerjaan kita terutama mengajar itu menjadi suatu beban tetapi suatu anugerah. Karena saya bahagia menjadi pengajar disini,” tukasnya.
Editor: Tokohkita