1 dari 5 Pasangan di Jabodetabek Tinggal di Kost
- Beranda /
- Kabar /
- Gaya Hidup /
- Selasa, 19 November 2024 - 16:24 WIB
Co-living menjadi alternatif di tengah tantangan kepemilikan rumah
TOKOHKITA. Pilihan hunian menjadi salah satu faktor penting bagi pasangan dalam menjalani aktivitas mereka sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai keluarga.
Faktanya, 1 dari 5 pasangan di Jabodetabek memilih untuk menyewa co-living atau yang biasa dikenal sebagai kost, berdasarkan riset terbaru yang dilakukan oleh Cove, perusahaan teknologi properti (Proptech) yang mengusung konsep “flexible co-living” bersama dengan platform riset Populix.
Riset ini menunjukkan bahwa keadaan ekonomi, kondisi bangunan, lokasi strategis, dan kehadiran ruang sosial menjadi beberapa pertimbangan utama bagi pasangan dalam menyewa co-living. Co-living menjadi alternatif di tengah tantangan kepemilikan rumah
Dengan Jakarta sebagai pusat ekonomi nasional, Jabodetabek kini memiliki tingkat penghuni yang tinggi. Pada 2023, jumlah kumulatif penduduk di Jabodetabek diperkirakan mencapai 30,2 juta jiwa dengan kisaran pertambahan 1,47 - 1,5% per tahun.
Dengan kepadatan tersebut, permintaan akan hunian tentunya menjadi membludak. Selain rumah kontrakan dan apartemen, kini menyewa co-living dipertimbangkan oleh lebih dari 20 persen pasangan di Jabodetabek. Para pasangan yang berusia 21-40 tahun ini paling banyak menyewa kamar di Jakarta, diikuti oleh Bogor, dan Depok.
Keadaan ekonomi memiliki peran yang kuat dalam pemilihan tempat tinggal. Sebanyak 50 persen dari pasangan yang tinggal di co-living menyatakan bahwa alasan utama mereka memilih untuk menyewa adalah kondisi keuangan yang belum memadai untuk membeli rumah secara permanen. Mereka berencana untuk tetap menyewa tempat tinggal hingga 5 atau 10 tahun ke depan.
Dian Paskalis, Country Director of Growth and Regional VP of Online Marketing, Cove, menyebutkan, berkeluarga membuat hunian jadi prioritas penting, namun perlu disadari bahwa kepemilikan rumah membutuhkan proses panjang dan komitmen besar.
"Dari seluruh kamar Cove yang dihuni oleh dua orang, 70% di antaranya ditempati oleh pasangan. Hal ini menunjukkan bahwa co-living menjadi alternatif hunian untuk gaya hidup urban di Jabodetabek selama pasangan berproses menuju kepemilikan rumah,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (19/11/2024).
Menurut dia, kondisi bangunan dan kelengkapan interior menjadi faktor penentu. Kondisi bangunan dari tempat tinggal memiliki peran yang besar dalam menciptakan rasa nyaman. Hal ini terlihat dalam bagaimana ketika mengambil keputusan untuk menyewa co-living, pasangan di Jabodetabek merasa bahwa kondisi bangunan yang baik menjadi hal paling penting (37,5%).
"Bagi mereka, kondisi eksterior dan interior, lobby, kamar, serta fasilitas bangunan yang terjaga dan rapi dapat menunjang keseharian," ujar Dian .
Adapun mayoritas (69%) pasangan di Jabodetabek yang merupakan bagian dari segmen menengah ke atas serta masih menyewa tempat tinggal menghabiskan 3-4 juta rupiah untuk menyewa co-living. Meski begitu, riset ini menemukan bahwa kamar dengan estetika tinggi dan siap untuk langsung dihuni memiliki nilai tambah.
"Pasangan di Jabodetabek menyatakan bahwa mereka rela membayar lebih jika mendapatkan co-living yang modern serta bersih, dan mendapatkan perabot tambahan seperti kulkas dan TV," paparnya.
Menurut dian, pasangan menyukai hunian dengan lokasi strategis dan ruang sosial. Bagi pasangan di Jabodetabek, lokasi juga menjadi salah satu faktor utama yang mereka pertimbangkan ketika menyewa co-living. Riset ini menemukan bahwa dalam memilih co-living, pasangan memperhatikan jarak ke kantor, tempat hangout, dan transportasi umum. Selain kemudahan mobilitas, lokasi dengan keamanan lingkungan yang baik dan tidak rawan macet juga menjadi pertimbangan mereka.
Meski pasangan di co-living sering bepergian untuk bekerja dan nongkrong, mereka tetap ingin terlibat dalam komunitas di co-living yang ditinggali, salah satunya melalui area yang dapat digunakan oleh semua penghuni. Data menunjukkan bahwa hal yang paling banyak dilakukan ketika mereka berada di co-living adalah bersantai atau bekerja di area bersama yang bersifat outdoor, diikuti dengan memasak dan makan di area bersama.
“Riset kami semakin mempertegas betapa vitalnya komunitas dalam hidup pasangan, baik di luar maupun sekitar tempat tinggal. Cove mengedepankan lokasi yang strategis dan area bersama dalam co-living karena kami memahami bagaimana interaksi serta dukungan komunitas dapat meningkatkan kualitas hidup, termasuk bagi pasangan,” tutup Dian.
Untuk diketahui, Cove bersama Populix melakukan riset pada Januari 2024 kepada 207 orang di Jabodetabek berusia 18-45 tahun yang memutuskan untuk tinggal di hunian berbasis sewa dengan biaya minimal Rp 3 juta perbulan. Riset ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif untuk mempelajari pengalaman, preferensi, dan perilaku responden untuk hunian berbasis sewa.
Tentang Cove
Cove merupakan perusahaan teknologi properti (Proptech) yang mengusung konsep “flexible co-living” dalam beragam properti siap huni dengan fasilitas lengkap dan lokasi strategis. Saat ini, Cove telah menghadirkan lebih dari 4.500 kamar di Indonesia dan lebih dari 5.700 kamar di kawasan Asia Pasifik.
Didirikan pada 2018 di Singapura, Cove telah hadir di beberapa kota besar di Indonesia sejak 2020 dan telah beroperasi di Jepang dan Korea Selatan. Aplikasi Cove dapat diunduh di App Store dan Google Play. Kunjungi kami di website Cove.id, Instagram @cove_id, dan TikTok @cove_id.
Editor: Tokohkita